Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Pengkritik Harga BBM yang Tidak Turun

17 Juni 2020   08:20 Diperbarui: 17 Juni 2020   08:16 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Kalau kita berpikir jangka pendek, itu benar. Namun untuk jangka panjang, itu tidak benar. Dan kesalahan itulah yang dilakukan presiden sebelumnya. Kilang tidak dibangun, akhirnya kita tergantung impor. Dan ini sangat lucu. Minyak mentah kita ekspor tiap hari enam ratus ribu barel. Tiap hari juga kita impor minyak siap pakai setiap hari. Kenapa tidak dibangun kilang untuk mengolah itu? Selisih harganya lumayan itu," jelas Sang Kakek.

   "Wah bagaimana ceritanya itu kek. Ekspor dan impor tiap hari dengan jumlah yang sama?" Tanya Sang Cucu.

   "Ya. Dulu ada orang tertentu yang mengelola ekspor impor ini. Ada mafianya. Itulah yang diberantas presiden kita. Dan permainannya dalam penerimaan fee, walau semua terselubung. PETRAL dibubarkan, dan para mafia ini kehilangan pekerjaan dan pendapatannya," jelas Sang Kakek.

   "Seru juga ya. Kalau ada mafia pasti seru ya kek," kata Sang Cucu.

   "Era sebelumnya negara memberikan subsidi BBM itu sekitar tiga ratus triliun untuk pemilik mobil orang kaya dan kelas menengah. Tapi harga BBM di Papua selangit bisa puluhan ribu per liter. Lalu presiden kita memerintahkan Pertamina untuk membuat satu harga di seluruh Indonesia. Pertamina harus menanggung biaya untuk membuat satu harga tersebut. Subsidi harus diberikan. Nah biaya untuk itu juga menjadi perhitungan untuk menentukan harga BBM," jelas Sang Kakek.

   "Jadi pembangunan kilang dan pemberlakuan satu harga BBM itu mahal juga biayanya kek?" kata Sang Cucu.

   "Mahal, tapi pembangunan kilang ini untuk kepentingan jangka panjang. Dengan adanya kilang, maka minyak mentah kita diolah disini dan kita pakai disini. Jadi mengurangi ketergantungan kita dengan impor. Makanya kita harus mendukung ini. Jangan hanya menuntut harga BBM turun karena harga minyak dunia turun. Tidak sesederhana itu," kata Sang Kakek.

   "Kalau begitu, kita harus dukung itu ya kek? Untuk jangka panjang dan kemandirian bangsa," kata Sang Cucu.

   "Ini mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan bahkan bilang, anggap saja dulu bersedekah ke Pertamina untuk kepentingan jangka panjang dan kemandirian energi kita. Beliau paham benar mengenai itu," kata Sang Kakek.

   "Jangan-jangan para pengkritik ini tidak paham masalahnya kek," kata Sang Cucu.

   "Kalau karena tidak paham, bisalah kita pahami. Terkadang ini ada kepentingan bisnis dan politik," kata Sang Kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun