"Usul saya, dicabutlah peraturan itu, lalu kita sepakati dengan cucu jadwal penggunaan gawai setiap hari dengan syarat. Apa syaratnya? Kita suruh belajar dan membaca dulu, kalau sudah selesai tugas diberikan waktu menggunakan gawai. Mungkin ini juga kesempatan kita mengajar mereka untuk belajar dan membaca buku," kata kakek.
Mereka bertiga sepakat, jadwal penggunaan gawai diatur dan disesuaikan, namun dengan syarat dan ketentuan berlaku. Lalu mereka bertiga naik ke lantai dua dan mengetuk pintu. Sang kakek menjadi juru bicara.
"Halo cucu, kami bertiga dengan ayah dan ibumu berdiri disini, tolong pintu dibuka," kata kakek. Pintu terbuka sedikit. Sang Cucu melihat dari balik pintu itu.
"Ya kami sudah bicara dengan kakek, peraturan dicabut, tapi kita akan membuat kesepakatan baru penggunaan gawai setiap hari dan ada syaratnya. Harus membaca buku dan buku renungan harian," kata sang ayah.
"Betul begitu kek?" tanya sang cucu meminta penegasan dari kakek.
"Ya, betul. Nanti kita sepakati jadwal penggunaan gawai dengan syarat dan ketentuannya," kata kakek.
"Oke, terima kasih kek. Mogok makan dan mogok bicara kita akhiri," kata cucu lalu membuka pintu.
Ketiga cucu memeluk kakeknya yang telah berhasil menjadi juru runding pencabutan Peraturan Rumah Tangga nomor 1 tahun 2020 tentang Larangan Penggunaan Gawai Senin-Jumat. Ayah dan mamanya hanya menjadi penonton. Sebuah pemandangan yang unik. Kenapa cucu lebih dekat ke kakeknya daripada ayah dan ibunya?
Oh gawai, kau telah menguasai hajat hidup cucu, yang tak mau lepas dan lekang darimu. Anak zaman now dengan gawainya, seakan seperti pasangan yang tak terpisahkan, gumam kakek.
Sekian dulu. Terima kasih, salam dan doa.
Aldentua Siringoringo.