Mohon tunggu...
Alda 2000
Alda 2000 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Emosional Intelijen Menurut Daniel Goleman

13 November 2024   07:50 Diperbarui: 13 November 2024   08:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, soft skill bagi calon eksekutif teknologi informasi, seperti CIO , telah menjadi aset penting dalam beberapa tahun terakhir. Mereka yang berada di posisi kepemimpinan yang berpusat pada teknologi diminta untuk memberikan presentasi kepada dewan direksi dan berkomunikasi dengan departemen lain, karena TI telah menjadi bagian yang melekat pada keberhasilan keseluruhan perusahaan modern yang terdigitalisasi.

Selain kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi dengan baik, beberapa sifat lain yang konsisten dengan kecerdasan emosional yang tinggi dicari oleh para pengusaha dalam ekonomi global modern.

 Mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja yang berubah dengan cepat, bekerja dengan baik dalam tim, dan mengelola diri sendiri adalah karakteristik yang dicari perusahaan pada karyawan yang cerdas secara emosional yang akan berkembang dalam lingkungan bisnis.

Cara mengukur atau menguji kecerdasan emosional

Dr. Goleman dan ilmuwan sosial lainnya telah mempromosikan konsep tes kecerdasan emosional (EQ) sebagai padanan tes kecerdasan intelektual (IQ) yang lebih tradisional. Sementara tes IQ tradisional berupaya mengevaluasi kemampuan individu untuk mempelajari informasi baru, tes kecerdasan emosional berupaya mengevaluasi kapasitas individu untuk menghadapi orang lain dengan sukses. 

Untuk tujuan tersebut, pertanyaan tes EQ berfokus pada penilaian keterampilan nonteknis, seperti kesadaran diri, kesadaran sosial, pengelolaan hubungan, dan empati.

Meskipun teori Goleman berpengaruh, teori tersebut tidak luput dari kritik. Beberapa rekannya menyatakan bahwa, antara lain, penelitian Dr. Goleman belum cukup teliti.

Penelitian juga menemukan bahwa orang yang cerdas secara emosional dapat menggunakan keterampilan mereka untuk keuntungan pribadi. Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh profesor Martin Kilduff dari University College London, misalnya, menemukan bahwa kecerdasan emosional membantu orang menyamarkan emosi mereka yang sebenarnya untuk menguntungkan agenda mereka sendiri. 

Penelitian lain yang dipimpin oleh psikolog Stéphane Côté dari University of Toronto menemukan bahwa orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi menggunakan keterampilan mereka untuk memanipulasi orang lain di tempat kerja.

Namun, sebagian besar kritikus setuju bahwa konsep kecerdasan emosional valid karena kecerdasan manusia itu kompleks, dan tidak mungkin satu jenis tes kecerdasan emosional dapat secara akurat menilai kemampuan seseorang untuk mencapai kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun