Mohon tunggu...
Aldho Bagus Satria PWK Unej
Aldho Bagus Satria PWK Unej Mohon Tunggu... Freelancer - Perencanaan Wilayah Kota

Mohon Maaf Jika Terdapat Artikel yang Kurang atau Salah karena semua masih belajar dan perlu berproses

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pengembangan Pertanian dalam Penyediaan Tanaman Pangan (Studi Kasus Kulonprogo)

19 Juni 2020   15:36 Diperbarui: 19 Juni 2020   15:50 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Critical Review PERENCANAAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KULONPROGO

Latar Belakang

Provinsi DIY daerah mempunyai keistimewaan dengan adanya hanya 5  kabupaten dimana halnya,Kabupaten Sleman,Kabupaten Bantul,Gunung kidul,Kabupaten Yogyakarta,serta Kabupaten Kulon Progo.Dengan kesesuiannya Provinsi DIY memiliki banyak keunikan dalam mengembangkan umkm seperti halnya kerajinan ataupun pengeloaan pangan,dimana halnya Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki PDRB yang berbeda beda perlunya diketahui PDRB yang tertinggi dikeduduki oleh Kabupaten Sleman,Kabupaten Kulon Progo memiliki kesesuainya dengan PDRB yang masih rendah,Oleh karena itu perlunya membahas dalam pengembangan Sektor Pertanian khususnya Kabupaten Kulon Progo.Perlunya pengembangan dilihat dari sisi Sektor pertanian sebab Kabupaten Kulonprogo sektor perekonomian yang paling unggul dibanding sektor yang lain.diketahui  dengan tahun ke tahun.

Dari halnya pada tahun 2002 sampai tahun 2006,Sektor pertanian selalu memiliki share paling besar terhadap PDRB Kabupaten Kulonprogo.Pengembangkan sektor pertanian dimana tingkat perekonomian wilayah merupakan sebagai leading sektor dengan harapan pengembangan halnya sektor pertanian dalam kesesuaiannya akan dapat meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, sehingga perekonomian bisa meningkat atau termaksimalkan

Kesesuiannya dalam pengembangan sektor pertanian akan lebih cepat jika dilakukan dengan lebih secara terspesifikasi. Sektor pertanian memiliki beberapa subsektor diantaranya yaitu  adalah tanaman pangan, perikanan, kehutanan, peternakan dan tanaman perkebunan.Dimana dapat diketahui dalam analisis data bahwa tanaman pangan dalam hal ini berkesuaian dengan perlunya dalam kesejahteraan ekonominya, Ataupun Memberikan kontribusi yang sangat besar dibandingkan dengan adanya subsektor subsektor dengan hal lain, bahkan trennya selalu menunjukkan kenaikan peningkatan dari tiap tahun ketahunnya.

Perlunya dalam mengembangkan agribisnis merupakan suatu langkah atau cara yang tepat dalam usaha untuk guna semakin mengembangkan sektor pertanian, karena sebab dapat meningkatkan hasil hasil pengelolaan pertanian dengan memberikan nilai tambah pada produk pertanian yang berkesuaian dalam PDRB yang ada di Kabupaten Kulon Progo.Dimana halnya usaha dalam mengembangkan agribisnis yang dapat dikembangkan ataupun ditingkatkan adalah adanya industri makanan yang merupakan pengolahan berbagai macam bahan pangan pertanian.

Pengadaan Pembangunan industri industri tersebut akan menciptakan kawasan perencanaan desa yang modern dalam kegiatan perekonomian dengan tetap berakar ataupun berkesesuaian pada kehidupan yang agraris dan halnya perlunya ditunjang dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas fasilitas sosial maupun ekonomi.Pengadaan potensi yang berkembang,tidak dalam kententuannya banyak memiliki potensi yang berbeda pada  tiap kecamatan yang ada di kabupaten Kulonprogo,dalam pemgembangan permasalahan yang ada di kabupaten Kulon progo dapat dikembangkan melalui potensinya.

Dengan menilai sumber dayannya hal ini dapat dikembangkan. Pemerintah kabupaten Kulon progo sendiri perlunya dalam memproyeksikan kecamatan sebagai pusat pelayanan yaitu adalaha dengan adanya perlu menyusun hirarki dari kecamatan berdasarkan jumlah pengadaan fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang telah dimiliki oleh kabupaten kulon progo.Komoditas tanaman yang unggul dalam tiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo dalam kesesuaiannya perlu adanya dukungan Pemerintah dalam pengembangan sentra produksi dan sentra industri pengolahan.

Perwilayahannya dikembangkan menjadi kawasan atau pusat kegiatan ekonomi dengan tetap berakar pada kehidupan perwilayahan yang agraris di Kabupaten Kulonprogo melalui arah pengembangan tanaman pangan yang maksimal.Dalam kesuesuaiannya dengan mengetahui komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetiif dan perlunya kesesuaian yang paratif di tiap kecamatan di kabupaten kulon progo.Pentingnya peyusunan terkait dengan hirarki pusat-pusat pelayanan sosial dan ekonomi di Kabupaten Kulonprogo.

Tinjauan Teori

            Perencanaan Pembangunan

            Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan yang merupakan proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana pemilihan tujuan dilakukan secara sadar atas dasar skala kebutuhan dan dengan memperhatikan faktor-faktor keterbatasan yang ada. Ketika menyusun suatu perencanaan pembangunan, maka ada lima hal pokok yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

a. Permasalahan dan potensi yang ada

 b. Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai

c. Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran etrasebut

d. Penerjemahan rencanan kedalam bentuk program yang nyata.

e. Jangka waktu pencapaian tujuan

Pengertian perencanaan pembangunan sebagaimana telah diuraikan di atas, merupakan pengertian perencanaan pembangunan secara umum. Dalam kaitannya dengan penelitian ini perencanaan pembangunan yang dimaksudkan adalah perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dalam arti sempit adalah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh aparat Pemerintah Daerah, Sedangkan perencanaan pembangunan daerah dalam arti luas adalah seluruh kegiatan perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah, baik oleh aparat Pemerintah Daerah, Pusat maupun masyarakat.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Menurut Davidov dan Reiner yang dikutip dari Ateng Syafrudin, Perencanaan dapat berarti: "Suatu proses untuk menetapkan tindakan yang selayaknya. Dengan demikian pilihan-pilihan yang tersediakan membentuk suatu proses perencanaan yang terdiri atas tiga macam peringkat: pertama, memilih tujuan dan syarat-syarat, kedua, mengenai seperangkat alternatif yang bersifat konsisten dengan ketentuan-ketentuan umum tersebut serta memilih suatu alternatif yang dikehendaki, ketiga, mengarahkan tindakan-tindakan yang menuju kepada pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Badan perencanaan merupakan sebuah organisasi yang terpisah, dengan kantor dan badan stafnya sendiri. Tanggung jawab secara kemitraan untuk badan tersebut berbeda-beda disetiap negara. Sering badan tersebut bekerja di bawah Kementerian Keuangan. Ini bukan pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat-pejabat keuangan dan pejabat-pejabat perencanaan tidak sama

Ekonomi Wilayah

Pengembangan ekonomi wilayah adalah suatu proses untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu wilayah dengan mengelola sumber daya alam dan memanfaatkan sumber daya buatan, sumber daya manusia, dana dan teknologi untuk menciptakan berbagai peluang dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi.Dengan tujuannya guna untuk membantu sektor swasta dan masyarakat di dalam wilayah tersebut dalam memanfaatkan peluang-peluang pengadaan bisnis lokal dan pemembangunan kemampuan agar dapat memanfaatkan peluang-peluang bisnis industri pertanian tersebut.

Pengertian Pusat dan Sub Pusat Pelayanan Kota

Pusat kota merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi. Jika dilihat dari fungsinya, pusat kota merupakan tempat sentral yang bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerahdaerah di belakangnya, mensuplainya dengan barang-barang dan jasa-jasa pelayanan, jasa-jasa ini dapat disusun menurut urutan menaik dan menurun tergantung pada ambang batas barang permintaan. Sedangkan pengertian sub pusat pelayanan kota adalah suatu pusat yang memberikan pelayanan kepada penduduk dan aktivitas sebagian wilayah kota, dimana ia memiliki hirarki, fungsi, skala, serta wilayah pelayanan yang lebih rendah dari pusat kota, tetapi lebih tinggi dari pusat lingkungan.

Teori Growth Pole (Kutub Pertumbuhan) dan Pusat Pertumbuhan

 Perroux (1970) mendefinisikan sebuah kutub pertumbuhan sebagai suatu kumpulan industri yang akan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena industri-industri tersebut mempunyai kaitan kemuka (forward linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat dengan industri unggul. Perroux (1970) mengatakan pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan.

Adanya growth pole, akan menimbulkan trickling down dan polarization effects suatu pertumbuhan ekonomi. Trickling down dan polarization effects suatu pertumbuhan ekonomi ditemukan oleh Hirschman (1958). Ia berpendapat bahwa karena potensi sumber daya yang tidak seragam dan tidak merata antara region satu dengan region lainnya maka region-region dalam sebuah negara akan tumbuh tidak sama dan tidak seragam. Untuk dapat tumbuh dengan cepat, suatu negara perlu memilih satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang mempunyai potensi paling kuat.

Teori Spread-Backwash Effects Ekonomi Dalam Tata Ruang

Menurut Myrdal (1967), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (Backwash Effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (Spread Effects) terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukan menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah.(Kuncoro, 2003)

Menurut Myrdal (1967), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (Backwash Effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (Spread Effects) terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukan menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah.(Kuncoro, 2003).

Trickling Down dan Polarization Effects Suatu Pertumbuhan Ekonomi

Hirschman , Albert O (1970) Membedakan daerah di suatu negara menjadi daerah kaya dan daerah miskin. Dimana jika ada perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin menyempit berarti terjadi imbas yang baik atau disebut Trickling Down Effect. Sedangkan jika perbedaan antara daerah kaya dan daerah Indeks Ketimpangan PDRB PerKapita Sumber : Todaro, 2000 miskin itu melebar maka terjadi imbas yang kurang baik atau terjadi proses pengkutuban atau Polarization Effect.

Fungsi Pusat dan Daerah Belakang (Hinterland)

Dalam keterkaitannya pusat dengan daerah belakang memiliki hubungan yang dalam penagruhnya Internal dalam pengadaan fungsi dari pusat antara lain adalah sebagai pusat pemukiman, pusat pelayanan, pusat industri dan pusat perdagangan bahan mentah. Sedangkan fungsi daerah belakang antara lain sebagai penyedia bahan mentah dan sumber daya dasar, daerah pemasaran barang-barang industri dan pusat kegiatan pertanian.

Hierarki perkotaan

Hierarki perkotaan sangat terkait dengan hierarki sarana kepentingan umum yang ada di masing-masing kota. Hierarki perkotaan dapat membantu untuk menentukan sarana apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing kota. Sarana perkotaan bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Kota-kota yang tersebar di dataran sebagaimana yang diasumsikan oleh Christaller (1933) dalam Daldjoeni (1992), kota-kota tersebut menyajikan berbagai barang dan jasa untuk wilayah di sekelilingnya dengan membentuk suatu hierarki. Untuk melayani permintaan tempat-tempat kecil yang yang tersebar luas, disediakan barang dan jasa tingkat rendah. Kota-kota yang melayani barang dan jasa tingkat rendah dan tinggi sekaligus.

Pembahasan Critical Review

Diketahui Pada Jurnal Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Di Kabupaten Kulonprogo bahwa Komoditas suatu Tanaman Pangan Memiliki Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif di Tiap Kecamatannya,dengan menggunakan analisis shift share didapati data sebagai contohnya Kecamatan Temon adalah padi, jagung, ketela pohon, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau; Kecamatan Wates adalah padi; Kecamatan Panjatan adalah padi; Kecamatan Galur tidak memiliki komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif; Kecamatan Lendah adalah padi dan kacang tanah; Kecamatan Sentolo adalah jagung, ketela pohon, kedelai dan kacang hijau; Kecamatan Pengasih adalah padi, jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah padi, jagung dan ketela rambat; Kecamatan Girimulyo adalah padi, ketela pohon dan kacang tanah; Kecamatan Nanggulan adalah kedelai; Kecamatan Kalibawang adalah jagung dan kedelai; sedangkan Kecamatan Samigaluh adalah padi, jagung dan kacang tanah.

Pada jurnal ini juga didapati dengan menggunkan analisis LQ guna mengetahui kesesuaiannya,sebagai datanya bahwa Kecamatan Temon adalah padi, kacang tanah dan kacang hijau; Kecamatan Wates adalah padi, ketela rambat, kacang tanah dan kacang hijau; Kecamatan Panjatan adalah padi dan ketela rambat; Kecamatan Galur adalah padi dan kedelai; Kecamatan Lendah adalah jagung dan kedelai; Kecamatan Sentolo adalah jagung; Kecamatan Pengasih adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah dan kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah; Kecamatan Girimulyo adalah ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah; Kecamatan Nanggulan adalah padi dan kedelai; Kecamatan Kalibawang adalah ketela pohon dan kedelai; sedangkan Kecamatan Samigaluh adalah jagung dan ketela pohon.

Jurnal dengan studi kasus yang ada di Kabupaten Kulon progo membahas dengan keterkaitan dengan kesesuaian Komoditas Tanaman Pangan Unggulan yang Potensial untuk Dapat Dikembangkan di Masing masing Kecamatan.Pengadaan analisis Shift Share dan LQ dapat diketahui bahwa komoditas tanaman pangan yang dapat dikembangkan ditiap kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo dalam halnya di Kecamatan Temon adalah padi, jagung, ketela pohon, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau; Kecamatan Wates adalah padi, ketela rambat, kacang tanah dan kacang hijau; Kecamatan Panjatan adalah padi dan ketela rambat; Kecamatan Galur adalah padi dan kedelai; Kecamatan Lendah adalah padi, jagung, kacang tanah dan kedelai; Kecamatan Sentolo adalah jagung, ketela pohon, kedelai dan kacang hijau; Kecamatan Pengasih adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah; Kecamatan Girimulyo adalah padi, ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah; Kecamatan Nanggulan adalah padi, kedelai; Kecamatan Kalibawang adalah jagung, ketela pohon dan kedelai; sedangkan Kecamatan Samigaluh adalah padi, jagung, ketela pohon dan kacang tanah.

Kesesuiannya hirarki terkait jurnal dapat diketahui bobot besarannya dengan kondisinya bahwa ndeks Sentralitas,kecamatan yang memiliki indeks fungsi tinggi adalah Kecamatan Wates, Sentolo, Samigaluh dan Temon Sedangkan dengan perbandingannya bahwa kecamatan yang memiliki indeks fungsi rendah yaitu kecamatan Nanggulan, Lendah, Panjatan dan Girimulyo.Adanya penggolongan pusat wilayah, diketahui bahwa digolongkan dalam 3 hirarki yaitu hirarki I, yang tergolong dalam hirarki ini adalah daerah-daerah yang infrastrukturnya berkembang (nilai indeks fungsi tinggi) yaitu Kecamatan Wates, Sentolo, Samigaluh dan Temon.

Hirarki II yaitu daerah-daerah yang infrastrukturnya moderat (tidak berkembang tetapi juga tidak terbelakang) yaitu Kecamatan Pengasih, Kalibawang, Galur dan Kokap. Sedangkan hirarki III yaitu daerah-daerah yang infrastrukturnya terbelakang (nilai indeks fungsi rendah) yaitu Kecamatan Nanggulan, Lendah, Panjatan dan Girimulyo.Akan tetapi adanya pengembangan potensi dengan hal ini dapat dilihat bahwa pusat  pada Kabupaten Kulonprogo meliputi Kecamatan Wates, Sentolo, Samigaluh dan Temon dimana seperti pada penggolongan Hirarki I.

Kecamatan sebagai pusat pelayanan utama terletak pada kecamatan yang memiliki,kecamatan yang memiliki nilai indeks fungsi paling tinggi, yang menunjukkan frekuensi kegiatan dari fungsi-fungsi dalam memberikan pelayanannya paling tinggi yaitu Kecamatan Wates dengan nilai indeks fungsi sebesar 23,19 dengan jumlah fungsi nilai 509 dan total bobot sebesar 172,79.

Dalam halnya penganilisan pada Jurnal juga dapat dikembangkan juga dengan adanya Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Kulonprogo,Pada kondisi eksistingnya komoditas unggulan di Kabupaten Kulonprogo pada dasarnya membentuk suatu pengclusteran.Dalam halnya jurnal pada setiap pengadaan clusternya dari komoditas tanaman pangan akan didirikan industri pengolahan, sedangkan untuk perwilayahan lainnya sebagai daerah pendukung (hinterland) akan berfungsi sebagai penyedia input industri pengolahan tersebut. Industri pengolahan perlu dibangun pada masing-masing cluster komoditas unggulan untuk menampung hasil produksi.Perlunya kesesuaian bahan baku pangan relatif murah maka perlunya pengelolaan bahan baku pangan agar memberikan harga yang relatif dapat menambah perekonomian tersebut.

Pengadaan pada halnya Pemilihan lokasi industri pengolahan tanaman pangan berdasarkan asumsi bahwa investor akan masuk ke suatu daerah tetapi dengan syarat kententuan :

1) Infrastruktur di daerah tersebut baik, hal ini dapat ditunjukkan dari nilai indeks sentralitas terbobot untuk masing-masing kecamatan.

2) Daya beli masyarakat baik, hal ini dapat dilihat dari pendapatan perkapita masing-masing kecamatan.

Pada kesesuiannya jurnal terkait pengembangan bahan pangan seperti halnya penyediaan Komoditas padi unggulan di Kabupaten Kulonprogo terdapat pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan dan Samigaluh.Dalam hasil data Pertimbangan pembangunan industri pengolahan berupa penggilingan padi adalah kecamatan tersebut memiliki PDRB perkapita yang tinggi dan Indeks Sentralitas yang tinggi, yang berarti menggambarkan daya beli masyarakat yang tinggi dan kelengkapan infrastruktur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta dalam khususnya Pembangunan penggilingan padi untuk komoditas padi unggulan direkomendasikan di Kecamatan Wates dan Kecmatan Pengasih.

Dalam hasil kesesuainnya halnya Komoditas jagung unggulan terdapat di Kecamatan Temon, Lendah, Sentolo, Pengasih, Kokap, Kalibawang serta Samigaluh dimana pembentukan penglokasiannya pengelompakan terdapat pada Kabupaten Kulonprogo bagian tengah dan utara.Dalam Arahanya pengembangan komoditas jagung yaitu sebagai industri pengolahan komoditas jagung dibangun dibentuk pada Kecamatan Sentolo dan Pengasih sebab kecamatan ini memiliki pendapatan perkapita tinggi dengan ketentuan indeks sentralitas yang paling tinggi.

Dalam halnya penyediaan berupa Komoditas ketela pohon relatif tumbuh di Kabupaten Kulonprogo bagian barat dan utara, bentuk produksinya adalah dalam bentuk  sebagai umbi umbian basah.Dalam ketentauanya penyediaan terdapat pada Kecamatan Temon, Sentolo, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.Penyediaan pengembangan Pembangunan industri pengolahan ketela pohon dihasila rekomendasikan pada Kecamatan Sentolo dan Pengasih dengan sebab bahwa kedua kecamatan tersebut memiliki PDRB per kapita yang besar dengan indeks sentralitas yang cukup tinggi sehingga mudah untuk dikembangkan.

Penyediaan ketela rambat dalam ketentuan jurnal tersebut bahwa  ketela rambat tergolongkan sebagai bentuk umbi basah. Jika ditelaah bahwa ketela rambat relatif lebih berkembang di Kabupaten Kulonprogo bagian barat yaitu di Kecamatan Wates, Panjatan, Pengasih, Kokap,Girimulyo serta pada Kecamatan Wates, dengan pertimbangan yaitu PDRB perkapita tinggi dan indeks sentralitas yang tinggi pula cocok untuk sebagai pengembangan industrinya.

Penyediaan sebagai yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo bagian barat. Seperti halnya Daerah-daerah sebagai basis merupakan penyediaan sebagai  komoditas kacang tanah sebagai hal detail dalam peyediaan kacang tanah merupakan Kecamatan Temon, Wates, Lendah, Pengasih, Kokap Girimulyo serta Kecamatan Samigaluh.Pengadaan yang direkomendasikan halnya pembangunan industri pengolahan kacang tanah direkomendasikan pada Kecamatan Wates serta Kecamatan Pengasih,dengan diketahui bahwa sebab Kecamatan Wates dan Pengasih karena kecamatan tersebut memiliki tingkat pendapatan perkapita yang tinggi dan indeks sentralitas yang juga tinggi.

Kondisi kesesuaianya yang ada pada jurnal tidak lepas juga dengan penyediaan tanaman kedelai  dalam penglokasian yang ada pada Daerah di Kabupaten Kulonprogo yang dalam ketentuannya memiliki keunggulan kompetitif ataupun komparatif.Penyediaan sebagai komoditas tanaman kedelai adalah Kecamatan Temon, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Nanggulan dan Kalibawang. Untuk komoditas kedelai unggulan, industri pengolahan direkomendasikan di Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Pengasih.

Sebagai penyediaan tanaman pangan pada jurnal dengan studi kasus pada kabupaten Kulonprogo dengan penyediaan juga tidak lepas dengan penyediaan komoditas unggulan sebagai tanaman kacang hijau, yaitu Kecamatan Temon, Wates, Sentolo dan Pengasih. Dengan kesesuaiannya sebagai Daerah komoditas kacang hijau unggulan ini membentuk suatu cluster di Kabupaten Kulonprogo pada bagian tengah.

Pengembangan  sebagai Arah dari komoditas kacang hijau yaitu bahwa pembangunan industri pengolahan direkomendasikan pada Kecamatan Wates. Pertimbangan pembangunan industri pengolahan di Kecamatan Wates terkait dengan sebagai kecamatan tersebut memiliki tingkat pendapatan perkapita yang tinggi dan indeks sentralitas yang relatif tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun