Semenjak hari itu rasa hormat saya kepada Para Tunanetra bertambah. Â Sampai sekarang. Itulah kehidupan. Kita merasa bisa menuntun, ternyata kita yang dituntun. Â Kita kadang ingin dituntun, tapi keadaan memaksa kita harus menuntun.
Ternyata hidup ini selalu dipenuhi kelebihan dan kekurangan. Ketika sang tunanetra kekurangan dalam penglihatan, ternyata dia bisa menghafalkan tempat dengan perasaan, ingatan dan pikirannya. Mata yang tertutup ternyata bisa melihat. Padahal kita yang mempunyai mata terbuka dan bisa melihat, terkadang tidak kita gunakan untuk melihat yang baik sebagaimana mestinya. Bahkan kadang-kadang kita pura-pura tidak melihat apa yang tidak kita sukai dari orang lain.
Marilah kita pergunakan penglihatan kita untuk senantiasa bisa peduli dan menolong orang lain. Sekian dulu.
Terima kasih. Salam dan doa.
Aldentua Siringoringo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H