Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Galang Kekuatan Relawan, Trauma Memori 2014?

14 Juni 2022   06:56 Diperbarui: 14 Juni 2022   07:12 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah Jokowi sedang mempersiapkan kekuatan relawan ini menjadi alat penekan untuk menentukan Paslon dalam Pilpres 2024? Sehingga Partai Politik atau gabungan partai politik mau mencalonkan sesuai dengan harapan masyarakat?

Seberapa pentingkah Capres penggantinya bagi Jokowi? Apakah tidak seharusnya dia berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya sebagai presiden? Berbagai pertanyaan kita boleh utarakan, namun tetap kita harus memahami psikologis presiden Jokowi. Dia akan lega turun dari kursi kepresidenan, jika penggantinya adalah orang yang dipercaya dan diyakininya akan meneruskan pembangunan yang sudah dirintisnya untuk dilanjutkan.

Jika penggantinya bukan yang diyakininya melanjutkan apa yang dilakukannya, maka sia-sia rasanya kerja kerasnya selama 10 tahun ini. Kenapa? Itulah kelemahan kita yang tidak memiliki Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) lagi. GBHN kita dulu memuat pembangunan yang bertahap dan berkelanjutan. Ada pembangunan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

GBHN sudah almarhum alias dikebumikan. Inipun gegara GBHN produk Orde Baru yang dihanguskan penguasa era reformasi yang kebablasan. Pergantian rezim membuat dendam kesumat kepada produk rezim sebelumnya. Dan inilah mungkin yang menjadi trauma juga bagi Jokowi.

Jika demikian halnya, bisa kita pahami bahwa Jokowi bukan lagi hanya memikirkan program pembangunan yang sedang dilaksanakannya, namun dia berpikir ke depan. Bagaimana penggantinya bisa melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukannya.

Hal ini penting, karena Jokowi juga banyak melakukan dan melanjutkan  pembangunan yang mangkrak dan tidak bisa berjalan di periode sebelumnya. Misalnya Pembangunan tol Becakayu dari Bekasi ke kampung Melayu. Sudah dimulai tahun 1995, namun mangkrak. Tahun 2014 dihidupkan lagi dan sampai kini belum tuntas juga.

Pembangunan jalan tol dan infrastruktur lainnya seperti jalan, pelabuhan dan bandara serta penyulingan minyak Pertamina menjadi sebagian contoh yang patut diutarakan.

Upaya Jokowi untuk menggalang kekuatan relawan sebagai pendukung calon penggantinya bisa dimaknai bukan menyangkut kepentingan subjektif. Jokowi tidak hanya melihat seorang calon penggantinya sesuai seleranya, namun secara objektif yang bisa diyakini melanjutkan pembangunan yang sudah dirintisnya.

Tentu saja ini bukan kepentingan pribadi, namun kepentingan bangsa. Kesinambungan pembangunan yang terarah dan terintegrasi sangat dibutuhkan bangsa ini. Presiden boleh berganti, tetapi pembangunan yang berkelanjutan harus terjadi.

Keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bangsa tidak bisa dicapai dalam waktu singkat dan periode tertentu. Itu hanya mungkin dicapai jika proses pembangunan yang terintegrasi bertahap dan berkesinambungan menjadi syarat utamanya.

Dalam konteks seperti itulah kita pahami segala upaya yang dilakukan Jokowi untuk menggalang kekuatan relawan dan mempersiapkan kendaraan alternatif bagi penggantinya. Harapan kita terhadap  pengganti Jokowi, entah siapapun nanti yang terpilih dalam Pilpres 2024 bisa mengemban tugas melanjutkan apa yang sudah dirintis pemimpin sebelumnya yang dimulai sejak Indonesia merdeka tahun 1945. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun