Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sang Gembong

28 Agustus 2022   07:27 Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:30 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sang Gembong.

Sang Gembong sedang mengisap cerutu kesayangannya di sebuah Villa Mewah yang biasanya hanya dihuni oleh selebriti dunia yang berlibur di pulau ini. Kawasan villa mewah ini sangat tertutup. Jaminan privasi dan tidak ada gangguan sekecil apapun dengan pengamanan ketat. Tidak sembarang orang bisa masuk ke kawasan ini. Tim gabungan keamanan dari berbagai aparat dan preman serta pasukan adat merupakan jaminan pengamanan kawasan tersebut.

Biasanya Sang Gembong ini tidak pernah pergi dari markasnya yang tersembunyi di apartemen khusus yang disiapkan di ibukota. Namun perintah Sang Kaisar mengintruksikan bahwa dia harus berangkat ke villa ini. Tidak boleh naik pesawat. Namun melalui jalan darat. Sudah dua minggu Sang Gembong ini bersembunyi di villa mewah ini.

Tangan kanan kepercayaannya datang menemaninya sarapan pagi di tepi kolam pagi ini.

   "Selamat pagi bos, apa kabar?" Tanya Sang Tangan Kanan menyapa Sang Gembong.

   "Baik-baik saja," jawab Sang Gembong dengan acuh.

   "Sampai berapa lama kita berada disini bos?" lanjut Sang Tangan Kanan.

   "Sabar saja. Tunggu situasi kondusif," jawab Sang Gembong enteng.

   "Apakah kita aman disini? Tidak sebaiknya kita ke luar negeri?" Tanya Sang Tangan Kanan.

   "Disini paling aman. Semua orang mengira kita sudah lari ke luar negeri. Makanya para anak buah koordinator wilayah kita suruh lari ke luar negeri. Mereka terlacak imigrasi. Kapan berangkat ke luar negeri dan naik pesawat apa. Kita tidak terdeteksi disini. Villa ini milik tokoh terkenal di Jakarta yang sangat kuat. Beliau juga membantu Sang Kaisar kita. Cuma masih tersembunyi," jawab Sang Gembong.

   "Ada anak buah di beberapa wilayah tertangkap, bagaimana nasibnya ini?" Tanya Sang Tangan Kanan.

   "Tidak apa-apa itu. Semua sudah ada yang mengurusnya, santai saja," Jawab Sang Gembong sambil menghembuskan asap cerutunya.

   "Bagaimana peluang kita bos. Atasan Sang Kaisar mengatakan bahwa selama kepemimpinan beliau tidak boleh ada judi," kata Sang Tangan Kanan sedikit resah.

   "Sudah saya bilang tenang. Sudah puluhan tahun kita menjadi gembong permainan ini. Saya mulai dari anak buah sampai pimpinan tertinggi di bawah Sang Kaisar. Kau meragukanku?" Tanya Sang Gembong.

   "Saya hanya menyampaikan keluhan dari pasukan kita yang sedang tiarap dan bersembunyi juga," kata Sang Tangan Kanan menimpali.

   "Katakan kepada mereka agar sabar. Semua ada waktunya. Ada waktu bermain, ada waktunya berhenti. Yang penting semua para koordinator dikirim semua persediaan dan biayanya. Pasukan paling bawah semua dinonaktifkan. Katakan semua usaha kita tutup sampai ada pemberitahuan dan perintah baru," kata Sang Gembong tegas.

   "Siap bos. Tapi bagaimana dengan pergantian Sang Kaisar. Siapa Sang Kaisar baru yang akan ditunjuk? Jangan-jangan tidak ada lagi Sang Kaisar baru," Tanya Sang Tangan Kanan.

   "Tidak usah khawatir. Mau ada kaisar baru, atau tetap dengan kaisar lama, itu bukan urusanmu. Biarkan para bos diatas yang mengatur dan memerintahkannya," jawab Sang Gembong.

   "Kalau kegiatan kita tetap dilarang selama periode atasan Sang Kaisar, bagaimana bos?" Tanya Sang Tangan Kanan lagi.

   "Tidak usah bicara larangan. Menurut hukum di negeri ini, judi itu illegal. Melanggar hukum. Kenapa kau bicara larangan? Tapi judi ini tidak hanya penting bagi kita, tetapi juga bagi para petinggi jenderal itu dan anak buahnya. Boleh atasan Sang Kaisar mengatakan begitu, namun kenyataannya kita dilindungi juga. Sepanjang kita bisa memberikan setoran seperti yang ditargetkan, maka kita akan dilindungi," jawab Sang Gembong.

   "Jadi kita cukup bersabar menunggu perintah baru ya bos?" kata Sang Tangan Kanan.

   "Ya, dan jangan keluar dari kawasan villa mewah ini. Jaga saluran komunikasi tetap aman. Kode pembicaraan tetap dijaga. Jangan menghubungi teman-teman yang sedang di luar negeri. Mereka sudah dipantau disana. Justeru kita yang aman tanpa pemantauan disini. Ketika keadaan kondusif, segera kita susun tim baru," kata Sang Gembong.

   "Koordinator IT meminta perintah bos," Kata Sang Tangan Kanan.

   "Suruh tenang saja. Kondisi semua perangkat IT harus mati. Tanpa aktivitas. Jangan sampai terlacak. Server baru akan disiapkan di luar negeri dengan perlindungan yang ketat. Ingat juga, semua wanita yang melayani disini tidak boleh keluar dari kawasan ini. Jangan sampai informasi keberadaan kita disini bocor. Jika bocor, kita pindah lokasi. Semua harus terkendali dulu," kata Sang Gembong.

   "Oke bos, saya pamit dulu untuk koordinasi dengan semua pasukan yang sedang tiarap," kata Sang Tangan Kanan.

   "Oke, saya juga mau berenang," kata Sang Gembong sambil berjalan menuju kolam renang di villa tersebut. Sang Gembong dalam persembunyian sementara. Vila mewah, sarapan dan makanan enak, cerutu kesayangan dan para wanita pelayannya. Kemewahan persembunyian ditengah maraknya kasus Sang Kaisarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun