Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Pengunggah Guyonan Gus Dur Dijemput Polisi

19 Juni 2020   07:36 Diperbarui: 19 Juni 2020   07:47 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semangat Pagi Indonesia.

Sang Pengunggah Guyonan Gus Dur Dijemput Polisi.

Sang Kakek sedang asyik membaca berita lewat HP, ketika Sang Cucu datang membawa kopinya.

   "Kek, ini ada berita hangat lagi tentang seorang pengunggah guyonan Gus Dur dijemput polisi," kata Sang Cucu.

   "Apa urusan penggunggah guyonan dengan polisi?" tanya Sang Kakek.

   "Guyonan yang diunggah itu tentang polisi. Guyonan itu mengatakan hanya ada tiga polisi yang jujur, polisi tidur, patung polisi dan Jenderal Hugeng. Dua jam sesudah diunggahnya, dia membaca WA dari Sekda supaya menghapus unggahan itu. Dia langsung menghapus. Tapi tidak lama polisi datang menjemputnya dan membawanya ke Polres Sula Maluku Utara," kata Sang Cucu.

   "Gara-gara mengunggah guyonan dijemput polisi? Terus ditahan?" selidik Sang Kakek.

   "Dimintai keterangan, disuruh minta maaf lalu disuruh pulang, tetapi sempat wajib lapor selama dua hari," kata Sang Cucu.

   "Itu tindakan yang berlebihan. Itu bisa dianggap intimidasi," kata Sang Kakek.

   "Padahal Kapolri Tito ketika itu, dalam haul Gus Dur 2019 mengutip guyonan tersebut dan menghimbau Polri untuk memperbaiki diri dan menganggap guyonan tersebut sebagai cambuk," jelas Sang Cucu.

   "Waktu itu Jenderal Tito dijemput juga oleh Kapolres ini juga?" kata Sang Kakek menyindir.

   "Mana mungkin. Waktu itu beliau masih Kapolri," kata Sang Cucu.

   "Kalau Kapolri pernah mengutip guyonan itu, kenapa ada yang mengutip guyonan itu lagi dijemput polisi?" kata Sang Kakek.

   "Makanya Polda sudah mengatakan bahwa itu sudah diselesaikan di Polres. Pengunggah tidak ditahan," jelas Sang Cucu.

   "Walau tidak ditahan, namun tindakan dari polisi tersebut menjemput pengunggah itu sudah termasuk intimidasi terhadap kebebasan berpendapat. Kalau pengunggah  guyonan saja harus dijemput, apa kata dunia?" sindir Sang Kakek.

   "Memang zaman sekarang gampang menjemput orang, menuduh orang dan menghakimi orang ya kek," kata Sang Cucu.

   "Betul. Polisi yang menjemput ini perlu dipanggil oleh Devisi Propam. Ini penting dibina. Dan pendidikan polisi perlu diajarkan juga tentang kebebasan berpendapat dan bagaimana menghadapi dunia maya sekarang. Terkadang penyebar berita hoaks dibiarkan, sementara pengunggah guyonan dijemput," kata Sang Kakek.

   "Tapi kek, kalau kita jujur membaca guyonan itu sedih juga ya. Seakan tidak ada lagi polisi yang jujur di Indonesia ini," kata Sang Cucu.

   "Makanya sudah bagus yang dikatakan Jenderal Tito itu. Buatlah guyonan ini menjadi cambuk untuk menciptakan polisi jujur. Bagaimana caranya? Nanti pada hari ulang tahun Polri atau Bhayangkara, berikan hadiah dan umumkan polisi jujur. Itu jawabannya," kata Sang Kakek.

   "Nanti kalau diumumkan, dicari orang rekam jejaknya kek, dapat nanti semua harta dan simpanannya, bisa kacau juga. Zaman sekarang mana ada yang tersembunyi. Seperti Jaksa Penyiram air keras itu kan ditelanjangi. Kehidupannya, pemikirannya sampai mobilnya diungkapkan di media sosial," kata Sang Cucu.

   "Kalau begitu kembali saja ke himbauan pak Tito itu. Jadikan guyonan menjadi cambuk menumbuhkan kejujuran, bukan menjemput pengunggah guyonan," kata Sang Kakek.

   "Setuju! Semoga lahir dan tumbuh polisi jujur di Indonesia. Jangan hanya tiga melulu seperti guyonan Gus Dur," kata Sang Cucu.

Pengunggah guyonan dijemput polisi, kenapa ya? Kenapa tidak polisi jujur diciptakan supaya jangan tiga saja, seperti isi guyonan itu, bereskan? Ayo ciptakan dan jemput polisi jujur baru, gumam Sang Kakek.

Terima kasih dan salam.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun