Keterangan: LHS = Left-Hand Side, RHS = Right-Hand Side.
Yang menarik, sebagian besar tambahan produksi tersebut berasal dari Libya dan Irak yang kita ketahui bersama pernah atau sedang dilanda konflik. Libya dan Irak menunjukkan kinerja yang impresif dengan menyumbang produksi minyak masing-masing sebanyak 787 ribu bph dan 3,1 juta bph pada bulan September atau bertambah masing-masing 250 ribu bph dan 135 ribu bph dari produksi bulan sebelumnya. Bagi Libya, ini merupakan pencapaian tertinggi pasca hantaman Arab Spring di negara tersebut beberapa tahun lalu. Dan bagi Irak, ini merupakan pembuktian kapasitas mereka dalam memproduksi minyak kepada masyarakat dunia.
Laporan pendukung lain datang dari negara-negara non-OPEC, dimana mereka tercatat mengalami peningkatan produksi minyak. Data teranyar menyebutkan, sampai bulan September lalu saja produksi gabungan antara negara-negara OPEC dan non-OPEC sudah meningkat 910 ribu bph (MoM) menjadi 93,8 juta bph,. Hal ini semakin jelas menandakan adanya kelimpahan pada persediaan minyak dunia di tengah kondisi permintaan yang terpangkas akibat perlambatan laju ekonomi negara-negara utama.
Yang Diuntungkan & Yang Dirugikan
Gelombang yang ditimbulkan dari perubahan harga minyak tentu berbeda di tiap-tiap negara. Butuh kajian yang lebih dalam untuk mengetahui secara pasti siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan atas penurunan harga minyak dunia ini. Namun dalam sudut pandang umum dan terbatas pada tema tulisan, negara-negara importir minyak akan lebih diuntungkan karena adanya potensi keringanan pembayaran, sementara negara-negara eksportir mungkin saja menghadapi guncangan ekonomi yang diakibatkan oleh defisit anggaran.
Sebutlah AS. Selama ini negara itu tercatat sebagai negara dengan tingkat konsumsi minyak paling tinggi di antara negara-negara lain. Berdasarkan data U.S. Energy Information Administration (EIA), produksi minyak AS, meskipun terus mengalami pertumbuhan, belum mampu menutupi total kebutuhannya yang mencapai 18,9 juta bph. Kondisi ini menjadikan AS negara importir minyak bersih (net oil importer) nomor wahid dunia dengan total impor mencapai 8 juta bph. Dengan adanya penurunan harga minyak dunia dan statusnya sebagai importir bersih tersebut, tak diragukan jika anggaran pemerintah AS untuk impor akan menjadi lebih hemat. Kondisi seperti ini bisa dimanfaatkan pemerintah AS untuk memacu perekonomiannya yang tengah melambat dengan mengarahkan margin keuntungan pada hal-hal yang mendukung pertumbuhan ekonomi seperti investasi. Lebih jauh, penurunan impor tersebut dapat membuka jalan pada terciptanya lapangan pekerjaan baru dan penguatan posisi dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Terlepas dari semua hal di atas, nilai tukar dolar AS memang akan selalu menguat ketika harga minyak merosot, begitupun sebaliknya, seakan sudah menjadi bagian dari hukum alam. Fakta ini seharusnya membuat kita lebih mawas dalam menilai siapa yang paling diuntungkan dengan adanya penurunan harga minyak dunia. Silakan lihat grafik di bawah.
[caption id="attachment_329997" align="aligncenter" width="490" caption="Grafik perbandingan antara indeks dolar AS dengan WTI."]
Lebih hebatnya berkah seperti ini tak bisa didapatkan negara-negara lain, sekalipun mereka tercatat sebagai importir minyak bersih. Jepang misalnya, meskipun sebagai importir minyak bersih mereka tak sepenuhnya mendapat keuntungan dari penurunan harga minyak. Mereka dihadapkan pada persoalan nilai tukar yang seringkali "dipatok" di level rendah guna mendukung geliat ekonominya sehingga ketika harga minyak merosot, mereka tetap harus membayar lebih sebagai dampak dari penguatan nilai tukar dolar AS.
[caption id="attachment_329998" align="aligncenter" width="490" caption="Grafik perbandingan nilai tukar USDJPY dengan harga WTI."]
Bagaimana dengan Negara-Negara Eksportir Minyak?
Pada dasarnya, penurunan harga minyak sangat tidak disukai negara-negara eksportir minyak. Ini dikarenakan penurunan tersebut dapat menyebabkan defisit anggaran yang bisa saja berujung pada runtuhnya perekonomian mereka, terlebih jika ekspor minyak memiliki kontribusi yang signifikan pada total pendapatan negara-negara tersebut.