Mohon tunggu...
Alda 2000
Alda 2000 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Emosional Intelijen Menurut Daniel Goleman

13 November 2024   07:50 Diperbarui: 13 November 2024   08:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Emotional intelligence atau kecerdasan emosional (EQ) yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Goleman, seorang psikolog dan penulis buku terkenal "Emotional Intelligence" (1995), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional melibatkan kemampuan untuk mengenali, memahami, mengelola, dan memanfaatkan emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, untuk meningkatkan hubungan, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Berikut adalah lima komponen utama kecerdasan emosional menurut Goleman:

1. Kesadaran Diri (Self-awareness): Kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi sendiri serta dampaknya terhadap orang lain. Ini juga meliputi kesadaran akan kekuatan dan kelemahan pribadi.

2. Pengelolaan Diri (Self-regulation): Kemampuan untuk mengendalikan emosi negatif dan impuls, menjaga ketenangan dalam situasi penuh tekanan, dan berperilaku dengan cara yang sesuai dan etis.

3. Motivasi (Motivation): Kemampuan untuk mengarahkan energi emosional untuk mencapai tujuan, bersemangat dalam menghadapi tantangan, dan tetap berkomitmen terhadap usaha yang panjang.

4. Empati (Empathy): Kemampuan untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain, serta merespons dengan penuh perhatian terhadap kebutuhan mereka.

5. Keterampilan Sosial (Social skills): Kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat, bekerja sama dengan orang lain, dan mengelola konflik dengan efektif.

Kecerdasan emosional ini dianggap sangat penting, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional, karena dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, mengelola stres, serta menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, staf sumber daya manusia dan manajer perekrutan sering mengajukan pertanyaan spesifik untuk menentukan kecerdasan emosional selama proses perekrutan guna memutuskan kandidat mana yang paling cocok dengan budaya perusahaan.

Mereka juga mempertimbangkan kecerdasan emosional saat menentukan potensi kepemimpinan dan saat kenaikan gaji dipertimbangkan bagi karyawan. Seseorang dalam posisi kepemimpinan dengan kecerdasan emosional yang tinggi juga dapat sangat terampil dalam memotivasi tim mereka dan mempertahankan kepuasan kerja mereka secara keseluruhan.

Keterampilan mendengarkan dan kemampuan komunikasi yang baik dari para kandidat pekerjaan telah menjadi sangat dicari di berbagai industri, khususnya bagi mereka yang mencari posisi kepemimpinan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun