Mohon tunggu...
Aldi Nur Sopian
Aldi Nur Sopian Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Public Relations

Sampurasun! Halo Sobat, Saya selalu senang untuk menulis tentang artikel tentang film, musik, membuat puisi dan membahas banyak hal tentang psikologi komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Persepektif Gen Z terhadap Aktivitas Me Time yang Berharga

13 Desember 2023   15:32 Diperbarui: 13 Desember 2023   15:33 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dribbble.com : Me Time

Generasi Z, sering disebut sebagai Gen Z, merujuk pada kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Sebagai penerus generasi sebelumnya, Gen Z menjadi aktor utama dalam membentuk dunia modern, terutama di tengah modernisasi teknologi dan perubahan sosial.

Karakteristik Gen Z mencakup ketangguhan terhadap perubahan, kecakapan teknologi yang luar biasa, dan semangat kewirausahaan yang tinggi. Keinginan mereka untuk keterlibatan sosial, keadilan, dan keberlanjutan telah membuat mereka menjadi kekuatan pendorong perubahan dalam masyarakat.

Namun mengapa dewasa ini banyak Gen Z yang memaknai aktivitas me time adalah sebuah "treasure" atau "paradise" yang berharga di mata mereka.

Perspektif Gen Z terhadap Aktivitas Me Time

Kenapa Gen Z menginvestasikan begitu banyak waktu saat Me Time? Jawabannya terletak pada upaya mereka yang tiada henti untuk menemukan jati diri, menenangkan diri, dan keinginan untuk menjalani hidup dengan cara mereka sendiri.

Gen Z melihat Me Time lebih dari sekadar pelarian sesaat. Me time menurut Gen Z adalah sebuah aktivitas penting untuk menjaga keseimbangan dan Kesehatan fisik dan mental ketika sudah melakukan pekerjaan, sekolah ataupun aktivitas yang berat.

Secara sederhana Me Time adalah meluangkan dan memaksimalkan waktu, ruang dan kesempatan untuk diri kita sendiri dengan melakukan apa yang kita mau tanpa intervensi orang lain.

Salah satu aspek yang menarik tentang pandangan Gen Z terhadap aktivitas "Me Time" atau waktu untuk diri sendiri, yaitu Me Time menjadi semakin relevan karena Gen Z menghadapi tekanan dari berbagai sumber dan faktor, mulai dari tuntutan pekerjaan, gaya hidup, kepribadiam hingga tekanan di kehidupan media sosial.

Dalam usaha untuk menjaga keseimbangan hidup dan kesehatan mental, banyak dari mereka menyadari pentingnya mengalokasikan waktu khusus untuk merawat diri sendiri. Hal ini mencakup kegiatan seperti makan-makan, hangout, nonton film/series, olahraga, membaca buku, atau sekadar bersantai tanpa melibatkan gadget.

Namun, Beberapa dari Gen Z mengakui bahwa mereka sulit untuk benar-benar memutus hubungan dengan internet yang bersifat globalisasi, bahkan ketika mencoba menghabiskan waktu untuk diri sendiri. Dalam upaya untuk mengatasi hal ini, beberapa di antara mereka melakukan praktik seperti social media detox, di mana mereka sengaja menjauhi smartphone agar tidak terpapar kehidupan maya terutama media sosial dalam jangka waktu tertentu, atau sampai mereka puas dan tenang.

Aktivitas Me Time juga menjadi wadah bagi Gen Z untuk mengeksplorasi minat pribadi dan mengembangkan kreativitas mereka. Banyak yang menemukan kebahagiaan dalam mengejar hobi seperti mengedit konten, menulis, menonoton, atau bermain musik. Hal itu tidak hanya menjadi sarana untuk melepaskan tekanan, tetapi juga untuk menggali potensi kreatif yang mungkin menjadi peluang berharga dalam rutinitas sehari-hari mereka.

Dalam konteks sosial, Gen Z juga mengamati perubahan dalam dinamika hubungan interpersonal mereka selama melakukan kegiatan sendiri. Beberapa menyukai kesendirian sebagai cara untuk merenung dan meresapi pikiran mereka, sementara yang lain lebih memilih berkumpul dengan teman-teman yang memiliki minat yang sama. Dengan itu, mereka menciptakan ruang untuk berbagi ide dan pengalaman.

Me Time tidak dianggap sebagai cara untuk meningkatkan hubungan kita dengan diri sendiri saja, tetapi juga dengan orang lain. Ketika tubuh dan otak kita selalu bekerja, kita akan mudah kewalahan dengan kehidupan. Hal ini pada gilirannya menyebabkan suasana hati kita berubah lebih cepat. Gen Z menjadi mudah frustrasi dan kurang bisa mengontrol emosi kita.

Me Time yang teratur membantu otak kita yang sibuk untuk melepas penat. Kita menghilangkan stress dengan cara tersebut sehingga membantu kita tidur lebih nyenyak, memberi kita lebih banyak kendali atas suasana hati, meningkatkan tingkat kesabaran, dan membantu hari hari seseorang agar lebih baik moodnya.

Manfaat Me Time

Manfaat dari Me Time menurut psikolog Sherrie Bourg Carter, PsyD., yaitu:

Memberikan kesempatan otak untuk beristirahat, menjernihkan pikiran, mengurangi stress.

Meningkatkan konsentrasi dan produktivitas karena pikiran jadi lebih jernih

Memaksimalkan waktu untuk mengenal diri sendiri

Bisa berpikir lebih mendalam sehingga bisa lebih efektif untuk memecahkan persoalan

Dapat menghargai hubungan dengan orang lain, sehingga kualitas hubungan dengan orang lain jadi meningkat

Kesimpulan

Persepektif Gen Z terhadap aktivitas Me Time mencerminkan kebutuhan mendalam untuk keseimbangan dan refleksi di tengah kehidupan yang penuh tekanan. Berbagai tekanan dihadapi Gen Z, seperti pekerjaan, gaya hidup, media sosial, internet dan kepribadian. Meskipun teknologi memainkan peran penting dalam akitivitas Me Time. Gen Z dewasa ini juga semakin sadar tentang resiko kecanduan media sosial melalui laptop/smarthphone.

Mereka hanya ingin menyempatkan waktu untuk sendiri, merenung, melakukan apa yang mereka ingikan dengan berbagai hal yang telah disebutkan seperti hangout, menonton film, membaca buku, jalan-jalan atau bahkan tidur.

Hanya saja perspektif ini belum diketahui dan dipahami oleh kebanyakan orang. Aktivitas Me Time juga dinilai kontroversial karena "Me Time" banyak disalahartikan dan disalahgunakan oleh beberapa Gen Z yang dimaknai sebagai pelarian dari beban pekerjaan yang diserahkan kepada orang lain. Bahkan, ada juga yang menganggap Me Time ini adalah sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab. Sehingga tidak jarang kita menemukan penilaian sentiment terhadap Gen Z seperti lebay, konsumtif, banyak gaya, boros, bermental lemah dan sebagainya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun