Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sang Pancasila Pemersatu Bangsa, Bukan Tante Ernie

1 Juni 2020   09:29 Diperbarui: 1 Juni 2020   23:29 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sang Kakek sedang melakukan upacara sendiri di kamar. Kamarnya terkunci. Sang Cucu yang mau mengantarkan kopi mendengar lagu Garuda Pancasila sedang bergema. Sang Cucu harus maklum dan menunggu. Kalau  sedang menjalani sebuah ritual penting kakek akan mengunci kamarnya. Kalau hanya sekedar membaca atau tiduran, pintu kamar tertutup tapi tidak terkunci. Setelah selesai upacara, kakek keluar dan memanggil cucu membawa kopinya.

   "Upacara apa kek pagi ini? Pakai lagu lagi," tanya cucu.

   "Kakek melakukan upacara peringatan Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. HUT ke 75 Pancasila. Tadi lagunya adalah Garuda Pancasila," kata kakek.

   "Kenapa masih harus dirayakan? Negara kita saja tidak merayakan kek?" tanya cucu.

   "Negara boleh lupa, pemerintah boleh lupa, tapi kakek tidak akan pernah lupa pada hari lahirnya Pancasila sebagai dasar negara, pemersatu bangsa," jawab kakek.

   "Zaman sekarang pemersatu bangsa yang baru sudah ada kek, itu Tante Ernie. Dalam satu akun YouTube Gofar Hilman sudah diumumkan, bahwa Tante Ernie, Tante Pemersatu Bangsa. Dan viral kek," kata cucu.

   "Itulah yang kakek protes. Pancasila sudah teruji sebagai pemersatu bangsa, menjadi landasan ideologi negara dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, tapi seorang YouTuber dengan seenak perutnya membuat seorang tante menjadi pemersatu bangsa," kata kakek protes.

   "Itu menurut kakek. Tapi kenyataannya, berita itu viral dan seakan semua mengakui bahwa Tante Ernie itu sebagai pemersatu bangsa kek," kata cucu.

   "Apalah fakta dan buktinya Tante Ernie mu itu sebagai pemersatu bangsa?" tanya kakek.

   "Tante Ernie itu hanya wanita biasa, seorang ibu rumah tangga. Anaknya ada tiga, satu sudah kuliah yang lainnya masih sekolah. Setiap hari kerjanya mengurus rumah, suami dan anak-anaknya," jawab cucu seakan membacakan riwayat hidup Tante Ernie.

   "Nah dari riwayat hidup Tante Ernie kalian itu, mana yang yang layak sebagai kriteria pemersatu bangsa?" tanya kakek.

   "Kakek harus berpikir jernih melihat situasi sekarang. Ukuran pemersatu bangsa di zaman sekarang berbeda kek," jawab cucu.

   "Apa bedanya?" kejar kakek.

   "Alat ukur pemersatu bangsa sekarang ini adalah kalau ada sesuatu yang sama-sama disukai oleh pasukan cebong, kampret dan kadrun. Nah kebetulan ketiga pasukan ini menyukai Tante Ernie," kata cucu.

  "Apanya yang disukai dari tante kalian itu?" kejar kakek lagi.

  "Tante Ernie itu yang disebut sosok 'hot mama' menarik perhatian. Tante Ernie itu dinilai awet muda dan seksi, meski di usia yang tak muda lagi. Tante Ernie suka memamerkan fotonya yang hot dan menarik yang memuaskan bagi mata  para pasukan tadi," kata cucu.

   "Hanya dengan foto dan seperti itu menjadi pemersatu bangsa?" kata kakek.

   "Dengan foto-foto hot itu semua pasukan itu membayangkan seakan dia sudah menikmati, padahal kan hanya melihat, memegang jangan,  cuma foto doang dan di media sosial. Karena para pasukan itu waktu hidupnya banyak di media sosial, ya setiap hari itu saja yang dilihat dan dinikmati. Ya jadilah mata mereka semua bersatu di foto Tante Ernie itu. Bentuk badannya yang aduhai, seksi membuat mereka membayangkan dan merasa  memiliki Tante Ernie itu. Minimal dalam fantasi dan bayangan," jawab cucu.

   "Itu sudah salah dan fatal. Masa fantasi dan membayangkan seorang tante sudah merasa bersatu. Itu semua semu, hanya menikmati foto dan pemandangan saja," kata kakek.

   "Itu kenapa kek? Itu yang dilihatnya setiap hari. Pancasila pemersatu bangsa kakek itu ada di mana? Fotonya ada dimana?" tanya cucu.

   "Di setiap kantor ada gambar Garuda Pancasila lambang negara," kata kakek.

   "Apa bunyinya dan isinya? Kalau dibuat gambar Tante Ernie yang seksi dengan gambar garuda Pancasila, gambar mana yang lebih menarik?" tanya cucu.

   "Lho, kan bukan sekedar gambar saja. Isi dan maknanya juga," kata kakek.

   "Apa isi dan makna Pancasila kek? Dimana kita bisa membaca dan melihatnya?" gugat cucu.

   "Lho, kan ada di buku pelajaran sekolah," kata kakek.

   "Pasukan cebong, kampret dan kadrun kan tidak sekolah lagi. Sudah menjadi pakar, ahli dan hakim di media sosial. Semua bisa dirancang. Siapa yang mau disalahkan? Siapa mau dituduh Antek Asing, Antek Aseng? Siapa yang PKI? Siapa yang menteri yang paling Top? Siapa Pakar Panci? Pakar Fotografi? Siapa tokoh yang mau di viralkan? Berita apa yang mau di viralkan? Semua pasukannya ada dimana-mana. Dengan perintah satu orang, semua bergerak, maka jadilah viral. Pancasila, siapa yang membuatnya menjadi viral kek?" tanya cucu.

   "Ya seharusnya BPIP itu," jawab kakek.

   "Apa itu BPIP kek?" kejar cucu.

   "Badan Pembinaan Ideologi Pancasila,' jawab kakek.

   "Nah namanya kan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Berati kejanya membina Ideologi Pancasila. Seharusnya kan membina warga negara Indonesia untuk memahami dan memaknai Pancasila," kata cucu.

   "Sebenarnya tugasnya seperti yang kamu bilang sih," kata kakek.

   "Tapi kenyataannya apa kek? Pernah mereka melakukan pembinaan di media sosial? Kemarin mereka kan melakukan lelang dengan MPR. Apaka itu yang dimaksudkan Pembinaan Ideologi Pancasila?" desak cucu.

   "Kamu jangan desak-desak kakek. Kakek kan bukan pengarah dan Pembina BPIP," kata kakek.

   "Kakek kan bilang pemersatu bangsa adalah Pancasila. Lalu ada BPIP yang seharusnya melaksanakan tugas untuk membina Ideologi Pancasila. Dunia medsos tidak kenal Pancasila, apalagi BPIP itu. Yang dikenal dan terkenal karena seksi dan hotnya, ya Tante Ernie. Jangan disalahkan pasukan cebong, kampret dan kadrun itu. Itu saja yang dilihatnya setiap hari, dan membuat mereka nyaman dan aman, ya mereka bersatu di foto Tante Ernie yang hot dan seksi  itu," kata cucu.

   "Wah kamu bela-belain  pasukan pengagum Tante Ernie itu ya?" kata kakek.

   "Saya bukan bela-belain pasukan pengagum Tante Ernie itu kek. Ini kenyataan dan fakta. Atau bisa dipertimbangkan para pelaku BPIP itu berfoto cantik dan hot di media sosial?" tantang cucu.

   "Kamu gila ya? Mau nyuruh orang BPIP berfoto seksi dan hot di medsos? Kamu sudah tidak waras lagi," umpat kakek.

   "Kalau begitu, apa upaya BPIP itu untuk membina masyarakat supaya paham dengan Pancasila sebagai pemersatu bangsa? Kakek jangan hanya memprotes Tante Ernie sebagai pemersatu bangsa. Kakek harus tanya BPIP dan MPR apa yang mereka lakukan untuk mempopulerkan Pancasila?" gugat cucu.

   "Yah kamu benar juga sih. Mungkin Pancasila kalah populer dengan Tante Ernie karena kurang publikasi dan menyampaikan informasi di berbagai media termasuk media sosial. Lalu apa saranmu ke BPIP dan MPR untuk mempopulerkan Pancasila sebagai pemersatu bangsa?" tanya kakek seakan menyerah ke cucunya.

   "Buatlah bahan sosialisasi Pancasila sebagai pemersatu bangsa yang menarik. Angkatlah penggiat media sosial yang baik menjadi duta Pancasila untuk publikasi di medsos. Buatlah konten menarik tentang indahnya bersatu di bawah Pancasila. Buatlah lomba cipta film pendek dan video bagaimana indahnya bersatu dan toleran di negara Pancasila. Kok jadi saya yang memberikan ide, bukan BPIP yang digaji negara?" protes cucu.

   "Sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya memberikan masukan kepada penyelenggara negara. Idemu itu bagus. Brilian dan relavan. BPIP, MPR, DPR  dan pemerintah serta lembaga negara harus memikirkan dan melakukan tindakan dan kegiatan untuk sosialisasi dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat melalui saluran media, termasuk medsos," kata kakek.

   "Nah begitu dong. Jadi jangan menyalahkan Tante Ernie lagi ya. BPIP dan MPR dan lembaga negara itu yang harus bertobat. Tugas mereka yang harus menjelaskan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Bukan tugas Tante Ernie," kata cucu.

   "Okelah. Pancasila adalah ideologi dan dasar negara kita dan menjadi alat pemersatu bangsa. Bukan Tante Ernie," kata kakek.

Oh bangsaku, kenapa Pancasila sebagai pemersatu bangsa seakan digantikan Tante Ernie? Kenapa MPR dan BPIP seakan tak mampu menghadirkan Pancasila di tengah masyarakat dan medsos? Oh Pancasila, kenapa jadi begini, gumam kakek.

Selamat HUT Pancasila ke 75, 1 Juni 1945- 1 Juni 2020

Sekian dulu. Terima kasih, salam dan doa.

Aldentua Siringoringo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun