Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan Maharani Mengejar Popularitas yang Menjauh?

4 Mei 2022   06:56 Diperbarui: 4 Mei 2022   07:03 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbagai komentar dari tokoh lainpun beterbangan seperti meteor. Ada AHY dan berbagai pemain politik serta pengamat politik yang ikut nimbrung mengomentari sindiran tersebut. Ada pula peramal dengan kartunya mengatakan bahwa Puan tidak sedang membicarakan orang lain, namun membicarakannya sendiri.

Jangan pilih yang ganteng memiliki makna berlawanan. Kalau tidak memilih yang ganteng, berarti pilihlah yang cantik. Yang cantik dalam bursa Pilpres 2024 hanyalah seorang perempuan bernama Puan Maharani. 

Nah, ini berarti dia sedang mempromosikan dirinya yang cantik dan menolak yang ganteng. Rata-rata yang unggul dari hasil survey semua pria yang ganteng. Tidak ada yang cantik.

Ini bukan pertama kalinya Puan Maharani menyindir. Dulu dia menyindir dan nyinyir kepada capres yang hanya unggul dan popular di media sosial atau medsos.

 Dalam pertemuan PDIP di Semarang dia menyatakan hal tersebut. Dan Ganjar Pranowo, kader PDIP yang menjabat Gubernur Jawa Tengah yang berkantor di Semarang tidak diundang.

Sindiran itu dilanjutkan dengan bocornya sebuah pernyataan dari Bambang Pacul yang mengatakan bahwa Puan itu seperti iklan sebuah minuman. Apapapun makanannya, Sosro minumannya. Siapapun capres, cawapresnya adalah Puan Maharani. 

Ada klarifikasi bahwa itu adalah pernyataan dalam pertemuan internal partai yang seharusnya tidak boleh bocor. Lalu, kenapa bocor? Sengaja dibocorkan? Siapa yang membocorkannya? Apakah itu termasuk rahasia partai?

Setelah peristiwa itu, tiba-tiba baliho Puan Maharani ada dimana-mana, hadir di seluruh provinsi dan pelosok Indonesia. Wow, luar biasa. Namun yang mengherankan, kok popularitas Puan Maharani tak kunjung naik? Apakah baliho tidak lagi menjadi jaminan memningkatkan popularitas? Apakah dampak baliho sudah tak mampu lagi mengimbangi medsos sebagai pengiklan diri untuk meningkatkan popularitas?

Jangan-jangan ucapan Puan Maharani memakan dirinya sendiri. Dia selalu mengatakan jangan memilih pemimpin yang tidak bisa bekerja. Apakah dia sendiri  bisa bekerja? Apakah prestasi kerja Puan Maharani yang bisa mengangkat popularitasnya?

Dia adalah Ketua DPR, parlemen. Berasal dari kata parle artinya bicara. Apalah pembicaraannya di DPR yang bisa dianggap sebagai prestasi. Perundang-undangan seperti apa yang dihasilkan dibawah kepemimpinannya? Apakah target prolegnas bisa dicapai? Bagaimana dalam tugas pengawasan kepada pemerintah? Apa hasil kerjanya di bidang pengawasan tersebut? Bagaimana dalam hak anggaran? Apa prestasi kerja dalam hal tersebut? Apalagi situasi pandemi dan pembangunan IKN yang masih membutuhkan banyak anggaran?

Sebelumnya, Puan Maharani pernah dipercaya sebagai Menko PMK. Jokowi ketika itu memberikan kepercayaan kepada Puan untuk mengelola sebuah tema yang diunggulkan Jokowi dalam periode pertama yaitu Revolusi Mental. Program itu seperti mental dan seperti menguap tak ada jejaknya. Seharusnya kesempatannya sebagai Menko PMK bisa dimanfaatkan untuk menunjukkan prestasi kerja yang tentu saja pasti menghasilkan buah popularitas yang meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun