Mohon tunggu...
Alek Kurniawan
Alek Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Seorang penulis yang bercita-cita menapakkan kaki di lima benua.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Fungsi Digitalisasi dan Elektrifikasi Atasi Perubahan Iklim

12 Desember 2020   07:25 Diperbarui: 12 Desember 2020   14:01 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digitalisasi dan elektrifikasi disinyalir dapat mengatasi perubahan iklim dunia (Foto: iStockPhoto)

Penggerak utama perubahan iklim adalah emisi karbon dan sebanyak 80 persen emisi karbon terkait dengan energi. Untuk menghadapi krisis iklim, kita harus mengurangi emisi tersebut secara drastis. Faktanya, jejak karbon yang ditinggalkan harus berkurang setengahnya dalam 20 tahun ke depan. Ini menuntut agar kita secara mendasar mengubah cara memproduksi dan mengonsumsi energi.

Di saat yang sama, masih ada 2 miliar orang yang saat ini hidup tanpa akses energi dan digital. Itu berarti 2 miliar orang yang hidup tanpa kenyamanan dan peluang dasar. Tanpa digital, mereka tidak memiliki akses ke pendidikan dan inklusi ekonomi.

Chairman and CEO Schneider Electric Jean-Pascal Tricoire mengatakan, fakta tersebut merupakan paradoks yang telah menjadi perbincangan selama beberapa waktu.

"Ini tentang bagaimana kita dapat memajukan masyarakat sehingga setiap individu di bumi bisa menggunakan hak asasi manusia itu (energi dan digital)," jelas Jean-Pascal.

Pada dasarnya, ada persamaan untuk menyelesaikan paradoks iklim dunia. Hal ini pun tergantung pada dua revolusi teknologi, digitalisasi dan elektrifikasi.

1. Digitalisasi

Digital telah merevolusi cara kita bekerja dan hidup. Fase pertama adalah menghubungkan orang dengan orang secara digital dan menggunakan teknologi untuk memajukan kemampuan berkomunikasi, bekerja, dan hidup. Bayangkan, betapa sulitnya hidup pada tahun ini tanpa alat dan konektivitas digital yang telah dikembangkan selama 20 tahun terakhir, seperti telepon seluler, internet, dan konferensi video.

Lalu, fase berikutnya dari digitalisasi akan merevolusi cara orang berinteraksi dengan lingkungannya, misal di rumah, gedung, pabrik, dan bahkan kota. Ini adalah revolusi Internet of Things (IoT) yang memungkinkan komunikasi terjadi antar-device. Dengan teknologi digital, energi pun bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Jadi, bisa lebih efisien dalam penggunaannya.

2. Elektrifikasi

Listrik sangat penting karena merupakan satu-satunya energi yang dapat didekarbonisasi. Listrik bukanlah hal baru, tetapi cara produksi dan pemakaiannya berubah kian waktu. Hal ini ke depannya akan didukung oleh kehadiran energi terbarukan yang membuat produksi listrik jadi lebih bersih dan berkelanjutan.

Sesuai kebijakan The Paris Agreement, untuk mengatasi perubahan iklim, kita perlu membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celcius. Berdasarkan dua revolusi di atas, ada empat prioritas yang perlu ditangani secara paralel untuk mengatasi masalah perubahan iklim.

Pertama, tingkatkan efisiensi.

Langkah pertama adalah menghilangkan pemborosan sumber daya karena inefisiensi dalam sistem. Untuk mengatasinya, teknologi dan konektivitas digital bisa menjadi hal disruptif dalam efisiensi. Caranya, adalah dengan menghubungkan semua benda, baik software, perangkat analitik, dan artificial intelligence untuk mengoptimalkan konsumsi energi hingga 30 persen lebih efisien.

Kedua, bergerak menuju sirkularitas.

Langkah selanjutnya adalah beralih ke ekonomi sirkular. Model bisnis ini dirancang untuk menggunakan kembali semua sumber daya yang telah dimanfaatkan dan tidak hanya membatasi limbah. Digitalisasi sangat penting untuk proses ini. Schneider Electric memperkirakan daur ulang baja, misalnya, bisa menghemat energi lebih dari 70 persen dibandingkan menggunakan bahan baku baru.

Ketiga, mengalihkan listrik ke bauran energi dari 20 persen menjadi 40 persen.

Saat ini, hanya seperlima dari penggunaan energi kita yang bersumber dari listrik. Menurut Jean-Pascal, kita harus melipatgandakan proporsi energi listrik yang digunakan saat ini. Misalnya dengan melakukan migrasi besar pada moda transportasi kendaraan listrik dan pemanfaatan gedung pintar.

Keempat, fokus pada dekarbonisasi.

Alih-alih menggunakan sumber karbon-berat seperti bahan bakar fosil, listrik masa depan harus dibuat dari sumber bersih seperti matahari atau angin. Kabar baiknya, langkah ini sudah dilakukan di sebagian besar belahan dunia dan Indonesia menjadi salah satunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun