Suara itu hening sejenak. "Ada hal yang tak bisa Aku ubah. Kebebasan manusia adalah salah satunya. Tanpa kebebasan untuk memilih, kebaikan tak ada artinya."
Evelyn tertunduk. Dia tak pernah berpikir dari sudut pandang ini. Mungkin selama ini ia terlalu fokus pada ketidakadilan yang menimpanya, hingga lupa melihat arti dari kehidupan itu sendiri.
"Aku tak bisa menjanjikanmu kesembuhan," lanjut suara itu, "Namun, Â Aku bisa memberimu kekuatan dan kedamaian untuk menghadapi sisa waktu yang kau miliki."
Evelyn tak lagi mencari perdebatan. Dia merasakan sesuatu yang hangat mengalir di dalam dirinya, ketenangan yang selama ini ia cari.
"Terima kasih," bisiknya, hatinya terasa ringan.
Matahari mulai menyingsing di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga yang lembut. Evelyn bangkit, menatap hamparan lautan awan dari puncak gunung berapi.
Percakapan malam itu tak mengubah Evelyn menjadi seorang yang religius. Namun, ia kembali ke kehidupannya dengan pandangan baru. Dia tak lagi mempertanyakan keberadaan Tuhan. Evelyn memilih untuk fokus pada makna yang bisa ia ciptakan selama sisa hidupnya.