customer service bisnis yang layanannya Anda gunakan?
Pernahkah Anda mencoba menghubungi timDan, ketika Anda mencoba menghubungi tim tersebut, Anda sedikit kesulitan mendapatkan kontak informasi yang mudah dijangkau, seperti lewat WhatsApp maupun media sosial.
Sekalipun Anda bisa mendapatkan kontaknya, seringkali Anda tidak mendapatkan respon yang cepat.
Nasib baik kalau setelah direspon dan dibantu, kendala yang Anda alami dapat teratasi. Kalau tidak? Serasa penantian terbuang sia-sia.
Jika Anda pernah mengalami semua hal tersebut, maka kita memiliki nasib yang sama.
Saya juga. Saat itu pernah saya mengalami gangguan internet dari provider X (saya tidak ingin sebut nama), dan saya mencoba membuka website mereka untuk mencari kontak WhatsApp yang bisa saya tuju. Barangkali ada customer service provider tersebut yang melayani pelanggan via WhatsApp, kan? Yang saya pikirkan, WhatsApp adalah kanal komunikasi yang paling umum digunakan masyarakat Indonesia, masa perusahaan sebesar itu tidak memiliki WhatsApp?
Alhasil, dari pencarian saya, tidak saya temukan nomor WhatsApp provider tersebut. Dengan berat hati saya masih berpikir positif, barangkali mereka menggunakan kanal lain untuk pelayanan pelanggan.
Setelah saya telusuri lebih lanjut, mereka memanfaatkan email dan Twitter sebagai platform customer servicenya.
Saya akui, saya orang yang cukup malas menggunakan email karena, asumsi saya, email sangat jarang dibalas oleh perusahaan dengan skala sebesar itu.
Dan, parahnya lagi, saya tidak memiliki akun Twitter (ya, saya pun malas menggunakan Twitter).
Akhirnya, urung niat saya untuk langsung menghubungi customer service bisnis tersebut dan memilih untuk googling masalah yang saya alami dengan provider itu. Barangkali ada juga pengguna yang bernasib dengan saya.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya saya menemukan orang yang mengalami permasalahan yang sama. Beliau mengajukan komplain melalui Twitter dan, bukannya dibantu, malah keluhannya dibalas dengan pesan copy paste yang menurut beliau tidak membantu sama sekali. Ya, menurut saya juga sih.
Ah sudahlah, saya memilih berdamai dengan hal itu, toh mungkin esok hari akan normal kembali. Ternyata tidak. Karena saat itu internet sangatlah penting untuk kerja WFH saya, akhirnya saya putuskan untuk beralih ke provider lainnya. Tak pikir panjang. Ya walaupun tidak bisa langsung digunakan, setidaknya bulan depan saya tidak merana seperti ini.
Setelah saya tukar provider, hasilnya lumayan juga. Namun, masalah yang saat itu tak terselesaikan masih terbayang-bayang di pikiran saya. Lebih tepatnya, bukan masalahnya. Tapi kenapa tim customer service itu sulit sekali untuk dijangkau dan dihubungi.
Kenapa tidak mempermudah pelanggannya untuk menghubungi mereka, seperti misalnya lewat WhatsApp.
Ya, kenapa?
Kenapa tidak menggunakan WhatsApp?
Padahal WhatsApp sudah banyak digunakan oleh berbagai bisnis. Ya untuk berbisnis, melayani pelanggan di mana pelanggannya berada.
Dan lagi, sudah ada WhatsApp yang memang dikhususkan untuk bisnis. Ada WhatsApp Business untuk bisnis skala kecil hingga menengah, dan ada pula WhatsApp Business API untuk bisnis sekelas mantan provider internet yang saya gunakan.
Bagi provider yang, mungkin, tidak tahu cara menggunakan WhatsApp Business, bisa ditemukan kok di Playstore.
Kalau tidak tahu cara menggunakan WhatsApp Business API, tinggal googling saja. Nanti juga muncul di laman pertama Google. Saya barusan coba dan muncul salah satu providernya, Wappin.
Segampang itu loh padahal untuk bisa berbisnis dan melayani customer di WhatsApp. Saya jadi pusing sendiri memikirkan alasan kenapa internet provider tersebut enggan menggunakan WhatsApp.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H