Ruang liminal dengan sifatnya yang unik, memiliki peran penting dalam mempengaruhi psikologi manusia. Unsur-unsur yang mengatur Liminal Space, yaitu:
1. Ketidakpastian
Liminal space ditandai oleh ketidakpastian, membawa seseorang atau kelompok ke wilayah di antara batas-batas yang tidak terdefinisi tapi bisa divisualisasikan. Dalam keadaan ini, ketidakjelasan menjadi ruang yang ciri khas untuk mereflesikan diri.
2. Perubahan Identitas
Fase liminal memfasilitasi perubahan suatu identitas. Seseorang bisa melepaskan peran dalam Liminal Space serta menciptakan potensi untuk pertumbuhan pribadi dan perubahan yang mendalam.
3. Ambiguitas
Keadaan ambiguitas dalam liminal space menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas. Seseorang mungkin bisa merespon dengan cara yang tidak terduga, menghasilkan karya-karya yang mencerminkan kompleksitas emosi dan mengekspresikan pemikiran abstrak.
4. Ruang Pelepasan
Dalam liminal space, norma-norma konvensional dan ekspektasi sosial dapat tereduksi atau bahkan dihapuskan. Hal ini memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide baru tanpa terikat oleh batasan-batasan yang mengatur kehidupan sehari-hari.
Jenis Liminal Space
a. Ruang Liminal Fisik
1. Stasiun Kereta Api dan Bandara
Stasiun kereta api dan bandara sering menjadi ruang transisi fisik. Banyak penumpang berada di ruang publik tersebut saling berjalan dengan tujuannya masing-masing.
2. Koridor dan Lorong Gelap
Koridor gelap atau lorong yang kurang terang di antara dua ruangan dapat menjadi contoh fisik dari liminal space. Mereka menciptakan perasaan ambiguitas dan ketidakpastian saat melintasinya.
3. Gedung Pameran
Sebelum pembukaan sebuah pameran seni atau konferensi, gedung tersebut berada dalam keadaan liminal. Ruangan yang biasanya ramai menjadi sepi, menciptakan suasana yang tak terbatas, ambigu dan hening.
4. Koridor Rumah Sakit pada Malam Hari
Koridor rumah sakit pada malam hari dapat dianggap sebagai ruang liminal fisik. Selain horror, Keheningan dan kurangnya aktivitas menciptakan atmosfer transisi yang membuat kita merinding, berpikir abstrak, memvisualisasikan ekpresi sedih atau murka.
5. Tangga
Tangga yang menghubungkan lantai-lantai gedung apartemen dapat menjadi contoh ruang liminal fisik. Seringkali terletak di antara ruang keluarga (living room) dan ruang tamu. Tangga menciptakan kesan liminal saat seseorang naik atau turun tangga untuk menuju destinasi yang tak terdefinisikan.
6. Area Parkiran yang Luas
Area parkiran yang luas, terutama saat sepi, menciptakan ruang liminal fisik yang melintasi batas antara ruang terbuka dan tertutup.
b. Ruang Liminal Emosional
1. Pekerjaan
Proses perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya sering kali membawa individu ke dalam keadaan emosional yang ambivalen. Momen ini adalah ruang liminal emosional di mana seseorang berhadapan dengan tantangan dan peluang baru.
2. Jalan-Jalan
Saat kita berjalan kaki, terdapat ruang emosional liminal yang unik. Sebelum berangkat, kita mungkin merasakan kombinasi antara gairah, semangat dan kegelisahan, namun saat ditengah perjalanan, kita berada di wilayah ketidakpastian mengengok kanan kiri sesuatu yang baru bagi kita.
3. Perceraian
Perceraian membawa individu ke dalam gejolak emosional liminal. Proses ini tidak hanya tentang akhir pernikahan. Melainkan juga tentang perjalana ndalam perubahanan identitas diri dan memvisualisasikan dinamika hubungan yang rumit.
4. Kematian Orang Tercinta
Duka atas kematian orang tercinta menciptakan ruang emosional liminal yang dipenuhi oleh rasa kehilangan, kehampaan, dan pertanyaan tentang bagaimana melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran mereka.
5. Kelulusan Sekolah/Kuliah
Saat meraih kelulusan, kita melangkah ke dalam ruang emosional liminal. Kita juga melihat secara visioner mengenai kepastian apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perjalanan karir professional dan kehidupan pribadi.
6. Penyakit
Menghadapi penyakit serius membawa individu ke dalam pengalaman emosional liminal yang kompleks. Membawa pada ruang liminal yang membuat kita terjebak dalam kesedihan dan kesepian.
c. Ruang Liminal Metaforis
1. Jati Diri
Saat menjalani perjalanan pencarian jati diri ketika pada masa remaja, seseorang seperti berjalan melalui lorong gelap kehidupan. Mereka berada dalam keadaan transisi, mencoba menjembatani batas-batas antara apa yang mereka ketahui tentang diri mereka dan apa yang mereka temukan.
2. Seni
Kesenian menciptakan ruang liminal metaforis yang hidup dan berubah seiring waktu. Memberikan beragam persepektif bagi penikmat seni.
Selanjutnya, melihat karya seni yang ambigu atau abstrak membuat kita masuk ke dalam dunia konsep dan interpretasi yang tak terbatas. Para penikmat seni berada di zona yang bias, di mana akan kita temukan berbagai makna-makna tersembunyi dan dapat dijelajahi sesuai dengan perspektif masing-masing.
Liminal Space Menjadi Sarana Pelepasan Ekspresi
Ruang liminal tidak hanya berfungsi sebagai perantara antara dua keadaan, tetapi juga sebagai wadah di mana seseoarng dapat mengekspresikan diri dengan cara yang unik dan membebaskan. Berikut adalah beberapa penjelasan di mana liminal space bisa menjadi sarana pelepasan ekspresi.
Ekspresi Kreatif
Dalam ruang liminal, kreativitas dapat berkembang dengan cara yang lebih bebas. Seseorang dapat mengekspresikan ide dan emosi mereka melalui seni, menemukan ide unik dari kebebasan ekspresi.
Penciptaan Identitas
ruang liminal menjadi tempat di mana seseorang dapat membentuk dan menentukan identitas baru. Mereka memiliki kebebasan untuk menggali aspek-aspek baru dari diri mereka dan mengekspresikannya secara autentik.
Pelepasan Emosi Terpendam
Bagi beberapa orang, ruang liminal menjadi arena di mana emosi yang terpendam dapat dikeluarkan. Ketenangan yang muncul dari ketidakpastian dapat menjadi wadah di mana seseorang mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan di tempat lain.
Kontemplasi
Ruang liminal juga memungkinkan kita untuk merenung dan memikirkan makna hidup, tujuan, dan nilai-nilai. Kontemplasi dalam ruang ini membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia sekitar.
Benarkah Liminal Space Menggangu?
Bagi sebagian orang, ketidakpastian yang melekat dalam ruang liminal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan. Sensasi yang stabil karena tidak tepat dalam mengekspresikannya dapat menjadi beban pikiran, terutama bagi mereka yang merasa sulit beradaptasi dengan perubahan.