Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memuji di Depan Umum, Mengkritik dengan Bijak

13 Juni 2020   10:17 Diperbarui: 13 Juni 2020   10:45 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memuji Di Depan Umum, Mengkritik Di Tempat Tertutup.

Dua orang pengusaha sedang bercakap-cakap di sebuah warung kopi. Mereka berteman sejak mahasiswa dan kini mereka menjadi pengusaha. Pengusaha  Tuan Angkuh dan Tuan Budiman. Angkuh  menjadi pengusaha meneruskan usaha orang tuanya. Budiman menjadi pengusaha atas rintisannya sendiri.

Angkuh mengelola perusahaan ingin seperti orang tuanya. Meneruskan usaha dengan orang yang sama dan bisnis yang sama, metode yang sama.

Budiman mulai  bekerja di perusahaan orang lain. Setelah lima tahun dan berpindah setiap tahun. Dia rupanya belajar di lima perusahaan sejenis untuk menemukan bagaimana mengelola perusahaan dengan baik.

Angkuh bercerita tentang kesulitannya menangani para karyawannya sekarang ini. Semangat kerja rendah, kalau ditinggal pergi, semua malas. Pendek cerita produktivitas pekerjanya rendah. Banyak tuntutan dan pengaruh serikat pekerja sangat kuat.

Budiman bercerita santai-santai saja. Tidak ada masalah yang terlalu berat. Masalah selalu ada, tapi semua bisa diselesaikan dengan baik bersama karyawan.

Mereka berdiskusi tentang cara dan mekanisme penyelesaian masalah yang selalu ada di perusahaan masing-masing. Inti perbedaannya dan salah satunya adalah bagaimana menghargai pekerja.

Angkuh selalu mempermalukan yang salah di depan umum sesama karyawan. Memuji di tempat tertutup. Jarang memberikan apresiasi dan hadiah kepada pekerjanya.

 Budiman selalu membuat acara pemberian penghargaan pekerja terbaik setiap bulan. Memberikan hadiah kecil dan pujian  di tempat umum pertemuan semua pekerja. Kalau ada pekerja yang malas atau bermasalah, dia memanggilnya ke ruangannya. Dinasehati, dikritik dan diberikan pengarahan. Akhirnya bekerja dengan baik.

Ternyata, hasil kesimpulan pertemuan mereka merumuskan betapa pentingnya memahami momentum waktu dan tempat  memberikan pujian dan hukuman ke pekerja kita.

Memberikan pujian di tempat umum membuat pekerja bangga dan menambah semangat kerja dan produktivitasnya. Sebaliknya memberikan hukuman di depan umum akan mempermalukan mereka dan akan menurunkan semangat kerja dan produktivitas kerja.

Yang dipuji di depan umum melahirkan rasa memiliki (sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responsibility) dan rasa partisipasi (sense of participation) terhadap perusahaannya. Yang dihukum di depan umum menghasilkan demotivasi dan penurunan semangat kerja dan kurang rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan rasa partisipasi terhadap perusahaan.

Marilah kita belajar untuk memberikan pujian, kritik  dan hukuman dengan memikirkan waktu dan tempat yang tepat. Jika benar, maka hasilnya akan baik. Jika salah, maka hasilnya buruk. Mana yang mau kita pilih? Terserah.

Tapi jangan seperti debat utang ini. Hebohnya minta ampun, berlomba saling mempermalukan dan ingin menjadi pemenang debat. Sampaikanlah kritik dan datanya ke pemerintah. Duduk bersama dan mencari solusi untuk bangsa ini. Jangan mengutamakan kepentingan diri.  Kalau untuk kebaikan, tanggalkanlah ego diri. Semoga kita bisa berbijak ria.

Terima kasih dan salam hangat.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun