Mohon tunggu...
Aldo Tona Oscar Septian
Aldo Tona Oscar Septian Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Hukum dengan predikat Cumlaude

Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak merupakan seorang Sarjana Hukum dengan predikat kelulusan "Dengan Pujian (Cumlaude)" dari Universitas Sriwijaya yang mendedikasikan diri untuk melawan seksisme, rasisme, dan fanatisme. Sembari menjalani perkuliahannya dahulu, Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak juga aktif mengikuti magang secara paruh waktu (part time) sebagai Staf HRD dan GA di PT Pinang Witmas Sejati selama 3 (tiga) tahun, menulis artikel-artikel di laman Kompasiana sebagai Blogger, berkontribusi mengelola Indonesia Media Law Review (IMRev) Journal sebagai Reviewer Jurnal, serta menjadi Koordinator dari Program Klinik Etik dan Advokasi yang merupakan program pembelajaran teori dan praktik yang diinisiasi oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia bersama beberapa perguruan tinggi di Indonesia termasuk Universitas Sriwijaya sebagai bentuk edukasi dan pencegahan Perbuatan Merendahkan Kehormatan dan Keluhuran Martabat Hakim (PMKH). Selain itu, Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak juga aktif mengikuti berbagai seminar/webinar, pelatihan, workshop, Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan/sosialisasi hukum. Saat ini, Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak aktif menulis artikel-artikel sebagai Blogger di laman Kompasiana, Republika Online, dan Opinia yang hingga kini telah menghasilkan total 45 artikel. Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak memiliki akun Instagram @aldotonaoscar yang menjadi wadah baginya untuk membagikan aktivitas sehari-harinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Identitas dalam Pilkada: Pemecah Belah atau Pemerkuat Persatuan?

15 November 2024   00:19 Diperbarui: 15 November 2024   00:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita dapat melihat bahwa politik identitas memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, politik identitas dapat memicu polarisasi dan konflik. Di sisi lain, politik identitas dapat menjadi sumber kekuatan untuk memperkuat representasi dan inklusi dalam pemerintahan daerah jika dikelola dengan bijak.

Untuk menyikapi politik identitas secara bijak, beberapa langkah berikut dapat dipertimbangkan. Pertama, mendorong dialog antar kelompok. Menggunakan kampanye politik untuk membuka dialog antara kelompok identitas yang berbeda dapat membantu memperkuat pemahaman dan kohesi sosial. Kedua, menekankan identitas nasional. Sambil menghargai identitas, penting juga untuk menekankan identitas nasional sebagai warga negara Indonesia. Ketiga, mengangkat isu-isu umum yang menguntungkan semua kelompok. Alih-alih fokus pada isu-isu spesifik suku misalnya, kandidat dapat menyoroti masalah-masalah yang berdampak pada semua kelompok, seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan sehingga dapat mengalihkan perhatian dari politik identitas yang sempit. Keempat, mendidik para pemilih tentang bahaya polarisasi. Melalui kampanye dan pendidikan pemilih, masyarakat dapat diberitahu tentang bahaya polarisasi dan pentingnya memilih berdasarkan kualitas dan visi kandidat, bukan hanya identitas kesukuan misalnya.

Pendeknya, politik identitas adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memiliki potensi untuk memecah belah masyarakat dengan mengeksploitasi perbedaan identitas. Namun di sisi lain, politik identitas bisa memperkuat persatuan dan keadilan sosial jika dikelola dengan bijak. Tantangan kita adalah bagaimana memanfaatkan politik identitas untuk memperkaya demokrasi lokal tanpa mengorbankan kohesi sosial. Dengan pendekatan yang tepat, pilkada bisa menjadi momentum untuk merajut kebhinekaan dalam bingkai persatuan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun