Menakar  Konflik  "Isu Kebangkitan PKI Dimainkan Kadrun" dan nasib Poyuono  di Gerindra.
Kenapa tiba-tiba ucapan Arief Poyuono bahwa,"Isu KebangkitanPKI Dimainkan Kadrun" untuk menjatuhkan Jokowi meledak dan mendapat tanggapan seirus dari dalam maupun luar Partai Gerindra? Kenapa tanggapan  Wasekjen Ade Rosiade tentang pemecatan Poyuono seirama dengan ucapan Ketua Umum PA 212?
Apakah Majelis Kehormatan Partai Gerindra akan memecat Poyuono jika dia tidak datang untuk mematuhi panggilan? Kenapa para petinggi partai seakan menahan diri berkomentar setelah Ade meminta pemecatan di media? Layakkah isu pemecatan seorang Waketum disuarakan di luar partai sebelum ada sidang Majelis Kehormatan Partai? Apakah Ade ingin mempengaruhi atau memberi tekanan kepada Mahkamah Kehormatan Partai?
Dimana posisi Prabowo sebagai Ketua Umum dalam isu ini? Apakah hal ini tidak diketahuinya? Atau justru ini diketahuinya? Jika diketahuinya, apakah isu ini dilontarkan Poyuono atas seizinnya atau sengaja dilempar seakan dia tidak tahu?
Apakah ada hubungan pelemparan isu kebangkitan PKI Â dimainkan kadrun ini dengan pernyataan PA 212 bahwa Prabowo sudah finis, sudah selesai dan tidak ada lagi harapan? Dan bahkan PA 212 sinis dengan penilaian survey tentang kinerja Menteri Pertahanan yang membaik? Adakah hubungan dari semua pertanyaan ini? Atau ini hanyalah sebuah kebetulan terjadi pada waktu yang berdekatan, sehingga kesannya sambung menyambung menjadi satu?
Mungkin masih banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul hingga ada keputusan partai melalui Mahkamah Kehormatan Partai. Dan belum ada suara Prabowo sebagai Ketua Umum juga masih misteri. Rasa percaya diri Poyuono yang mengatakan bahwa Ketum pun belum berkomentar dan tidak bilang apa-apa menjadi pelengkap misteri dari posisi ketum tersebut.
Komentar Ade terhadap Poyuono bisa kita anggap sebagai balas dendam. Ketika Ade diperiksa Mahkamah Kehormatan Partai dalam jebak-menjebak praktek PSK di Sumbar, maka Poyuono juga sinis dan menganggap peristiwa itu sebagai pencitraan dan berbagai tuduhan lainnya.
Apakah ini akan menjadi ajang adu pengaruh kuat di Gerindra dan akan memecat Poyuono, masih akan kita tunggu minggu ini setelah pemeriksaan dari Mahkamah Kehormatan Partai. Mungkinkah keyakinan Poyuono yang mengatakan bahwa isu itu adalah fakta akan menjadi pemenang dan partai akan membersihkan para kadrun dan kepentingannya dari partai, ini juga menarik untuk diikuti.
Mungkin sebagian orang bisa menganggap ini celotehan liar dari seorang Poyuono saja untuk membuat kehebohan. Itu bisa jadi. Namun jika kita menyimak peristiwa masa lalu sesudah pilpres dan pernyatan Poyuono perlunya Gerindra berkoalisi dengan Kabinet Jokowi dianggap nyeleneh dan merendahkan partai para pendukungnya, para kadrun dan radikalis serta fundamentalis agama. Namun celotehannya, jika dianggap seperti itu, ternyata menjadi sebuah fakta dan kenyataan.
Poyuono bahkan menyatakan dengan tegas dan jelas di media TV bahwa ada penumpang gelap seperti HTI dan lainnya tidak ingin Prabowo masuk kabinet Jokowi. Â Tidak ada sanksi yang diterimanya akibat pernyataan keras tersebut.Â
Dan bahkan peran Poyuono untuk membangun komunikasi dengan kelompok Jokowi tidak bisa dianggap remeh. Dan ketika menjadi kenyataan bahwa Prabowo ikut dalam kabinet sebagai Menteri Pertahanan, maka suara sinis terhadap Poyuono menjadi tenang. Diam seribu bahasa. Betul juga Poyuono ini, pikir mereka.
Kembali ke isu dimainkan oleh kadrun ini? Apakah kadrun masih betah di Gerindra setelah koalisi dengan Jokowi? Sudah pasti tidak tenang. Pembubaran ormas HTI telah menimbulkan sakit hati yang tak terperi. Tiba-tiba junjungannya bergabung dengan yang dianggap membunuh organisasi mereka, siapa yang tidak sakit hati? Untuk apa didukung dengan berbagai trik demo dan pengorbanan lainya, kalau ujungnya bergabung dengan saingannya yang dibenci?
Apakah sakit hati tersebut yang juga tercermin dari pernyataan PA 212 bahwa Prabowo sudah finis dan tidak ada lagi harapan di 2024? Apakah Prabowo juga tersinggung dengan pernyataan itu, apalagi dihubungkan dengan sinisme mereka terhadap hasil survey kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan?
Apakah ini juga berhubungan dengan pernyataan Megawati ketika Prabowo hadir dalam Kongres PDI-P yang mengatakan, "Mas Bowo, kalau mau maju lagi dekatin kita-kita aja," menjadi sebuah tanda untuk memperbaiki hubungan dan rekonsiliasi setelah Perjanjian Batutulis?
Mungkinkah Prabowo sedang memainkan jurus catur dengan memainkan pion Poyuono menghembuskan isu kebangkitan PKI Â dimainkan kadrun untuk menakar pertarungan internal dan sekaligus menakar posisi terhadap kekuatan eksternal yang mendukungnya dalam pilpres sebelumnya?
Apakah Prabowo sudah belajar dari fakta perjalanannya dalam Pilpres yang selalu kalah dengan dukungan kadrun? Mungkin Prabowo sedang mempertimbangkan tawaran Megawati dalam Kongres PDI-P itu lebih realistis untuk menang daripada dukungan para kadrun dan fundamentalis serta radikalisme agama yang mereka gembar-gemborkan dengan aksi anarkhis seperti peristiwa Mei 2019 tak kunjung berhasil. Berujung kegagalan.Â
Prabowo ingin menjadi presiden, bukan sekedar ikut Pilpres. Dan ingin menjadi pemenang, bukan gagal melulu. Kalau para pendukung selama ini belum bisa memenangkannya, perlu dipertimbangkan pendukung yang lain yang sudah dua kali memenangkan Jokowi menjadi presiden. Realistis dan manusiawi.
Prabowo seakan memberikan sinyal dukungan terhadap RUU HIP dan Jokowi untuk melawan para kadrun dan berbagai pihak yang memainkan dan menggoreng isu kebangkitan PKI ini. Dan ingin melihat reaksi. Jika kalah telak, maka Poyuono yang akan dikorbankan. Namun jika bisa menuai kemenangan, maka isu  ini akan dilanjutkan.
Apakah semua ini sudah bermuara kepada Pilpres 2024 dan ancang-ancang harus segera dibuat? Memilih nasionalis seperti PDI-P akan menjadi pilihan strategis dengan paket Prabowo-Puan dan tentu saja akan meninggalkan para kadrun dan fundamentalis agama?Â
Perasaan getir akibat kekalahan beruntun dengan para pendukungnya perlu diganti dengan mimpi kemenangan. Walaupun harus meninggalkan dan ditinggalkan para pendukung lama, namun mimpi menjadi presiden jauh lebih kuat dari hubungan emosianal dengan pendukungnya para kadrun dan fundamentalis agama tersebut. Perlu pendukung baru yang lebih menjanjikan kemenangan menjadi presiden.
Masih sulit memastikan dan mencari jawabannya. Misalnya minggu ini ada keputusan tentang Poyuono dengan isu kebangkitan PKI dimainkan kadrun ini. Perlu kesabaran kita semua menunggu proses di Mahkamah Kehormatan Partai dan apa pula keputusan dari Sang ketua Umum yang sudah digadang-gadang lagi akan menjadi Ketum partai.
Ini politik yang selalu dinamis, penuh kejutan dan kadang kita kecele. Permainan kekuasaan dan politik bukanlah matematika yang mempunyai rumus pasti. Bisa tiba-tiba yang saling keras dalam berpendapat di media sekalipun, tiba-tiba mereka saling berangkulan dan kita menjadi terpana, begitu ya. Selamat menunggu dengan sabar.
Terima kasih dan salam.
Aldentua Siringoringo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H