Baru beberapa langkah dari mereka, Clarissa langsung menarik tangan Degara dengan memelas.
“Degar, aku bisa jelasin sama kamu. Tolong dengerin aku dulu!” Ujar wanita itu mengemis kesempatan untuk menjelaskan.
Degara berbalik menatap mata Clarisa dalam-dalam dengan perasaan murka tak terbendung.
“Nggak ya. Kamu minta didengerin, harusnya kamu dengerin aku. Kamu pilih dia atau aku?” Skak pria itu menutup rapat mulut mantan kekasihnya. Ucap Degara lemah, tapi begitu mengena ke hatinya.
"Gak bisa jawab-kan?"
“Selamat Bro, lo dapet dia. Lo menang.” Degara menyalami tangan kekasih baru Clarisa dengan apresiasi berlebihan.
Betapa sudah muaknya Degara berada di sana. Dia pun bergegas pergi ke arah vespa putih miliknya meninggalkan mantan kekasih dengan pasangan barunya. Namun Clarisa masih mengejar dan terus menahan pria itu pergi. Sampai di vespa, Degara menggas pergi dengan cepat pulang ke rumah.
Di sore yang masih hangat, namun Degara merasa dingin sekarang. Hatinya tak lagi bisa menerima siapapun masuk ke dalam hidupnya. Titik terendah yang belum pernah dirasakan, tapi sudah diterima kesendirian itu hinggap di pikirannya.
Lagu yang sama disenandungkan kembali melarutkan sepi di sore itu. Ini mengakhiri semua yang ada antara dirinya dengan Clarisa. Seraya membayangkan kenangan yang bersemayam selama ini antara mereka sampai akhir.
“Lagu kulepas sedih, tak meminta kisah kasih yang sama.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H