Pada suatu hari, ada sebuah cerita tentang kejadian yang mencekam di sekitar Petamburan Jakarta Pusat. Ada orang-orang yang berada di sekitar jalan tersebut yang datang dari gunung. Turun gunung. Para pendekar dan maha guru Pagar Nusa dari NU benar-benar turun gunung dan mengepung sekretariat FPI. Kenapa sampai para pendekar dan maha guru Pagar Nusa NU turun?
FPI melakukan tindakan yang dianggap melecehkan dan menghina NU. Apa pasalnya? Mereka bertindak membatalkan dan mengganggu acara yang seharusnya dihadiri oleh alm Gus Dur. Mereka memang selalu buat keonaran, tapi mungkin karena tidak bersentuhan dengan NU, maka NU mengabaikannya. Namun begitu menyinggung NU, maka mereka bertindak dan tidak tanggung-tanggung. Mereka mendatangi markas dari pengganggu tersebut. Kabarnya waktu itu, pimpinan mereka yang sedang umroh di gurun itu melarikan diri dan meminta perlindungan ke polisi.
Cerita di atas benar terjadi, dan adakah kemungkinan itu akan terjadi lagi? Kenapa? FPI dan PA 212 mulai mengusik NU. Pernyataan Juru Bicara PA 212 mantan Sekjen FPI yang patut diduga melecehkan Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj (SAS) bisa membangkitkan amarah NU yang harus diwaspadai.
Ketum PB NU SAS mengusulkan RUU HIP menjadi RUU BPIP dianggap PA 212 tidak mewakili umat Islam dan bahkan SAS tidak diakui di NU. Novel jubir PA 212 bukan hanya menyangkal NU sebagai perwakilan umat Islam, namun juga memasuki urusan internal NU. Ini yang berbahaya.
Lebih berbahaya lagi, pelecehan terhadap NU ini menyangkut usulan RUU HIP menjadi RUU BPIP. NU mungkin berpandangan dalam menyelesaikan konflik dan penolakan tentang RUU HIP, agar dirobah saja menjadi RUU Pembinaan Ideologi Pancasila RUU PIP). Bahkan NU lebih khusus menyebut RUU BPIP. Â
PA 212 telah melakukan demo penolakan terhadap RUU HIP dan menyerang dan menuduh PDIP sebagai partai yang membangkitkan PKI melalui Ekasila dan Trisila yang dimuat dalam pasal 7 RUU HIP.
Bukan itu saja. Mereka membakar bendera PKI dan juga bendera PDIP dalam aksi mereka di gedung MPR/DPR. PDIP telah mengambil tindakan menuntut melalui jalur hukum. Para kadernya melanjutkan long march dan menyampaikan tuntutan di berbagai Polres untuk menangkap dan memproses secara hukum pelaku pembakaran tersebut. Dan kini menunggu tindakan polisi tentang tindak pidana  pembakaran bendera tersebut.
Kini, PA 212 telah melakukan penyerangan terhadap PDIP dan NU dalam waktu bersamaan dan menyangkut RUU HIP. PDIP diserang karena mengajukan RUU HIP yang telah menjadi hak inisiatif DPR, namun banyak partai yang ikut menyetujui usulan tersebut menjadi inisiatif DPR balik badan, Akhirnya seakan PDIP harus menanggung dan menghadapi sendiri tentang RUU HIP tersebut.
Ketika Ketum PB NU SAS mengusulkan RUU HIP menjadi RUU BPIP, PA 212 menyerangnya dan menyatakan NU bukan sebagai perwakilan umat Islam Indonesia. Selama ini perwakilan atau representasi umat Islam di Indonesia adalah NU dan Muhammadiyah. PA 212 tidak masuk hitungan. Apakah segala demo dan kegiatan radikalisme yang mereka pertontonkan untuk mengambil posisi sebagai perwakilan umat Islam Indonesia?
Kalau itu tujuannya, maka perlulah berhitung ulang untuk melakukannya. NU dan Muhammadiyah tidak akan rela posisi merka diambil alih begitu saja. Atau anggap saja sekarang NU yang merasa dilecehkan yang akan bertindak, maka PA 212 juga harus berhati-hati berhitung.
Apalagi kalau PDIP dan NU marah dalam waktu bersamaan, karena diserang juga bersamaan, maka hal ini semakin penting untuk diperhitungkan. Sejarah PDIP dan NU yang dizolimi rezim Orde Baru, membangkitakan solidaritas dan soliditas sebagai korban rezim telah berakibat kepada rezim tersebut.
Apakah benar keturunan dan kelompok rezim Orde Baru berada di balik kegiatan PA 212 ini? Pertanyaan ini perlu disampaikan melihat gerak dan gelagat yang menyerang PDIP dan NU ini sekaligus. Seakan ada upaya untuk meruntuhkan PDIP sebagai partai pemenang Pemilu dan sekaligus ingin meruntuhkan NU sebagai perwakilan umat Islam di Indonesia.
Jika pertanyaan ini mengandung makna mengarah kepada jawaban yang faktual terjadi, maka PDIP dan NU memang harus memikirkan kerja sama untuk menghadapi gerakan yang seringkali mengganggu stabilitas keamanan kita. Kenapa?
Biaya pengamanan demo mereka ini sangat mahal. Kenapa demo ini tidak dihentikan saja, supaya biaya keamanan untuk demo mereka tersebut bisa dialihkan kepada masyarakat kecil yang terpapar dan terkapar virus Corona ini.
PA 212 perlu memikirkan ulang segala rencananya yang menyerang PDIP dan NU sekaligus. Berhati-hati dan ini sangat berbahaya. PDIP dan NU perlu memikirkan bagaimana caranya menghentikan gerakan PA 212 membantu pihak keamanan agar situasi keamanan dan ketertiban masyarakat terjaga dan kondusif, sehingga bangsa ini bisa bekerja dan produktif.
Semua pihak harus ikut memikul tanggung jawab untuk menjaga ketertiban bersama. Demo dihentikan. Saling menghujat dihentikan. Saling melecehkan dihentikan. Saling menuduh komunis dihentikan. Semangat jihad mendirikan negara khilafah dihentikan. Apa yang harus dilakukan?
Ayo tegakkan hukum, jadikan  Pancasila sebagai ideologi dan dasar organisasi dalam AD/ART bagi partai dan ormas.  Jadikan  UUD 1945 sebagai dasar hukum, pelihara NKRI dan hormati perbedaan dalam semangat Bhineka Tunggal Ika. Bergandengan tangan melawan virus corona, saling menolong sesama masyarakat tanpa memandang Suku, Agama, Ras dan Antar Ggolongan (SARA). Hiduplah Indonesiaku. Jayalah Indonesia.
Terima kasih dan salam.
Aldentua Siringoringo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H