Mohon tunggu...
Alde More
Alde More Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

cewek yg diliat dari luarnya cuek tapi dalamnya perhatian kok

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Pengetahuan Remaja Mengenai Penyakit Bipolar Disorder

26 Januari 2023   01:08 Diperbarui: 26 Januari 2023   01:12 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gangguan bipolar adalah suatu bentuk penyakit yang terjadi ketika suasana hati penderitanya berubah secara signifikan dan ekstrim. Orang dengan gangguan bipolar memiliki rentang perubahan suasana hati yang luas, baik sangat atau sangat buruk. Hal tersebut disebabkan karena mood orang yang terkena Bipolar Disorder bisa tiba-tiba berfluktuasi antara baik atau bahagia (mania) dan buruk atau sedih (depresi). Kondisi apa yang terjadi pada orang yang menderita gangguan bipolar juga dipaparkan oleh banyak ahli yang menyatakan bahwa gangguan bipolar hanyalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan adanya dua kutub emosi yang ekstrim. Kedua kutub perasaan itu berlawanan dan bisa tiba-tiba berubah tanpa tahu kapan akan kambuh lagi. Manic (mania) atau kebahagiaan yang berlebihan dapat terjadi ketika seorang bipolar menjadi sangat gelisah, hiperaktif dan antusias bahkan saat merasa tertekan atau sedih. Sedangkan dalam keadaan depresi dapat menyebabkan penderitanya menjadi sangat pesimis, putus asa, cemas, depresi, tidak berdaya, bahkan mungkin ada keinginan untuk bunuh diri.

Adapun rentang usia Bipolar Disorder berkisar antara masa kanak-kanak sampai pada usia 50 tahun dengan rata-rata yang berrada pada usia sekitar 21 tahun. Hal tersebut dikarenakan Bipolar Disorder yang pada umumnya didasarkan kepada kondisi mental dan psikis seseorang sangat rentan terhadap individu yang berada pada masa remaja. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya merupakan rentang hidup antara anak-anak dan orang dewasa yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan biologis serta psikologis. Secara biologis ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan seks primer dan sekunder, sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi yang labil atau tidak aman. Remaja juga dicirikan oleh sejumlah karakteristik penting,antara lain kematangan hubungan dengan teman sebaya, kemampuan untuk menerima dan mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan dewasa yang didukung oleh masyarakat, penerimaan kondisi fisik, dan kemampuan untuk menggunakannya secara efektif dalam tingkat emosional, Kemandirian dari orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memilih dan mempersiapkan karir masa depan sesuai dengan minat dan kemampuan seseorang, pemikiran  kehidupan berkeluarga dan memiliki anak, pengembangan keterampilan intelektual dan pemahaman yang diperlukan sebagai warga negara, dan masih banyak lagi.

Remaja menghadapi masa transisi perkembangan dan pertumbuhan karena berbagai perubahan fisik, sosial dan emosional yang semuanya menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan. Itulah mengapa masa ini disebut juga sebagai masa badai dan penuh tekanan, karena anak muda perlu belajar beradaptasi dan menerima segala perubahan yang seringkali membuat emosi mereka labil. Menurut data dari National Comorbidity Survey Adolescent Supplement (NCS-A), 2,9% remaja berusia 13 hingga 18 tahun mengalami gangguan bipolar dan 2,6% mengalami gangguan fungsional berat. Data ini juga mengungkapkan bahwa gangguan bipolar lebih sering terjadi pada remaja perempuan (3,3%) dibandingkan remaja laki-laki (2,6%). Daripemaparan diatas,tidak heran jikalau Bipolar Disorder berorientasi dan kebanyakan menyerang individu dengan kisaran usia remaja.

Penyebab Bipolar Disorder

Gangguan bipolar diklasifikasikan menjadi dua jenis. Gangguan bipolar tipe I ditandai dengan episode mania besar dan depresi berat. Gangguan bipolar tipe I dicirikan ketika kondisinya manik, penderitanya sering tertekan dan merasa serius dan berbahaya. Sedangkan Bipolar II, penderitanya masih bisa melakukan aktivitas rutin kehidupan sehari-hari. Tidak seburuk Tipe I yang mudah tersinggung dan keadaan depresinya berlangsung lebih lama dari hipomania-nya. Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang memang saling berkaitan dengan penyebab munculnya Bipolar Disorder seperti halnya faktor biologis yang meliputi aspek genetik dan biokimia, faktor psikososial yang meliputi aspek stress lingkungan dan personal. Bukan hanya itu, faktor lainnya dari perasaan depresi juga menjadi salah satu faktor yang erat kaitannya dengan penyebab Bipolar Disorder. Faktor tersebut meliputi aspek kognitif dan perasaan putus asa.

Dalam aspek genetik, Data keluarga menunjukkan bahwa jika salah satu orang tua mengalami gangguan mood, maka anaknya memiliki risiko 10-25 persen untuk mewarisi gangguan mood tersebut. Jika kedua orang tua memiliki gangguan bipolar, ada risiko hal itu akan berdampak signifikan pada anak mereka. Keluarga dengan gangguan bipolar memiliki risiko 25% dan keluarga dengan depresi berulang memiliki risiko 20%. Risiko berkembangnya gangguan bipolar adalah 27 persen untuk anak dari satu orang tua dan 74 persen untuk kedua orang tua. Oleh karena itu, faktor genetik sangat berpengaruh dan dapat mempengaruhi seseorang untuk mengalami gangguan mood. Sedangkan dalam aspek biokimia, hal ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang dapat memicu siklus tubuh dan otak menuju kea rah depresi dan lain sebagainya. Jika berkaca pada era globalisasi seperti sekarang ini,tentu sangat banyak kita jumpai jnis makanan yang bermaca-macam di luar sana. Dalam masa remaja, mereka tentu belum bisa membedakan jenis makanan mana yang menjadi konsumsi harian dan baik untuk mereka, dan makanan mana yang jika dikonsumsi dalam jangka Panjang akan membahayakan bagi konsumen itu sendiri. Adapun zat-zat yang dimaksud oleh penulis antara lain serotonin, dopamin, dan norepinefrin.

Sedangkan dalam aspek stress lingkungan, hubungan antara kehidupan yang penuh stres dan episode suasana hati dapat dilihat pada pasien dengan gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar I. Satu teori untuk menjelaskan temuan ini adalah bahwa stres yang terkait dengan episode pertama menyebabkan perubahan jangka panjang di otak. Perubahan jangka panjang ini dapat mengubah berbagai keadaan fungsional neurotransmiter dan sistem pensinyalan intraneuronal, yang dapat mencakup hilangnya neuron dan pengurangan gerbang sinaptik yang berlebihan. Akibatnya, orang tersebut berisiko lebih besar mengalami episode gangguan mood lainnya. Selain itu, kehamilan juga merupakan penyebab stres yang biasanya menyerang wanita dengan riwayat mania dan depresi.

Dalam aspek personal, pada dasarnya semua orang memiliki pola kepribadian yang membuat mereka depresi. Orang dengan gangguan kepribadian spesifik OCD, histrionik, mungkin berisiko lebih besar mengalami depresi dibandingkan orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid. Itu dapat menggunakan proyeksi dan pertahanan eksternal lainnya untuk melindungi dirinya dari kebencian dalam dirinya sendiri. Penelitian telah menunjukkan bahwa stres yang dirasakan pasien sebagai refleksi negatif dari diri mereka sendiri lebih cenderung menyebabkan depresi. Selain itu, stres yang mungkin tampak ringan bagi orang lain belum tentu ringan bagi mereka yang mengalami depresi dan gangguan emosi lainnya.

Aspek lainnya yang berhubungan dengan penyebab Bipolar Disorder adalah faktor kognitif dan keputusasaan. Dalam teori kognitif, pikiran dan keyakinan negatif dianggap sebagai penyebab utama depresi. Pikiran pesimistis dan kritis terhadap diri sendiri dapat menjadi suatu hal yang sangat mengganggu bagi orang yang mengalami depresi. Sedangkan teori keputusasaan menekankan jenis pemikiran negatif ini, yang didukung oleh teori perenungan, dengan menekankan kecenderungan untuk tetap berada dalam suasana hati dan pikiran negatif. Mengenai keputusasaan, teori ini didasarkan pada pernyataan bahwa pemicu depresi terburuk adalah keputusasaan, yang dapat diartikan sebagai gejala penurunan kesedihan, motivasi, bunuh diri, penurunan energi, retardasi psikomotor, gangguan tidur, konsentrasi buruk, dan pemikiran negatif. Teori ini menekankan bahwa pemulihan dari depresi bergantung kepada para pengidap Bipolar Disorder untuk mengendalikan diri dan lingkungannya.

Pencegahan dan Pengobatan Bipolar Disorder Pada Remaja

Bipolar Disorder hakikatnya merupakan penyakit yang sangat sentral terhadap psikis atau jia dari seseorang. Oleh karena itu penulis berasumsi bahwasanya dalamupaya pencegahan individu untuk terkena penyakit bipolar disaster adalah dengan membangun karakter anak melalui berbagai macam cara selama masa tumbuh dan berkembangnya. Kecanggihan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perkembangan nilai moral generasi muda. Orang tua dan pendidik harus memiliki karakter yang baik untuk mewujudkan kepribadian muda yang sehat. Karakter seseorang terdiri dari nilai-nilai operasional, nilai-nilai dalam tindakan. Karakter terdiri dari tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Pengetahuan moral meliputi kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, pengaturan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi. Perasaan moral termasuk meliputi Hati nurani, harga diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati. Sedangkan tindakan moral memiliki tiga karakter, yaitu: kemampuan, keinginan dan kebiasaan. Ketiga hal ini diperlukan untuk menjalani kehidupan moral dan membentuk kedewasaan moral.

Menurut teori psikologi perkembangan, perkembangan remaja terdiri dari beberapa aspek, antara lain perkembangan fisik, perkembangan kecerdasan, perkembangan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kepribadian, perkembangan moral dan perkembangan kesadaran beragama. Dalam perkembangan intelegensia, anak muda mampu berpikir logis tentang ide-ide abstrak. Perkembangan emosi pada masa ini berada pada puncak emosi dan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik. Mencapai kematangan emosi anak muda merupakan tugas yang sangat sulit bagi anak muda. Masalahnya menjadi lebih rumit sebagai akibat dari perkembangan sosial. Perkembangan sosial kaum muda ditandai dengan kemampuan untuk melihat orang lain sebagai individu yang unik. Pemahaman ini mendorong remaja untuk mengembangkan hubungan sosial yang lebih dekat dengan dirinya sendiri (terutama dengan teman sebayanya) baik melalui persahabatan maupun hubungan lainnya. Selain itu, hal ini mendorong munculnya perilaku yang dapat dinilai oleh orang lain sebagai pemenuhan psikologis yang baik.

Penjelasan diatas merupakan salah satu bentuk atau Langkah dalam memberikan penidikan karakter dan membentuk pribadi anak menjadi individu yang tidak terkesan lemah terutama perihal mental dan psikis. Dengan begitu, tentu akan mengurangi resiko terkena Bipolar Disoerder yang didasarkan kepada mental dan psikis. Lantas bagaimana dengan pengobatan bagi mereka yang telah mengidap Bipolar Disorder? Hal ini akan penulis elaborasikan dalam paragraf selanjutnya.

Tatalaksana atau pengobatan kepada pasien Bipolar Disorder dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain terapi non-farmakologi yang meliputi psikoterapi dan terapi elektro-konvulsif, terapi farmakologi, dan pemberian obat Bipolar Disorder. Pertama pengobatan Psikoterapi, hal ini bertujuan untuk mengobati penyalagunaan zat serta pemberian nutrisi yang baik dengan protein normal dan asupan asam lemak esensial, berolahraga, tidur yang cukup,  pengurangan stres, dan terapi psikososial (Wells et al., 2015). Ini bisa dilakukan  dengan memberikan dukungan, edukasi, dan bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan bipolar dan keluarga penderita gangguan bipolar. Kedua, terapi elektro-konvulsif adalah perawatan yang aman dan efektif untuk penyakit mental berat tertentu. Pasien dengan depresi adalah target untuk ECT yang cocok untuk diterapkan Electroconvulsive Therapy (ECT) dapat memberikan bantuan bagi orang dengan gangguan bipolar berat yang tidak dapat sembuh dengan perawatan lainnya. Terkadang ECT digunakan untuk gejala bipolar saat kondisi medis lainnya, termasuk kehamilan, yang terlalu berisiko minum obat. Pasien gangguan bipolar harus mendiskusikan kemungkinan manfaat dan risiko ECT dengan profesional kesehatan. Dikarenakan ECT dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka pendek, termasuk kebingungan, disorientasi, dan penurunan memori, hingga amnesia.

Ketiga, pengobatan secara farmakalogi first-line dalam pengobatan episode manic dan episode depresi berulang dari gangguan bipolar adalah Litium. Golongan obat penstabil mood atau antikonvulsan juga telah banyak digunakan (contohnya, carbamazepine dan asam valproat) untuk pengobatan episode mania akut dan untuk pencegahan kekambuhannya. Lamotrigin juga dapat digunakan untuk terapi pencegahan kekambuhan. Pengobatan adjuvan jangka pendek dengan benzodiazepine juga dapat membantu. Mekanisme kerja Diazepam dengan cara mengurangi konsentrasi epinefrin plasma, serta menurunkan kecemasan, dan sebagai hasilnya Diazepam meningkatkan fungsi seksual pada orang yang terhambat oleh kecemasan. Sedikit pasien memiliki kecemasan yang melumpuhkan dan mungkin perlu benzodiazepin jangka pendek. Benzodiazepin bermanfaat dalam mengurangi kecemasan. Diazepam dinyatakan memiliki anti-fobia, anti-panik dan anti-kecemasan. Obat lain yang digunakan termasuk clonazepam dan alprazolam.

Terakhir, pemberian obat pada pasien Bipolar Disorder. Obat ini terkadang efektif dalam pengobatan mania. Akan tetapi, karena efektif dalam mencegah perubahan mood pada gangguan bipolar, istilah yang lebih baik adalah agen penstabil mood atau agen profilaksis. Agen penstabil mood yang paling umum digunakan adalah litium, valproat, karbamazepin, dan lamotrigin, meskipun ada beberapa mood stabilizer lainnya seperti oxcarbazepine. Beberapa jenis obat diatas masuk kedalam tipe mood stabilizer. Selain itu, juga terdapat obat dengan jenis antidepresan yang berfungsi untuk pengobatan gangguan depresi. Ini juga disebut sebagai mood-elevator dan timoleptik. Tidak ada antidepresan tunggal yang efektif untuk semua pasien depresi. Dosis antidepresan dipantau berdasarkan perbaikan klinis. Pemantauan rutin tingkat darah biasanya tidak diindikasikan. Untuk episode depresi pertama, pasien harus menerima dosis terapeutik penuh antidepresan yang dipilih selama 6-9 bulan, setelah mencapai remisi penuh. Sebaiknya dilakukan taper dose obat anti depresan, saat pengobatan harus dihentikan setelah fase kelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun