Ruang liminal, atau Liminal Space, menggambarkan fase transisi yang penuh ketidakpastian di antara dua tempat, baik itu secara pikiran, fisik, emosional, atau secara metaforis. Saat berada dalam ruang liminal, kita berada di wilayah baru yang belum kita eksplorasi secara fisik maupun mental.
Meskipun bagi sebagian orang, berada dalam ruang terbatas bisa terasa tidak nyaman karena otak cenderung menginginkan kestabilan dan prediktabilitas, namun ruang liminal memainkan peran tertentu bagi pengalaman hidup kita baik itu berkesan positif, merinding atau menyedihkan.
Dalam konteks psikologi, Liminal Space sering dikaitkan dengan Anemoia, konsep yang menggambarkan perasaan nostalgia terhadap pengalaman yang tidak pernah kita alami, terutama nostalgia terhadap keindahan masa lalu yang mungkin dianggap lebih bermakna daripada masa kini.
Liminal Space atau Liminalitas juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk hubungan antara diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut melibatkan upaya untuk memahami pengalaman atau perspektif orang lain, membuka peluang untuk melihat dunia dari sudut pandang yang sama dengan perasaan yang mungkin berbeda-beda.
Konsep Liminal Space
Secara mendasar, liminal space adalah ruang peralihan yang membawa kita ke momen di tengah-tengah perubahan yang tidak pasti. Selama periode tersebut, kita merasa rawan tetapi juga bisa tenggelam dalam potensi yang belum pasti. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggali konsep liminal space guna memahami bagaimana hal ini dapat membentuk dan memengaruhi psikologi kita, terutama melalui ekpsresi visual.
Konsep liminal space melibatkan unsur-unsur yang khas, seperti ketidakpastian, transformasi, dan kebebasan dari batas-batas konvensional. Tentu ini bukan sekadar lokasi di antara dua titik dalam ruang dan waktu, namun lebih daripada itu. Liminal space menjadi dimensi kehidupan yang bisa memicu introspeksi, kontemplasi dan pemikiran mendalam.
Definisi liminalitas dalam konteks akademis mencakup esensi yang paling dekat dengan makna tradisional. Namun, estetika ruang liminal telah berkembang dan melibatkan gambar-gambar tempat yang sederhana bersifat nostalgic, dreamy, atau misterius, dengan ketiadaan manusia dan keheningan ruang menjadi ciri yang utama.
Fenomena ini lebih menarik bagi generasi Milennial sampai Gen Z, yang menghubungkan daya tarik misterius ruang liminal dengan kenangan masa kecil dan budaya mereka. Lokasi seperti objek wisata pinggir jalan, taman bermain, rumah-rumah kosong, atau mal yang ditinggalkan, bersama dengan unsur-unsur seperti pencahayaan yang horror, dan dekorasi kuno, sering digunakan untuk menciptakan estetika ini.
Sebagai hasil dari daya tarik nostalgianya dan atmosfer seperti berkahayal atau bermimpi, banyak orang merenung tentang perjalanan waktu dan merindukan masa kecil di dunia liminal. Karena daya tarik nostalgianya diangap seru, banyak orang tertarik melihat Liminal Space melalui konsep Traumacore, Creepy, Adventure, Nostlagic, Hauntology, dan Aesthetic Place.
Definisi
Liminal space berasal dari bahasa Latin yaitu "limen" yang berarti "ambang". Â Menurut kamus Oxford, istilah "liminal" didefinisikan sebagai, menempati posisi di suatu tempat atau di kedua sisi batas atau ambang. Definisi tersebut berkaitan dengan tahap transisi atau awal dari suatu proses.
Secara sederhana artinya adalah kondisi ambang antara apa yang sudah kita kenal dan yang baru kita temui.
Asal Mula Liminal Space
istilah Liminal Space sudah mulai dikenal sejak tahun 2003, pada tahun 2020 Liminal Space mendapatkan perhatian lebih dikarenakan adanya pandemi di seluruh dunia yang menyebabkan banyaknya bangunan-bangunan yang ditinggalkan oleh manusia. Namun lebih jauh lagi, asal mula liminal space dapat ditemukan dalam berbagai konteks budaya dan ritual.
Victor Turner, seorang antropolog asal Inggris yang hidup pada abad ke-20, dia mengembangkan konsep ruang liminal dalam karya-karyanya, terutama dalam "The Ritual Process: Structure and Anti-Structure" (1969), Turner memperkenalkan konsep liminality sebagai fase peralihan dalam struktur ritual. Dia mendefinisikan liminal sebagai keadaan di antara, di mana individu atau kelompok mengalami perubahan identitas.
Bagaimana Liminal Space Bekerja
Liminal Space atau Ruang Liminal merupakan sebuah ruang dimana adanya sebuah ruang diantara dua titik keberadaan yang sama. Keadaan dimana kita meninggalkan sebuah ruang kehidupan tetapi masih belum memasuki ruang kehidupan berikutnya.
Kita selalu memasuki ruang liminal tanpa sepengetahuan kita dan biasa terjadi saat cara hidup kita yang lama terlah diubah, atau saat kita kehilangan seseorang yang kita cintai, saat kita sedang sakit, dan saat kehilangan pekerjaan yang diminati. Liminal Space muncul karena kita telah terbiasa menerjemahkan suatu tempat bedasarkan fungsinya, dan kita selalu memiliki tujuan untuk datang ke tempat tersebut.Â
Contohnya seperti memikirkan ruang kosong namun estetik, kota yang tak berpenhguni, area basement mall  pada malam hari, dan masih banyak lagi.
Liminal Space seringkali digambarkan sebagai ruang fisik. Dalam beberapa kasus, beberapa tempat mungkin bisa saja suatu saat berasa seperti dalam Liminal Space dan bisa saja tidak. Dan tempat lainnya bakal terasa seperti kita berada di dalam Liminal Space setiap kita mendatangi tempat tersebut.
Ruang liminal dengan sifatnya yang unik, memiliki peran penting dalam mempengaruhi psikologi manusia. Unsur-unsur yang mengatur Liminal Space, yaitu:
1. Ketidakpastian
Liminal space ditandai oleh ketidakpastian, membawa seseorang atau kelompok ke wilayah di antara batas-batas yang tidak terdefinisi tapi bisa divisualisasikan. Dalam keadaan ini, ketidakjelasan menjadi ruang yang ciri khas untuk mereflesikan diri.
2. Perubahan Identitas
Fase liminal memfasilitasi perubahan suatu identitas. Seseorang bisa melepaskan peran dalam Liminal Space serta menciptakan potensi untuk pertumbuhan pribadi dan perubahan yang mendalam.
3. Ambiguitas
Keadaan ambiguitas dalam liminal space menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas. Seseorang mungkin bisa merespon dengan cara yang tidak terduga, menghasilkan karya-karya yang mencerminkan kompleksitas emosi dan mengekspresikan pemikiran abstrak.
4. Ruang Pelepasan
Dalam liminal space, norma-norma konvensional dan ekspektasi sosial dapat tereduksi atau bahkan dihapuskan. Hal ini memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide baru tanpa terikat oleh batasan-batasan yang mengatur kehidupan sehari-hari.
Jenis Liminal Space
a. Ruang Liminal Fisik
1. Stasiun Kereta Api dan Bandara
Stasiun kereta api dan bandara sering menjadi ruang transisi fisik. Banyak penumpang berada di ruang publik tersebut saling berjalan dengan tujuannya masing-masing.
2. Koridor dan Lorong Gelap
Koridor gelap atau lorong yang kurang terang di antara dua ruangan dapat menjadi contoh fisik dari liminal space. Mereka menciptakan perasaan ambiguitas dan ketidakpastian saat melintasinya.
3. Gedung Pameran
Sebelum pembukaan sebuah pameran seni atau konferensi, gedung tersebut berada dalam keadaan liminal. Ruangan yang biasanya ramai menjadi sepi, menciptakan suasana yang tak terbatas, ambigu dan hening.
4. Koridor Rumah Sakit pada Malam Hari
Koridor rumah sakit pada malam hari dapat dianggap sebagai ruang liminal fisik. Selain horror, Keheningan dan kurangnya aktivitas menciptakan atmosfer transisi yang membuat kita merinding, berpikir abstrak, memvisualisasikan ekpresi sedih atau murka.
5. Tangga
Tangga yang menghubungkan lantai-lantai gedung apartemen dapat menjadi contoh ruang liminal fisik. Seringkali terletak di antara ruang keluarga (living room) dan ruang tamu. Tangga menciptakan kesan liminal saat seseorang naik atau turun tangga untuk menuju destinasi yang tak terdefinisikan.
6. Area Parkiran yang Luas
b. Ruang Liminal Emosional
1. Pekerjaan
Proses perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya sering kali membawa individu ke dalam keadaan emosional yang ambivalen. Momen ini adalah ruang liminal emosional di mana seseorang berhadapan dengan tantangan dan peluang baru.
2. Jalan-Jalan
Saat kita berjalan kaki, terdapat ruang emosional liminal yang unik. Sebelum berangkat, kita mungkin merasakan kombinasi antara gairah, semangat dan kegelisahan, namun saat ditengah perjalanan, kita berada di wilayah ketidakpastian mengengok kanan kiri sesuatu yang baru bagi kita.
3. Perceraian
Perceraian membawa individu ke dalam gejolak emosional liminal. Proses ini tidak hanya tentang akhir pernikahan. Melainkan juga tentang perjalana ndalam perubahanan identitas diri dan memvisualisasikan dinamika hubungan yang rumit.
4. Kematian Orang Tercinta
Duka atas kematian orang tercinta menciptakan ruang emosional liminal yang dipenuhi oleh rasa kehilangan, kehampaan, dan pertanyaan tentang bagaimana melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran mereka.
5. Kelulusan Sekolah/Kuliah
Saat meraih kelulusan, kita melangkah ke dalam ruang emosional liminal. Kita juga melihat secara visioner mengenai kepastian apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perjalanan karir professional dan kehidupan pribadi.
6. Penyakit
Menghadapi penyakit serius membawa individu ke dalam pengalaman emosional liminal yang kompleks. Membawa pada ruang liminal yang membuat kita terjebak dalam kesedihan dan kesepian.
c. Ruang Liminal Metaforis
1. Jati Diri
Saat menjalani perjalanan pencarian jati diri ketika pada masa remaja, seseorang seperti berjalan melalui lorong gelap kehidupan. Mereka berada dalam keadaan transisi, mencoba menjembatani batas-batas antara apa yang mereka ketahui tentang diri mereka dan apa yang mereka temukan.
2. Seni
Kesenian menciptakan ruang liminal metaforis yang hidup dan berubah seiring waktu. Memberikan beragam persepektif bagi penikmat seni.
Selanjutnya, melihat karya seni yang ambigu atau abstrak membuat kita masuk ke dalam dunia konsep dan interpretasi yang tak terbatas. Para penikmat seni berada di zona yang bias, di mana akan kita temukan berbagai makna-makna tersembunyi dan dapat dijelajahi sesuai dengan perspektif masing-masing.
Liminal Space Menjadi Sarana Pelepasan Ekspresi
Ruang liminal tidak hanya berfungsi sebagai perantara antara dua keadaan, tetapi juga sebagai wadah di mana seseoarng dapat mengekspresikan diri dengan cara yang unik dan membebaskan. Berikut adalah beberapa penjelasan di mana liminal space bisa menjadi sarana pelepasan ekspresi.
Ekspresi Kreatif
Dalam ruang liminal, kreativitas dapat berkembang dengan cara yang lebih bebas. Seseorang dapat mengekspresikan ide dan emosi mereka melalui seni, menemukan ide unik dari kebebasan ekspresi.
Penciptaan Identitas
ruang liminal menjadi tempat di mana seseorang dapat membentuk dan menentukan identitas baru. Mereka memiliki kebebasan untuk menggali aspek-aspek baru dari diri mereka dan mengekspresikannya secara autentik.
Pelepasan Emosi Terpendam
Bagi beberapa orang, ruang liminal menjadi arena di mana emosi yang terpendam dapat dikeluarkan. Ketenangan yang muncul dari ketidakpastian dapat menjadi wadah di mana seseorang mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan di tempat lain.
Kontemplasi
Ruang liminal juga memungkinkan kita untuk merenung dan memikirkan makna hidup, tujuan, dan nilai-nilai. Kontemplasi dalam ruang ini membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia sekitar.
Benarkah Liminal Space Menggangu?
Bagi sebagian orang, ketidakpastian yang melekat dalam ruang liminal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan. Sensasi yang stabil karena tidak tepat dalam mengekspresikannya dapat menjadi beban pikiran, terutama bagi mereka yang merasa sulit beradaptasi dengan perubahan.
Selain itu, bagi individu yang cenderung membutuhkan kendali dan kepastian dalam hidup, ruang liminal dapat menjadi pemicu perasaan kehilangan kontrol. Adaptasi terhadap perubahan dan transisi dalam ruang liminal juga menjadi elemen penting.
Proses perubahan dapat menuntut tingkat adaptasi yang tinggi, dan bagi mereka yang kesulitan beradaptasi, ruang ini dapat menciptakan stres dan tekanan yang berpotensi mengganggu psikologi.
Meskipun ruang liminal memberikan kesempatan untuk pelepasan ekspresi dan refleksi, penting untuk menyadari bahwa kita tidak selamanya bisa mengekspresikan emosi dengan positif. Terkadang jika kita mampu mengontrol diri dalam liminal space, kita bisa jatuh pada keheningan, kesepian, kesedihan, ketakutan, kerinduan, kecemasan, ketidakpastian yang berlebihan.
Referensi
Malbest, Trihando, Kusumanugraha. (2021). Memvisualisasi Liminal Space Dengan Menggunakan Fotografi. Jurnal: Proceeding Of Art & Deisign, Vol. 8, No.5. Telkom University.
www.verywellmind.com/the-impact-of-liminal-space-on-your-mental-health-5204371
www.aesthetics.fandom.com/wiki/Liminal_Space
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI