Mohon tunggu...
Aldi Nur Sopian
Aldi Nur Sopian Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Public Relations

Sampurasun! Halo Sobat, Saya selalu senang untuk menulis tentang artikel tentang film, musik, membuat puisi dan membahas banyak hal tentang psikologi komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Red Flag Dalam Sebuah Hubungan?

20 Desember 2023   20:20 Diperbarui: 20 Desember 2023   20:23 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sundaysingles: Red Flag Relationship

Dewasa ini, istilah "red flag" sering muncul di berbagai platform media sosial dan menjadi semacam kode bagi mereka yang ingin "mengeluarkan isi hati" tentang ketidaknyamanan dalam hubungan mereka.

Istilah ini seperti sebuah sinyal bahaya yang menandakan adanya masalah di balik panggung keromantisan. Mungkin kita juga pernah mendengar cerita atau bahkan merasakannya sendiri tentang hubungan yang terasa beracun (toxic relationship), seperti partner yang toksik secara mental atau fisik atau pengalaman pahit dalam relationship.

Sebenarnya, sebelum kita terjerat dalam lingkaran hubungan yang seperti itu, seringkali ada tanda-tanda peringatan (red flag) yang muncul sejak awal, dan hal tersebut harus kita ketahui sedini mungkin.

Hubungan interpersonal manusia adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial kita. Mencintai atau dicintai merupakan bentuk memiliki rasa keterhubungan dalam memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan mental kita dalam sebuah hubungan.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa "tidak semua" hubungan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita. Beberapa orang baik itu cowo atau cewe memiliki kecenderungan yang merugikan dalam ikatan percintaan. Bahkan dalam kasus yang parah, bisa mencapai taraf toksik atau kekerasan. Inilah saatnya kita perlu mengenali "red flag" sebagai tanda bahaya ketika berhubungan dengan orang lain.

Sebelum lebih lanjut, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "red flags" dalam sebuah hubungan? Bagaimana kita bisa mengidentifikasinya? Dan yang tak kalah pentingnya, bagaimana seharusnya kita bertindak jika hubungan yang kita jalani sudah mencapai tingkat toxic atau tidak sehat?

Dalam fase pendekatan (PDKT) atau sudah dalam hubungan resmi, ada beberapa kasus red flag yang patut diwaspadai. Misalnya, sikap pasangan atau orang yang sedang dicari perhatian yang terlalu posesif, memiliki banyak selingkuhan, atau bersikap kasar.

Maka dari itu, mengenali tanda-tanda red flag ini tidak hanya memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih bijak, tetapi juga membantu menciptakan hubungan yang sehat dan langgeng.

Sejarah Singkat Tentang Red Flag 

Penggunaan istilah "Red Flag" untuk menyatakan tanda bahaya dalam hubungan sebenarnya dapat ditelusuri kembali ke sejarah pelayaran pada masa lampau. Waktu itu, kapal-kapal menggunakan bendera merah sebagai isyarat untuk menunjukkan bahwa ada bahaya atau penyakit di kapal tersebut. Begitu pula dalam hubungan, "Red Flag" menjadi simbol peringatan terhadap masalah yang mungkin mengancam keberlangsungan hubungan.

Definisi "Red Flag" dalam Konteks Hubungan

Menurut Perry (2023), Red Flag adalah isyarat peringatan yang menunjukkan perilaku tidak sehat atau manipulatif. Pada awalnya, tanda-tanda ini tidak mudah dikenali.  Akhirnya red flag bagaikan bencana bagi suatu hubungan dan membuatnya begitu berbahaya.

Pembahasan tentang Red Flag muncul dalam konteks hubungan toksik atau abusive. Toxicity dapat muncul dalam berbagai hubungan dekat seperti dengan teman, rekan kerja, anggota keluarga, atau pasangan kita.

Dapat dipahami bahwa Red Flag merujuk pada tanda-tanda atau isyarat yang menunjukkan potensi masalah atau bahaya dalam sebuah hubungan. Mencakup perilaku atau pola komunikasi yang tidak sehat, serta pertanda-pertanda lain yang seharusnya memicu kewaspadaan.

Mengapa Penting untuk Mengenali Red Flag?

Mengetahui dan mengenali "Red Flag" merupakan kunci untuk menjaga kestabilan hubungan yang kita miliki. Tentu dengan itu kita memberikan kesempatan untuk mengatasi masalah secara proaktif dan menghindari jatuh ke dalam pola hubungan yang tidak diharapkan. Dengan memahami definisi dan sejarah "Red Flag," kita dapat lebih waspada terhadap dinamika atau drama dalam hubungan dan membuat keputusan yang lebih baik untuk hubungan yang kita jalani.

Ketahui Jenis-Jenis Red Flag Dalam Hubungan

Komunikasi yang Buruk

Komunikasi yang buruk merupakan gambaran ketidakmampuan salah satu pasangan untuk berbicara secara terbuka, dampaknya ialah sering terjadi pertengkaran dan perdebatan yang berujung pada penurunan suasana hati yang tidak diharapkan.

Contoh Kasus: Pasangan sering mengabaikan perasaan satu sama lain atau selalu berkomunikasi dengan nada yang merendahkan. Atau juga pasangan atau calon pasangan hilang tanpa kabar (ghosting).

Sikap Manipulatif

Menunjukkan keinginan untuk mengendalikan atau memanipulasi pasangan, seringkali dengan memberikan ultimatum untuk melarang kegiatan tertentu.

Contoh Kasus: Cowo selalu ingin mengontrol waktu dan aktivitas cewenya, bahkan sampai membuat cewenya stress dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Kurang Menunjukan Kesetiaan

Tanda-tanda selanjutnya yaitu terkait ketidaksetiaan, termasuk perilaku yang mencurigakan atau tidak jujur saat bercerita tentang orang lain yang ditemuinya.

Contoh Kasus: Pasangan sering menyembunyikan rahasia tentang pertemuannya dengan orang lain dan tidak jelas mengenai keberadaannya dan tentang hubungannya.

Kekerasan atau Perilaku Agresif

Melibatkan tindakan atau ancaman kekerasan, baik secara fisik maupun verbal. Sebaiknya segera tinggalkan jika mempunyai pasangan toxic seperti ini, atau kamu bisa meminta bantuan segera kepada orang terdekat.

Contoh Kasus: Pasangan memunculkan ancaman fisik atau menggunakan bahasa yang merendahkan dengan tujuan mengintimidasi.

Kurangnya Dukungan Emosional

Kekurangan dalam memberikan dukungan emosional bagi pasangan dapat melunturkan perasaan dan mengurangi keseimbangan dalam hubungan.

Contoh Kasus: Pasangan tidak responsif terhadap kebutuhan emosional pasangan atau kurang peka menjadi support system bagi pasangan ketika dalam situasi sulit.

Ketidakjelasan atau Ketidakjujuran

Menunjukkan sikap tidak jelas atau tidak jujur dalam berkomunikasi, seringkali ditandai dengan aktivitas seperti menyembunyikan informasi, menahan diri untuk tidak berbicara dan tidak terbuka dalam proses komunikasi.

Contoh kasus: Pasangan sering menarik diri untuk tidak bertemu atau kadang tidak mau memberikan informasi secara jelas, hal tersebut menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan pada sebuah hubungan.

Ketidakmampuan untuk Berkompromi

Kesulitan dalam mencapai kesepakatan atau mencari solusi bersama dalam situasi konflik bersama pasangan.

Contoh kasus: Pasangan selalu ingin mengontrol keputusan dan sulit untuk mencapai kesepakatan yang setara dalam keputusan bersama. Jika hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, maka hubungan sepertinya tidak akan sehat dan tidak akan berlangsung lama (berdasarkan pengalaman pribadi penulis).

Sikap Terlalu Menyalahkan 

Cenderung menyalahkan pasangan atas masalah atau konflik yang terjadi tanpa rasa memiliki tanggung jawab pribadi.

Contoh kasus: Pasangan selalu melampiaskan kesalahannya kepada pasangan tanpa introspeksi diri terlebih dahulu. Lalu tidak ada effort untuk memperbaiki hubungan.

Kurangnya Kepercayaan

Ketidakpercayaan yang melibatkan keraguan berlebihan terhadap pasangan atau enggan memberikan kebebasan dalam menjalani kehidupan pribadi pasangan.

Contoh Kasus: Pasangan secara spontan memeriksa atau menyelidiki aktivitas pasangan tanpa alasan jelas, lalu menunjukkan kurangnya kepercayaan dengan menganggap serba salah atas klarifikasi yang diberikan oleh pasangannnya.

Merasa Rendah Diri

Pasangan yang memiliki rasa rendah diri atau kurang percaya diri, dapat menciptakan ketidakstabilan emosional yang memengaruhi jalannya hubungan.

Contoh: Pasangan terlalu bergantung pada validasi eksternal atau sering meragukan value dirinya. Sehingga dapat menciptakan hubungan yang tidak awet, dan harus diperbaiki segera mungkin.

Melakukan Pelecehan

Perilaku merugikan atau menyakiti secara fisik atau emosional terhadap pasangan, menciptakan lingkungan yang tidak aman dengan melakukan pelecahan seksual yang tidak pantas untuk diterima.

Contoh Kasus: Pasangan yang sering melecehkan atau menghina secara verbal, menunjukkan pola perilaku yang destruktif dalam hubungan.

Narsisme

Kondisi di mana satu pasangan memiliki dorongan yang berlebihan terhadap dirinya sendiri untuk meraih validasi kepada khalayak. Hal ini seringkali ditandai dengan mengabaikan perasaan dan kebutuhan pasangan.

Contoh Kasus: Pasangan terlalu fokus pada diri sendiri, kurang perhatian dan empati terhadap pasangan, dan merasa pantas mendapatkan perhatian lebih dari yang diberikan oleh pasangannya itu sendiri.

Cemburu Yang Tidak Rasional

Perasaan cemburu yang berlebihan terhadap pasangan dapat merusak kepercayaan dan kestabilan dalam hubungan.

Contoh Kasus: Pasangan yang selalu curiga tanpa alasan yang jelas atau terlalu cemburu terhadap interaksi pasangan dengan orang lain, padahal belum tentu pasanganya berpaling hati atau selingkuh. Hal ini harus dihindari karena tidak baik untuk hubungan secara jangka panjang.

Tips Mengatasi Red Flag Dalam Hubungan

1. Komunikasi Terbuka dan Jujur (Truthfulness)

Berdialog secara terbuka dan jujur dengan pasangan perlu dilakukan dengan pendekatan yang empati dan tanpa judging yang berlebihan. Mengungkapkan perasaan dan pengalaman dalam hubungan secara jujur dapat menciptakan ruang untuk saling memahami. Menghindari saling menyalahkan dan lebih fokus untuk mengatakan dengan cara "Saya merasa..." daripada "Kamu selalu...".

2. Membangun Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan menciptakan lingkungan di mana setiap pasangan merasa aman untuk berbicara. Ini melibatkan tidak hanya mendengarkan, tetapi juga menghargai pandangan dan perasaan satu sama lain. Dengan membangun keterbukaan, pasangan dapat merasa lebih nyaman untuk membahas isu-isu yang mungkin muncul dalam hubungan secara jangka panjang.

3. Menyusun Batasan Bersama (Set a Boundaries)

Menyusun batasan bersama melibatkan diskusi mendalam tentang nilai-nilai, kebutuhan, dan harapan masing-masing pasangan. Hal ini dapat mencakup waktu pribadi, ruang, kebebasan, dan tanggung jawab bersama. Setiap pasangan harus memiliki perencanaan yang setara dalam pembuatan batasan ini.

4. Konsistensi Dalam Hubungan (Consistency)

Setelah membuat batasan, maka setiap pasangn memerlukan konsistensi. Pasangan perlu berkomitmen untuk menghormati dan mendukung kebutuhan satu sama lain. Tentu ini juga melibatkan kesediaan untuk beradaptasi seiring waktu sejalan dengan kebutuhan masing-masing dan perubahan-perubahan dalam hubungan.

5. Meminta Dukungan Teman atau Ahli (Find Help)

Jangan segan untuk mendapatkan bantuan profesional, serta mencari dukungan dari teman, keluarga. Karena dukungan yang kit acari dapat memberikan perspektif yang beragam dan tentunya kita juga pasti mendapatkan dukungan emosional yang diperlukan selama perjalanan mengatasi Red Flag.

Referensi

www.Medium.com/hello-love/recognizing-red-flags-in-relationships

www.betterup.com/blog/red-flags-in-a-relationship

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun