Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Mister Ogah New Normal

28 Mei 2020   08:07 Diperbarui: 28 Mei 2020   08:01 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Lho, ini kan bicara new normal, kok bisa normal dia kalau marah?" tanya cucu lagi.

   "Mungkin juga itu masalahnya. Pemerintah mengkampanyekan new normal. Padahal dia menginginkan old normal. Normal lama sudah baik, kok diciptakan istilah normal baru. Apa-apaan nih pemerintah, sukanya yang baru, padahal normal lama masih bagus," kata kakek.

   "Saya senang mendengar penjelasan kakek ini. Saya jadi paham. Berarti para kakek kurang suka dengan new normal karena masih suka dengan old normal ya. Pantasan marah-marah dia," kata cucu.

   "Ya begitulah. Kalau masih ada yang lama, gunakanlah dengan baik, nggak usah yang baru," kata kakek lagi.

   "Ini memang hal baru kek. Virus corona ini belum bisa kita usir dari negeri ini. Padahal ekonomi harus digerakkan. Harus produktif secara ekonomi, tapi harus dijaga jangan sampai kena virus corona. Jadi produktif tapi tetap sehat. Bagaimana caranya? Dibuatlah ketentuan new normal oleh Kementerian Kesehatan. Boleh bekerja tapi harus menggunakan protokol kesehatan. Memakai masker dan sarung tangan, menjaga jarak, cuci tangan. Itu maksudnya new normal, bukan yang lain," kata cucu menjelaskan.

   "Itu kan cara berpikir pemerintah. Cara berpikir beliau, pengangguran bertambah, ekonomi anjlok, negara susah, kok disebut new normal. Ini pengelabuan secara politik, begitu pola berpikir politik para politisi gaek yang lagi gelisah dan darah rendah," kata kakek menjelaskan.

   "Ini masalahnya. New normal yang dibicarakan menyangkut protokol kesehatan untuk bekerja secara normal dengan alasan ekonomi. Bukan masalah politik. Ini masalah kesehatan dan ekonomi," kata cucu.

   "Apapun yang kalian bicarakan, apa itu masalah protokol kesehatan, masalah produktivitas secara ekonomi, bagi politisi mata kuda, itu tetap menjadi masalah politik," kata kakek.

   "Makanya, kalau masalah kesehatan, masalah ekonomi, jangan dipandang secara politik," kata cucu.

   "Itukan menurut kacamata pemerintah. Menurut kaca mata politik buram karena faktor umur, semua itu hanya pengalihan dan politik kebablasan. Pengangguran tinggi, ngomongnya new normal, edan itu, begitu pola pikir dia dan yang terlihat dalam kaca mata politiknya," kata kakek.

   "Makanya perlu ganti kaca mata politik dengan kaca mata ekonomi. Justeru ini dilakukan pemerintah supaya industri bisa berjalan dan pengangguran bisa dikurangi," kata cucu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun