Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sang Vaksin, Kenapa Masih Kontroversi?

19 Januari 2021   09:37 Diperbarui: 19 Januari 2021   10:04 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Semangat Pagi Indonesia.

Sang Vaksin, Kenapa Masih Kontroversi?

Sang Kakek dan Sang Cucu sedang duduk di belakang rumah.

   "Ini kek, lihat berita tentang vaksin. Masih saja ada kontroversi dan pro kontra," kata Sang Cucu memulai diskusi dengan Sang Kakek.

   "Itu biasa saja. Kontroversi dan pro kontra di negara ini hal yang sangat biasa," kata Sang Kakek.

   "Ini yang membuat bangsa kita ini sulit berkembang. Apa saja pro kontra, debat kusir seakan tak ada habisnya," kata Sang Cucu.

   "Namanya manusia kan pasti mempunyai perasaan dan pikiran. Berbeda pendapat itu biasa. Bahkan kalau kuliah di Fakultas Hukum semester pertama itu selalu diajarkan bahwa kalau ada dua sarjana hukum bertemu bisa ada tiga pendapat," kata Sang Kakek.

   "Yang berdebat ini kan tidak semua Sarjana Hukum kek," kata Sang Cucu protes.

   "Memang bukan sarjana hukum semua, tapi kakek hanya menjelaskan prinsip dan keterbukaan untuk memberikan pikiran," kata Sang Kakek.

   "Seharusnya kek, kalau sudah diputuskan pemerintah untuk vaksinasi dan sudah disediakan vaksinasi, yah diikuti dululah. MUI kan sudah mengeluarkan fatwa bahwa vaksin ini suci dan halal. Kementerian Agama sudah mengeluarkan sertifikat halal. Lalu apalagi?" kata Sang Cucu.

   "Menurutmu begitu, tapi orang lain belum tentu seperti itu," kata Sang Kakek.

   "Justeru itu yang disesalkan. Ini lagi, ada satu anggota DPR dari Partai Koalisi pemerintah membuat pernyataan menolak divaksinasi, karena vaksin ini katanya barang rongsokan dari Cina. Dia seharusnya mendukung program vaksinasi ini untuk menghadapi Pandemi Covid 19 ini. Dia malah melawan. Kalau dia tidak mau divaksin, lebih baik diam saja," kata Sang Cucu.

   "Dia kan anggota DPR, tugasnya bicara, mana mungkin dia diam?" sanggah Sang Kakek.

   "Tugasnya seharusnya membantu pemerintah untuk vaksinasi. Kalau tidak bisa membantu, jangan mengganggu. Diam saja dia sudah membantu," kata Sang Cucu.

   "Mungkin dia ingin didengar media. Perlu pernyataan kontroversial untuk dimuat media, jadi komentar ini pas untuk kontroversi," kata Sang Kakek.

   "Kenapa sih orang hanya memikirkan dirinya sendiri, egois dan ingin popularitas, tapi komentarnya mengganggu pemerintah melakukan vaksinasi? Keluar saja dia dari partai pendukung pemerintah itu," kata Sang Cucu.

   "Sulitlah keluar, mana mau dia. Kan enak jadi anggota DPR. Hidupnya ditanggung negara, bebas bicara apa saja," kata Sang Kakek.

   "Kalau sadar hidupnya ditanggung negara, berbuatlah untuk negara, jangan mengganggu negara yang sedang berjuang melawan Pandemi Covid-19 ini," kata Sang Cucu.

   "Menurut dia mungkin inilah cara membantu negara, dengan komentar kontroversi tadi," kata Sang Kakek.

   "Ini bukan membantu, malah mengganggu," kata Sang Cucu tegas.

   "Itu tergantung sudut pandang masing-masing," kata Sang Kakek.

   "Kenapa para elit, pemimpin dan tokoh penting negara ini selalu mendewakan sudut pandang masing-masing? Kapan mereka memikirkan negara bukan hanya sudut pandangnya sendiri? Kalau mereka mempunyai solusi atas Pandemi Covid-19 ini, ayo ajukan. Kalau tidak ada, diam saja. Ikuti saja program pemerintah, biar bisa kita atasi Pandemi Covid-19 ini," kata Sang Cucu.

   "Mereka mempunyai pandangan sendiri juga tentang bernegara dan pemerintah. Mereka perlu mengkritisi pemerintah," kata Sang Kakek.

   "Mengkritisi itu baik, tapi mengganggu tidak baik. Ini sudah mengganggu. Jangan bersembunyi di balik kata mengkritisi. Sama dengan tokoh yang baru pulang dan di penjara itu. Katanya revulusi akhlak, tapi kerjanya merusak tatanan protokol kesehatan, membuat kerumunan, membuat pesta dan macam-macam. Katanya mau membela Agama, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI, tapi ingin menggantikan NKRI dan Pancasila dengan khilafah. Tidak mau mengubah AD/ART Ormasnya. Tak sesuai perkataan dan perbuatan, "  kata Sang Cucu.

   "Mereka kan hanya bicara, urusan berbuat lain lagi," kata Sang Kakek.

   "Untuk apa berteori, beretorika, tanpa perbuatan? Untuk apa bicara mengasihi bangsa ini, tapi tindakannya mengeluarkan ujaran  kebencian dan tindakannya meresahkan masyarakat? Kami kaum milenial tidak butuh teori kek. Kami butuh bukti perbuatan dan contoh teladan dalam bertindak," kata Sang Cucu.

   "Tidak semua orang bisa bicara dan bertindak sama," kata Sang Kakek.

   "Makanya janganlah mengumbar bicara, tapi berlombalah berbuat baik bagi bangsa ini. Kembali ke vaksin. Kalau masih ini vaksin yang bisa dihadirkan negara ini, sambil menunggu vaksin merah putih yang dibuat sendiri oleh anak bangsa ini, ayo kita syukuri dan gunakanlah melawan Pandemi Covid-19 ini," kata Sang Cucu.

   "Mungkin mereka menginginkan vaksin buatan bangsa sendiri," kata Sang Kakek.

   "Itu bisa saja. Para ahli vaksin Indonesia segera bergegas. Tapi vaksinasi sekarang ini seharusnya didukung saja. Biar bangsa ini bisa bergerak maju dan memulihkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat," kata Sang Cucu.

   "Kita harapkan begitulah, mudah-mudahan para elit, tokoh dan pemimpin bangsa ini bisa menahan diri untuk tidak berkontroversi terus ya," kata Sang Kakek.

   "Ya kek. Semoga bangsa ini bisa bersatu dan bersama melawan Pandemi Covid-19 ini dan vaksinasi bisa berjalan dengan baik. Jangan ragu untuk ikut vaksinasi. Tetapi harus tetap mematuhi protokol kesehatan dengan 3 M. Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak," kata Sang Cucu.

Vaksinasi, kontroversi, pro kontra, komentar bersileweran, kenapa banyak sekali pendapat yang berbeda? Kenapa vaksinasi ini harus menjadi kontroversi, kenapa tidak dibiarkan dulu saja. Agar masyarakat jangan ragu ikut vaksinasi, gumam Sang Kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun