Mohon tunggu...
aldi surizkika
aldi surizkika Mohon Tunggu... Penulis - mahasiwa

tukang ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Terhadap Fungsi Organisasi

17 Januari 2024   23:47 Diperbarui: 18 Januari 2024   00:21 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memasukkan kebutuhan pemeliharaan, pandangan organisasi menjadi lebih holistik dan kontekstual, menggambarkan mereka sebagai entitas hidup yang beradaptasi dengan kompleksitas dunia nyata. Konsep Selznick memperkaya pemahaman kita tentang perilaku organisasi dan merupakan kontribusi yang berharga bagi teori organisasi.

Perspektif Selznick tentang organisasi menekankan keseimbangan yang rumit antara struktur formal dan pengaruh informal yang mempengaruhi perilaku organisasi. Dia berpendapat bahwa semua organisasi formal dibentuk oleh kekuatan yang bersinggungan dengan tujuan rasional, menyoroti interaksi antara dinamika internal dan eksternal dalam membentuk realitas organisasi. Sebaliknya, teori birokrasi Weber lebih berfokus pada efisiensi dan rasionalitas, mengabaikan elemen kontekstual dan dinamis dari organisasi. Selznick mengamati bahwa organisasi sering menghadapi tekanan dari lingkungannya, seperti tekanan sosial, politik, atau budaya, yang dapat menyebabkan organisasi menyimpang dari tujuan awalnya. Penyimpangan ini dapat berupa praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip birokrasi Weber, seperti pengambilan keputusan yang didasarkan pada politik, pemeliharaan hubungan informal, atau kepatuhan terhadap norma-norma sosial yang bertentangan dengan tujuan-tujuan formal. Perspektif Selznick membantu menjelaskan keterbatasan teori birokrasi Weber dalam menangkap kompleksitas perilaku organisasi. Dengan mengakui peran kekuatan informal, interaksi dinamis, dan kemampuan beradaptasi organisasi terhadap tekanan lingkungan, pandangan Selznick memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai perilaku organisasi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan.

Pandangan Merton dan murid-muridnya, yang berfokus pada kebutuhan pemeliharaan dalam perilaku organisasi, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori organisasi. Mereka berpendapat bahwa organisasi tidak semata-mata didorong oleh tujuan formal, tetapi merupakan struktur sosial yang adaptif dengan kehidupan sosialnya sendiri. Kebutuhan pemeliharaan mengacu pada respons dan adaptasi organisasi terhadap kebutuhan internal dan eksternal, yang membentuk perilakunya. Organisasi menghadapi tantangan dan tekanan dari lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri. Kebutuhan pemeliharaan mengharuskan organisasi untuk menjaga stabilitas internal dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, di samping tujuan instrumental mereka. Perspektif ini menunjukkan bahwa organisasi mungkin memiliki "kehidupan mereka sendiri," yang dipengaruhi oleh dinamika sosial, budaya, dan tekanan eksternal. Memahami organisasi sebagai entitas sosial yang adaptif memberikan pandangan holistik tentang dinamika organisasi, memperluas pemahaman kita tentang bagaimana mereka beroperasi dalam lingkungan yang berubah. Perspektif ini membuka jalan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut dari teori-teori organisasi yang mempertimbangkan kemampuan beradaptasi, budaya, dan kebutuhan pemeliharaan.

Selznick, Gouldner, dan Blau mengusulkan sebuah perspektif tentang organisasi sebagai struktur sosial yang dapat beradaptasi yang menjelaskan perilaku organisasi yang mungkin bertentangan dengan tujuan formal. Konsep ini menjelaskan mengapa beberapa organisasi menunjukkan perilaku yang memprioritaskan kebutuhan pemeliharaan organisasi di atas tujuan formal. Selznick memberikan contoh pada Tennessee Valley Authority (TVA), di mana manajemen berfokus pada menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan yang berpengaruh daripada melayani kepentingan petani miskin. Gouldner menjelaskan mengapa manajemen mungkin mengabaikan keluhan karyawan untuk menjaga stabilitas internal dan melindungi citra organisasi. Blau berpendapat bahwa prosedur formal untuk lowongan pekerjaan sering kali diabaikan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang mendesak. Pandangan ini menyoroti bahwa organisasi tidak hanya terikat pada tujuan formal mereka, tetapi dapat beradaptasi dan menanggapi kebutuhan yang muncul. Dengan memahami kompleksitas perilaku organisasi, termasuk pertukaran antara tujuan instrumental dan stabilitas internal, teori ini menawarkan wawasan tentang ketidakselarasan antara tujuan resmi dan praktik sehari-hari. Teori ini menekankan perlunya pemahaman yang lebih mendalam mengenai kemampuan beradaptasi, budaya, dan kebutuhan pemeliharaan dalam menganalisis perilaku organisasi pada kenyataannya.

Manajer memainkan peran penting dalam mengatasi ancaman dan memenuhi kebutuhan organisasi, memastikan keberlangsungan dan keselarasan dengan misi dan tujuannya. Mereka harus memahami dan merespons tantangan internal dan eksternal dengan menerapkan intervensi manajemen. Analisis struktural-fungsional menunjukkan bahwa organisasi memiliki kebutuhan esensial yang harus dipenuhi agar dapat berfungsi secara efektif. Pola-pola struktural muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, dan intervensi manajemen merupakan tanggapan reaktif terhadap ancaman yang teridentifikasi. Kebutuhan esensial mungkin melibatkan adaptasi terhadap perubahan kondisi, kemajuan teknologi, atau perubahan kebijakan pemerintah. Manajer harus menafsirkan sinyal dari lingkungan eksternal dan membuat perubahan internal yang sesuai. Penting untuk mempertimbangkan visi jangka panjang dan prinsip-prinsip organisasi ketika menerapkan intervensi. Hal ini membutuhkan keterlibatan para pemangku kepentingan, membangun dukungan untuk perubahan, dan secara efektif mengkomunikasikan alasan di balik intervensi. Dengan memahami dan mengelola intervensi, para manajer dapat memfasilitasi adaptasi dan keberhasilan dalam lingkungan yang terus berubah, dengan memanfaatkan keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen perubahan.

Sebagian besar pola struktural yang dipelajari oleh Selznick, Gouldner, dan Blau diperkenalkan oleh manajemen. Sebagai contoh, kooptasi perguruan tinggi hibah tanah dalam penelitian Selznick merupakan reaksi adaptif terhadap ancaman eksternal terhadap stabilitas dan keberlangsungan TVA. Demikian pula, keputusan manajemen untuk mengadopsi gaya otoriter yang ketat dalam penelitian Gouldner merupakan respon adaptif terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh meningkatnya persaingan ekonomi. Namun, beberapa pola struktural, meskipun bersifat adaptif, bukanlah hasil kerja para manajer. Blau, misalnya, menggambarkan perubahan struktural yang dilakukan oleh karyawan ketika mereka beradaptasi dengan masalah yang ditimbulkan oleh sistem pengukuran kinerja yang baru. Satu kelompok pewawancara memilih untuk berkompetisi secara agresif, sementara kelompok lainnya lebih memilih untuk melakukan tugas mereka dengan cara yang lebih kolegial. Sebagaimana dinyatakan di bawah ini, respon adaptif dari karyawan non-manajerial merupakan komponen penting lainnya dari teori perubahan organisasi.

REFERENSI

Caroline Hodge s Persell, "An Interview wit h Robert K. Merton, " Teaching Sociology 11 (July 1984)

Robert K. Merton , Social Theory and Social Structure: Toward the Codification of Theory and Research (Glencoe, IL:Th e Free Press, 1949)

Rober t K. Merton , "Bureaucratic Structure and Personality," Social Forces 18 (May 1940)

Philip Selznick, TVA and the Grass Roots: A Study in the Sociology of Formal Organization (Berkeley: University of California Press, 1953).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun