Mohon tunggu...
aldre elroy
aldre elroy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perwira Istimewa

8 November 2017   00:40 Diperbarui: 10 November 2017   22:40 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Suatu pagi, ayah Hari menceritakan mengenai Thomas Stamford Raffles.

"Raffles adalah seorang Inggris yang unik. Ia tertarik dengan bahasa, sejarah, dan juga kebudayaan Melayu. Ia memberikan kesempatan bagi penduduk Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas. Tapi dibalik kebaikannya, ia dan Inggris tetap menindas bangsa ini. Tak jarang ia bersifat kasar terhadap istriku dan Hari. Aku tak dapat melakukan apapun dan tak kuasa melihat kekerasan itu. Raffles selalu ingin apa yang ia inginkan terpenuhi dan dapat melakukan kekerasan terhadap setiap penghalang dari keinginannya.", cerita ayah Hari dengan suara gemetar.

Tiba-tiba terdapat mobil dan beberapa orang datang ke rumah Raffles. Namun beberapa saat kemudian, terlihat Bu Astuti, ibu Hari hendak keluar rumah secara diam-diam dan lari ke arah sekolah Hari dengan wajah panik. Aku, Pak Dandi, dan teman-teman Pak Dandi ikut merasa panik. Mereka bertiga segera menghilang dan pergi ke sekolah Hari.

***

Beberapa menit kemudian, Hari dan ibunya berjalan cepat. Wajah Hari tampak kesal karena dibawa pulang oleh ibunya saat asyik di sekolah. Lalu mereka berdiri di bawahku sambil berteduh dan membicarakan hal yang serius ini.

"Ibu memanggil kamu dari sekolah karena pohon kesayanganmu ini, akan dibawa ke Kebun Raya yang dibuat oleh Raffles!", ujar Bu Astuti sambil menunjuk ke arahku.

"Memangnya Kebun Raya itu dimana, bu?", tanya Hari dengan wajah kesal.

"Di Bogor..", kata ibunya dengan nada sendu.

Seketika itu juga wajah Hari berubah menjadi pucat pasi. Ia mengernyitkan dahi dan menggigit bibirnya sambil berpikir.

"Tidak bisa! Pohon ini telah kutanam dengan kerja kerasku!", kata Hari dengan nada penuh amarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun