Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sang Gubernur yang Paling Tidak Disukai

6 Juli 2020   05:30 Diperbarui: 6 Juli 2020   05:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

   "Tapi lembaga survey ini juga tak ada etika dan sopan santunnya terkadang kek," kata Sang Cucu.

   "Kenapa kamu berpendapat begitu?" tanya Sang Kakek.

   "Apa yang dilakukan kepala daerah atau gubernur dalam penanganan pandemi Covid-19 selalu mereka kaitkan dengan elektabilitas Pilpres 2024. Bagaimana elektabilitas Gubernur Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Itu saja diputar-putar. Apa penanganan Covid-19 hanya untuk elektabilitas calon presiden 2024?" kata Sang Cucu.

   "Namanya juga lembaga survey, kerjanya membuat survey," kata Sang Kakek.

   "Ya. Mereka harus melakukan survey, tapi jangan semua dikaitkan dengan elektabilitas Pilpres 2024. Buat survey kepuasan masyarakat atas penanganan Covid-19. Cukup disitu. Jangan dikaitkan dengan Pilpres 2024," kata Sang Cucu.

   "Kalau tidak dikaitkan dengan pilpres 2024 kurang menarik. Biarpun Pilpres empat tahun lagi, semua kandidat sudah mulai ambil ancang-ancang. Tingkat elektabilitas ini berpengaruh kepada dukungan partai sebagai kendaraan dan para toke calon sponsor juga banyak tergantung hasil survey," jawab Sang Kakek.

   "Tetapi itu tidak baik. Kita sedang bertarung dan berjuang untuk menghadapi Covid-19, tapi selalu dipolitisir dan dikaitkan dengan Pilpres dan Pilkada. Inilah salah satu akibatnya. Gubernur yang ingin populer untuk elektabilitas, kini menjadi gubernur yang paling tidak disukai," kata Sang Cucu.

   "Itu sebuah resiko," kata Sang Kakek.

   "Banyak gubernur ini berbuat dan bertindak seolah mengejar popularitas. Adalah yang mengutamakan kepentingannya dan berbeda dengan walikotanya. Walikotanya marah-marah dan sampai menangis. Semua seperti drama mencari perhatian," kata Sang Cucu.

   "Menjadi pejabat dan gubernur, bupati dan walikota yang baik dan melayani rakyatnya tanpa embel-embel elektabilitas itu jarang. Yang korupsi banyak. OTT lagi. Jadi biarkan saja begitu," kata Sang Kakek.

   "Makanya kita semua, termasuk lembaga survey harus melihat juga siapa gubernur yang baik dan bertanggung jawab serta melakukan segala upaya terbaik untuk melayani rakyatnya," kata Sang Cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun