Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sang GeNose, Kreasi Anak Bangsa

26 Januari 2021   06:46 Diperbarui: 26 Januari 2021   07:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

   "Pertanyaan ahli dan dokter itu masih wajar. Kemenkes sebelum memberikan izin edar seharusnya harus melakukan pengujian dulu terhadap alat itu. Kalau sudah lulus, umumkan hasilnya, lalu izin edar diberikan. Selesai kan. Cukup pertanyaan itu dijawab saja," kata Sang Kakek.

   "Kalau alat ini bisa mendeteksai virus Covid-19 melalui pernafasan dan bisa satu alat mengetes 120 orang sehari, apakah ini tidak sebuah prestasi? Biaya hanya 15-20 ribu saja. Coba saja seperti tes Rapid, yang hanya menentukan reaktif atau tidak reaktif imunitas tubuh kita bayar 150 ribu sesuai ketentuan pemerintah. Bahkan sempat 300 ribu, apakah rapid tes lebih baik dari GeNose?" protes Sang Cucu.

   "Tadi pertanyaan sederhana saja, alat skrining awal atau alat diagnosis?" bantah Sang Kakek.

   "Mau skrining awal atau diagnosis, tetapi alat ini bisa menentukan positif atau tidak positif Covid-19. Rapid tes tidak menyangkut positif dan negatif. Hanya reaktif atau tidak reaktif, dilanjutkan ke tes PCR jika reaktif. Anggap saja GeNOSE ini menggantikan Rapid tes yang seharga 150 ribu menjadi 15-20 ribu, apakah ini tidak menguntungkan masyarakat?" tanya Sang Cucu.

   "Ini kan buatan dalam negeri, jadi perlu dipertanyakan, mana tahu ini abal-abal atau kaleng-kaleng, itu mungkin pemikiran para ahli epidemi dan dokter tersebut," kata Sang Kakek.

   "Makanya saya bertanya, kenapa kalau kreasi dan temuan anak bangsa, banyak sekali pertanyaan. Tapi kalau impor dari luar negeri seakan sudah lebih hebat. Kapan kita bangga dengan kreasi dan temuan anak bangsa?" kata Sang Cucu.

   "Kalau produksi dalam negeri, produksinya kan di sini. Tidak ada impor. Jasa impor hilang. Komisi pemberi izin impor hilang. Para pemburu rente impor hilang, itu harus dipahami," kata Sang Kakek.

   "Oh, jadi kreasi dan temuan anak bangsa harus takluk kepada pemburu rente impor itu?" kata Sang Cucu.

   "Impor itu kan sudah dikuasai mafia. Jadi setiap mengganggu bisnis mereka akan diganggu. Kreasi dan temuan anak bangsa akan mengurangi peran, jatah dan rente mereka. Jadi harus dipersulit," kata Sang Kakek.

   "Jadi begitu permainannya selama ini?" kata Sang Cucu penasaran.

   "Ya. Contoh sederhana ya. Dulu kita tidak membangun kilang pengolahan minyak bumi. Kenapa? Kalau kilang pengolahan minyak dibangun, mereka tidak dapat rente. Ekspor minyak mentah 600.000 barel per hari, mereka dapat rente. Lalu impor minyak hasil pengolahan juga 600.000 barel perhari, mereka dapat rente. Dengan pengolahan di dalam negeri kedua rente tadi hilang. Siapa yang mau kehilangan rente?. Namanya juga Pemburu Rente. Mereka berpikir untuk apa menjadi pengusaha dan penguasa kalau tidak dapat rente," kata Sang Kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun