Mohon tunggu...
Aldo Aditiya
Aldo Aditiya Mohon Tunggu... -

Orang yang kebetulan suka mencari tahu tentang berbagai macam hal | Mau baca lebih? https://medium.com/@aldoan | Mau bilang sesuatu? https://twitter.com/aditiya_aldo |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persepsimu Salah, Persepsiku Jauh Lebih Benar

30 Januari 2018   11:28 Diperbarui: 30 Januari 2018   11:33 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Laki - Laki/brainden.com

Bila dampak dari hal sekecil kartu bisa berefek sebesar itu, bagaimana dengan dampak hal-hal lain yang lebih besar? Bagaimana efek yang dihasilkan oleh kondisi sekitar kita? Keluarga, teman -- teman dekat, teman kerja, dan ketentuan sosial baik disadari maupun tidak membantu dalam membentuk paradigma dan sudut pandang kita.

Paradigma ini juga menjadi sumber sifat dan kelakuan kita. Kita tidak bisa beraksi di luar paradigma tersebut dan tetap menjaga integritas. Bila di gambar awal kamu melihat seorang koboi, akan sulit melihatnya sebagai orang yang kamu tuju untuk menanyakan masalah politik kota. Aksi dan sifat kita akan sejalan dengan cara kita melihat. Kebetulan cara kita melihat bisa dibentuk oleh banyak kondisi.

Stephen Covey merangkumnya dengan jauh lebih baik dari saya:

 "We see the world, not as it is, but as we are -- or, as we are conditioned to see it"

...

Jebakan Familiaritas

Apa yang terjadi bila paradigma dan pengalaman yang kita miliki sudah tertanam dengan dalam selama hidup kita?

Pertanyaan di atas bisa dijawab dengan melihat satu tipe orang yang selama hidupnya sudah terus mengembangkan kemampuannya -- umumnya dalam satu bidang.

Kita menyebut orang - orang ini dengan banyak sebutan -- profesional, terpelajar, master, guru, dan expert. Orang -- orang ini kita anggap sebagai suatu ahli dalam bidangnya, yang bisa kita percayakan untuk mengambil keputusan yang sesuai, mengingat keahlian dan pengalaman mereka yang banyak.

Orang -- orang seperti inilah yang paradigmanya sudah tertanam dengan dalam sepanjang hidupnya. Ini membuat mereka lebih rentan dari orang awam terhadap jebakan familiaritas.

Menurut Profesor Erik Dane, semakin banyak keahlian dan pengalaman yang dimiliki seseorang, semakin terpaku sudut pandang mereka pada satu cara melihat. Keterbatasan ini memberikan limitasi terhadap cara berpikir para expert. Pada papernya, disebutkan bahwa keterbatasan ini akan mengakibatkan expert sulit melihat sudut pandang orang lain pada domain yang sama, sulit beradaptasi apabila terjadi perubahan pada domain tersebut, dan membatasi kemampuan membuat ide -- ide yang radikal. [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun