Pancasila merupakan pedoman hidup masyarakat Indonesia yang harus dilestarikan dan dikuatkan dalam menjadi manusia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tahun demi tahun berlalu sejak Pancasila diikrarkan sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia, semakin banyak tantangan dan variasi penguatan nilai-nilai Pancasila di masyarakat yang diupayakan oleh pemerintah. Akan tetapi, peran masyarakat yang terlibat dalam menguatkan Pancasila juga menjadi salah satu dasar terwujudnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
Penguatan nilai-nilai Pancasila bisa dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Pada keluarga tidak harus melulu seorang ayah dalam mengajarkan nilai-nilai pancasila, tetapi ibu juga dapat ikut andil dalam menguatkan nilai-nilai Pancasila terhadap anak-anak dan keluarganya.
Peran ibu sebagai wanita dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila menjadi bukti nyata dari majunya zaman dari aspek kesetaraan gender. Hal ini dikarenakan peran wanita yang mampu menguasai dan mengelola emosi menjadi tindakan yang bermakna. Sehingga peran wanita perlu diperhatikan lebih dalam. Karena, wanita mampu mengajarkan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan sehari-hari yang mudah diingat dan ringan dilakukan.
Pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024 diadakan kegiatan membuat batik jumputan di Balai Desa Karangsari bersama ibu-ibu PKK oleh KKN UNNES GIAT 9 Desa Karangsari. Pada kegiatan membuat batik jumputan ini diharapkan ibu-ibu mampu berinovasi dan berkreasi dengan alat dan bahan di sekitar lingkungan yang dapat dimanfaatkan menjadi usaha rumahan.
Pelatihan Batik Jumputan bersama ibu-ibu PKK Desa Karangsari dipandu oleh Hafiz Nur Fahmi, anggota KKN UNNES GIAT 9 Desa Karangsari.
Hafiz memandu ibu-ibu PKK untuk membuat kelompok yang terdiri dari tiga hingga empat orang dalam satu kelompok. Setiap kelompok menerima kain katun saforis putih polos dengan ukuran 50 cm x 175 cm. Sebelum memulai praktek pelatihan batik jumputan, Hafiz mengenalkan bentuk lipatan segitiga dan kotak terlebih dahulu kepada ibu-ibu PKK dan memberikan contoh batik jumputan yang sudah jadi dari bentuk-bentuk tersebut.
Hafiz memulai dari melipat kain putih tersebut dua bagian besar yang diikuti oleh ibu-ibu PKK. Lalu salah satu bagian dilipat kembali menjadi bagian yang lebih kecil begitu seterusnya hingga seluruh kain berubah bentuk.
Setelah kain terlipat sesuai dengan bentuk segitiga dan kotak, kain-kain tersebut diikat kencang menggunakan karet sebanyak mungkin supaya kain tidak terlepas saat proses pewarnaan nanti.
“Kami menyediakan 4 warna untuk batik jumputan dan 2 cairan water glass. Setiap kelompok boleh berkreasi dengan warna-warna yang telah disediakan. Langkah-langkah pewarnaan dimulai dari membaluri kain dengan water glass dulu. Kemudian dicelupkan pada warna yang diinginkan,” ucap Hafiz sebagai pemateri dalam sosialisasi batik jumputan.