Sang Teroris Masuk Ke Mabes Polri, Apa Yang Dicari?
Peristiwa penyerangan seorang teroris wanita ke Pusat Jantung Keamanan kita di Mabes Polri mendapat perhatian besar. Â Apa dan siapa yang dicari? Berita ini tidak saja hanya menjadi pusat pemberitaan dalam negeri, namun juga pemberitaan di luar negeri. Media asing juga memberi perhatian besar.
Ada pengamat yang mengatakan bahwa tindakan seorang teroris wanita berjilbab ini amatiran. Melihat gelagatnya yang bisa kita lihat dari berbagai rekaman video yang disiarkan berbagai stasiun TV, bisa saja demikian halnya. Namun kalau kita lihat dari perspektif lain, bahwa kegiatannya yang sedemikian rupa di Taman Mabes Polri ingin menunjukkan bahwa dia bisa menembus jantung keamanan kita, ini bisa berbeda persepsinya.
Sang Teroris bertujuan melakukan terror dan menimbulkan rasa takut terhadap masyarakat, sehingga bisa juga memunculkan ketidakpercayaan kepada pemerintah. Apakah tindakan Sang Terroris wanita berjilbab ini menimbulkan rasa takut kepada masyarakat? Sangat jelas. Jantung Keamanan kita yang disimbolkan Mabes Polri yang memiliki pos penjagaan ketat saja bisa diserangnya, apalagi masyarakat biasa yang tanpa penjagaan dan pengawalan.
Dari sudut menimbulkan rasa takut atau masyarakat terteror, misinya bisa dianggap berhasil. Bagaimana Polri melakukan tindakan represif dan preventif untuk mengantisipasi serangan seperti ini? Ini sangat penting. Karena suka tidak suka, siap tidak siap, kantor polisi sudah menjadi target atau sasaran dari teroris yang ditindak Densus 88 Polri selama ini.
Berbagai serangan teroris kepada Polri melalui penyerbuan Pospol, Polsek, Polres dan kini Mabes Polri patut diwaspadai sebagai sebuah peringatan dari teroris. Ketua Umum PBNU mengatakan musuh bangsa bukan PKI, tetapi radikalisme. Di tengah isu PKI yang dikumandangkan beberapa tokoh kepada pemerintah, namun tak ada suara tentang radikalisme dan terorisme. Bahkan ada kesan seakan membela radikalisme dan ormas terlarang.
Bisa saja dikatakan bahwa semua terduga teroris yang ditangkap beberapa waktu terakhir ini menemukan atribut ormas terlarang yang sekarang pimpinannya sedang disidangkan ini sebuah kebetulan. Apakah ini sebuah kebetulan atau berhubungan? Perlu penelitian dan pengkajian mendalam terhadap masalah tersebut.
Ketika bom bunuh diri meledak di Makassar hari Minggu yang lalu, dilanjutkan dengan penemuan beberapa orang terduga teroris dan serangan ke Mabes Polri ini patut menjadi perhatian serius dari pihak keamanan kita.
Bagaimana fungsi Babinsa dan Babinmas dalam pemantauan pergerakan para teroris ini? Kenapa penanganan selalu terlambat. Alasan dari penemuan para teroris yang selalu menyewa rumah kontrakan dan orangnya tertutup. Itulah  selalu menjadi hasil temuan. Upaya mencegahnya dengan mengefektifkan peran Babinmas dan Babinsa kurang mendapat perhatian.
Sang Teroris telah memberi pesan yang jelas kepada kita sebagai bangsa. Kami bisa menyerang siapa dan apa saja, termasuk Mabes Polri sebagai simbol keamanan negara, karena polisilah sebagai penjaga dan pengawal Kamtibmas bangsa ini. Apakah ini sebuah indikasi keteledoran kita yang perlu diperbaiki? Tentu saja. Apapun kesalahan sekarang ini, bisa diperbaiki ke depan dalam hal penjagaan dan pengawalan objek vital seperti Mabes Polri.
Negara tidak boleh kalah kepada teroris. Semua aparat negara harus dikerahkan untuk menghadapi teroris. Pelibatan semua komponen aparat negara, termasuk TNI perlu dipertimbangkan untuk menghadapi ancaman teroris. TNI yang sudah terlatih patut diberikan kesempatan untuk menghadapi musuh bangsa yaitu teroris ini.
Penghormatan Hak Asasi Manusia itu perlu, tetapi nyawa dan korban terorisme juga memiliki HAM yang berhak untuk hidup. Ketika teroris membunuh orang tak bersalah, maka saatnya kita juga harus melindungi warga negara dan segenap tumpah darah Indonesia sebagaimana diamanatkan Konstitusi tentang tujuan negara.
Penggabungan kekuatan Polri dan TNI untuk menghadapi teroris sudah sangat layak dan patut dipertimbangkan sebelum korban lebih banyak berjatuhan. Kenapa hal ini harus kita ingatkan? Ada contoh yang patut kita lihat secara objektif. Ketika Ormas FPI belum dinyatakan terlarang, baliho pemimpinnya ada dimana-mana. Tanpa izin. Ketika Satpol PP menurunkan baliho, maka kembali dipasang. Namun ketika Pangdam Jaya turun membantu Satpol PP menurunkan baliho, baliho lenyap dan tak dipasang lagi.
Mungkin dengan pelibatan TNI untuk memberantas terorisme ini akan membuat para teroris berpikir ulang dan pengejarannya akan lebih efektif. Densus 88 Polri sudah baik mengejar para teroris. Namun ketika markas Densus 88 Polri ini yang diserang, maka patutlah semua aparat lain harus ikut memberantas terorisme ini.
Pesan Sang Teroris yang menunjukkan bisa menyerang ke jantung keamanan kita, harus dijawab dengan tegas dan lugas. Jika mereka keluar dari sarangnya dan menyerang sarang dari pemburu teroris ini, maka bagaimana gabungan aparat Polri dan TNI kita memburu mereka dan mencabut sampai ke akar-akarnya.
Pesan Presiden Jokowi serta perintah yang diberikan kepada Kapolri harus mengusut tuntas terorisme ini sampai ke akar-akarnya. Jika kerjasama dengan TNI untuk bisa menuntaskan tugas tersebut, kenapa tidak dilakukan? Kiranya bisa menjadi pertimbangan bagi Kapolri untuk meminta TNI secara bersama-sama mengejar para teroris ini.
Dan sangat elok pula, jika Presiden bisa memanggil Kapolri dan Panglima TNI untuk membicarakannya. Presiden sebagai panglima tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara tentu saja sangat mungkin memerintahkan Panglima TNI untuk membantu Polri menuntaskan terorisme ini sampai ke akar-akarnya. Semoga.
Salam Penumpasan Teroris.
Aldentua Siringoringo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H