Di sisi lain, Tekanan media sosial seringkali menjadi beban berat bagi kita, di mana kita cenderung menilai diri berdasarkan citra yang diproyeksikan berdasarkan perspektif standar orang lain di media sosial.
Penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat memicu stres, kecemasan, dan merusak kesehatan mental jika kita tidak membatasinya dengan baik.Â
Rasa tidak aman dan perbandingan (komparasi) yang tak terhindarkan seringkali muncul. Tentu saja hal itu dapat memberikan hal yang tidak sehat di lingkungan digital.
Namun, perlu diingat bahwa kesadaran penuh atau mindfulness dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk menghadapi tantangan ini. Dengan menyadari dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental kita, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih sadar (mindful) untuk menyesuaikan diri dan membangun keseimbangan dalam aktivitas daring dan luring.
Mindfulness mengacu pada latihan mental untuk memusatkan perhatian pada saat sekarang (present). Jika diadopsi dengan benar dan dilakukan secara rutin, sikap mindfulness tidak hanya mampu mencegah, tetapi juga meredakan gejala gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, insecure dan mungkin gangguan lain yang bisa merambat menjadi penyakit fisik.
Dengan begitu, kita dapat menghadapi pengaruh teknologi digital dengan cara yang seimbang, lebih bermakna, serta menjaga kesehatan mental kita di tengah derasnya informasi yang terus mengalir tanpa henti.
Apa itu Mindfulness?
Dilansir dari Mindful.org (2020), Mindfulness adalah kemampuan dasar manusia untuk hadir sepenuhnya untuk sadar akan di mana kita berada dan apa yang sedang kita lakukan, serta tidak terlalu reaktif atau terlalu terbebani oleh apa yang terjadi di sekitar kita.
Kesadaran penuh (mindfulness) dalam konteks era media sosial sekarang ini adalah kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian sepenuhnya pada penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.Â
Hal tersebut mencakup kesadaran terhadap informasi yang diterima, interaksi online, dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental.