Siapa yang akan rugi? Siapa yang akan menang? Siapa yang akan menjadi penonton? Siapa yang akan tertawa bahagia mendapatkan untung dari perkelahian berebut pepesan kosong? Bukankah bagai dua ekor serigala yang sedang memperebutkan mangsa dan ada seekor serigala lain yang hanya melihat kejadian tersebut dari kejauhan, kemudian dua ekor serigala tersebut saling melukai bahkan saling bunuh, bukankah yang akan beruntung adalah serigala yang hanya melihat dari kejauhan?Â
Kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang memiliki hukum, bangsa yang menjunjung tinggi musyawarah untuk mufakat, bangsa yang memiliki adat budaya yang menjunjung kesantunan, bangsa yang memiliki agama yang mengajarkan adab dan tata krama dalam segala hal, jangan hancurkan hanya karena perbedaan, jangan saling mendzalimi, jangan mengambil keputusan hanya menguntungkan salah satu pihak, bijaklah para wakil rakyat, sabarlah para rakyat, agar apa yang kita inginkan dapat tercapai.Â
Ingatlah kembali pelajaran-pelajaran ketika sekolah dari pahlawan besar Ki Hajar Dewantara yang mengajarkan saling asah, asih, asuh. Ing ngarso sungai tuladha, tut wuri handayani. Apakah semua itu hanya akan menjadi jargon-jargon yang tidak layak untuk diterapkan dalam keseharian? Apakah itu hanya layak sebagai teori-teori yang diajarkan ketika di bangku sekolah saja?Â
Ayolah, kita adalah saudara, semua bisa dibicarakan. Kembali pada aturan Allah dalam melaksanakan tatanan hidup. Insya Allah akan selamat dunia akhirat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H