Segala agama mengajarkan kebaikan. Itu mutlak yang semua orang sudah meyakininya. Lembaga pendidikan dijadikan sebagai tempat untuk menyampaikan ajaran kebaikan, membentuk karakter, penguatan pondasi keagamaan, hingga penguasaan pengetahuan yang mumpuni untuk mengarungi kehidupan yang terus mengalami kemajuan teknologi.
Termasuk Rumah Tahfidz yang penyelenggaraannya di SD Negeri 5 Muara Beliti. Program mulia yang tujuannya kepada akhirat adalah salah satu bentuk pengabdian kepada Sang Maha Pencipta. Program yang mengajarkan anak-anak untuk menghafal segala firman-Nya, bahkan tak sedikit anak-anak juga paham makna dan maksud dari ayat tersebut. Proses pembelajaran yang mengenalkan secara perlahan hingga anak-anak menjadi pada tingkat paham yang lebih tinggi.
Sayangnya, program mulia ini tidak disertai dengan kemuliaan hati untuk menjalankan sesuai perintah agama. Nilai religiusitas penyelenggara program tergerus saat godaan rupiah dirasa lebih menggoda daripada balasan kebaikan di akhirat kelak. Anggaran dibuat berkali-kali lipat agar terlihat lebih bermanfaat, tapi nyatanya lipatan yang dibuat masuk ke kantong pribadi. ATM menjadi gendut, meski kemudian hanya sementara waktu saja. Tersangka adalah status terbaru yang dimilikinya.
Mengubah Iklim
Suatu instansi (lembaga) terkadang diisi oleh orang-orang yang sebenarnya tidak seharusnya di sana. Banyak faktor yang mempengaruhi orang tak berkompeten itu bisa masuk dalam bagian tersebut, salah satunya orang dalam---atau bisa juga disebut sebagai titipan, yang entah berasal dari pertalian saudara, pertemanan, hingga yang paling miris adalah kekuatan uang.
Bila iklim ini tetap dibiarkan bertahan dan siklusnya merajalela, jangan mengharap adanya kemajuan yang didapatkan. Yang ada, kerusakan akan semakin menjadi. Dentuman kekhawatiran bisa pula terjadi di sana-sini, tapi yang merasakan dampaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Selain, dari kejauhan hanya bisa menyaksikan "film kemunafikan" yang ditampilkan oleh pejabat publik.
Setiap periode tertentu, pemimpin akan dipilih oleh rakyat, baik itu presiden, gubernur, bupati, atau walikota. Lima tahun jabatan yang dipegang bukanlah waktu yang lama, bukan juga terbilang sebentar. Oleh karena itu, sebagai pemimpin sudah seharusnya mengubah iklim yang selama ini ada. Tidak ada lagi yang namanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Yang mendampingi adalah orang-orang terbaik yang memang tepat mengisi pos tersebut.
Adanya keinginan mengubah iklim perekrutan "tim" suatu instansi, bakal menjadi kabar baik bagi semua. Yang layak dan sesuai dengan kriteria memiliki kesempatan kerja yang sama. Kompetensi yang dimiliki menjadi tolok ukur meraih tempat dan posisi kerja yang sesuai. Kerja menjadi sesuai kemampuan dan hati. Bukan lagi kerja hanya sebagai tuntutan dan menuntut bergelimangnya rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H