Menurut teori psikologi perkembangan, perkembangan remaja terdiri dari beberapa aspek, antara lain perkembangan fisik, perkembangan kecerdasan, perkembangan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kepribadian, perkembangan moral dan perkembangan kesadaran beragama. Dalam perkembangan intelegensia, anak muda mampu berpikir logis tentang ide-ide abstrak. Perkembangan emosi pada masa ini berada pada puncak emosi dan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik. Mencapai kematangan emosi anak muda merupakan tugas yang sangat sulit bagi anak muda. Masalahnya menjadi lebih rumit sebagai akibat dari perkembangan sosial. Perkembangan sosial kaum muda ditandai dengan kemampuan untuk melihat orang lain sebagai individu yang unik. Pemahaman ini mendorong remaja untuk mengembangkan hubungan sosial yang lebih dekat dengan dirinya sendiri (terutama dengan teman sebayanya) baik melalui persahabatan maupun hubungan lainnya. Selain itu, hal ini mendorong munculnya perilaku yang dapat dinilai oleh orang lain sebagai pemenuhan psikologis yang baik.
Penjelasan diatas merupakan salah satu bentuk atau Langkah dalam memberikan penidikan karakter dan membentuk pribadi anak menjadi individu yang tidak terkesan lemah terutama perihal mental dan psikis. Dengan begitu, tentu akan mengurangi resiko terkena Bipolar Disoerder yang didasarkan kepada mental dan psikis. Lantas bagaimana dengan pengobatan bagi mereka yang telah mengidap Bipolar Disorder? Hal ini akan penulis elaborasikan dalam paragraf selanjutnya.
Tatalaksana atau pengobatan kepada pasien Bipolar Disorder dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain terapi non-farmakologi yang meliputi psikoterapi dan terapi elektro-konvulsif, terapi farmakologi, dan pemberian obat Bipolar Disorder. Pertama pengobatan Psikoterapi, hal ini bertujuan untuk mengobati penyalagunaan zat serta pemberian nutrisi yang baik dengan protein normal dan asupan asam lemak esensial, berolahraga, tidur yang cukup,  pengurangan stres, dan terapi psikososial (Wells et al., 2015). Ini bisa dilakukan  dengan memberikan dukungan, edukasi, dan bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan bipolar dan keluarga penderita gangguan bipolar. Kedua, terapi elektro-konvulsif adalah perawatan yang aman dan efektif untuk penyakit mental berat tertentu. Pasien dengan depresi adalah target untuk ECT yang cocok untuk diterapkan Electroconvulsive Therapy (ECT) dapat memberikan bantuan bagi orang dengan gangguan bipolar berat yang tidak dapat sembuh dengan perawatan lainnya. Terkadang ECT digunakan untuk gejala bipolar saat kondisi medis lainnya, termasuk kehamilan, yang terlalu berisiko minum obat. Pasien gangguan bipolar harus mendiskusikan kemungkinan manfaat dan risiko ECT dengan profesional kesehatan. Dikarenakan ECT dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka pendek, termasuk kebingungan, disorientasi, dan penurunan memori, hingga amnesia.
Ketiga, pengobatan secara farmakalogi first-line dalam pengobatan episode manic dan episode depresi berulang dari gangguan bipolar adalah Litium. Golongan obat penstabil mood atau antikonvulsan juga telah banyak digunakan (contohnya, carbamazepine dan asam valproat) untuk pengobatan episode mania akut dan untuk pencegahan kekambuhannya. Lamotrigin juga dapat digunakan untuk terapi pencegahan kekambuhan. Pengobatan adjuvan jangka pendek dengan benzodiazepine juga dapat membantu. Mekanisme kerja Diazepam dengan cara mengurangi konsentrasi epinefrin plasma, serta menurunkan kecemasan, dan sebagai hasilnya Diazepam meningkatkan fungsi seksual pada orang yang terhambat oleh kecemasan. Sedikit pasien memiliki kecemasan yang melumpuhkan dan mungkin perlu benzodiazepin jangka pendek. Benzodiazepin bermanfaat dalam mengurangi kecemasan. Diazepam dinyatakan memiliki anti-fobia, anti-panik dan anti-kecemasan. Obat lain yang digunakan termasuk clonazepam dan alprazolam.
Terakhir, pemberian obat pada pasien Bipolar Disorder. Obat ini terkadang efektif dalam pengobatan mania. Akan tetapi, karena efektif dalam mencegah perubahan mood pada gangguan bipolar, istilah yang lebih baik adalah agen penstabil mood atau agen profilaksis. Agen penstabil mood yang paling umum digunakan adalah litium, valproat, karbamazepin, dan lamotrigin, meskipun ada beberapa mood stabilizer lainnya seperti oxcarbazepine. Beberapa jenis obat diatas masuk kedalam tipe mood stabilizer. Selain itu, juga terdapat obat dengan jenis antidepresan yang berfungsi untuk pengobatan gangguan depresi. Ini juga disebut sebagai mood-elevator dan timoleptik. Tidak ada antidepresan tunggal yang efektif untuk semua pasien depresi. Dosis antidepresan dipantau berdasarkan perbaikan klinis. Pemantauan rutin tingkat darah biasanya tidak diindikasikan. Untuk episode depresi pertama, pasien harus menerima dosis terapeutik penuh antidepresan yang dipilih selama 6-9 bulan, setelah mencapai remisi penuh. Sebaiknya dilakukan taper dose obat anti depresan, saat pengobatan harus dihentikan setelah fase kelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H