Salah satu kontribusi terbesar Erikson adalah pengembangan konsep identitas, terutama pada tahap remaja (Identitas vs. Kebingungan Peran). Erikson menganggap identitas sebagai pemahaman yang konsisten dan stabil mengenai diri seseorang, yang sangat penting untuk perkembangan sosial dan psikologis individu. Proses pencarian identitas ini berlangsung sepanjang hidup, meskipun lebih intensif di masa remaja.
3. Fungsi Ego
Erikson memandang ego tidak hanya sebagai bagian dari kepribadian yang berfungsi untuk menyeimbangkan dorongan id dan moralitas superego (seperti dalam teori Freud), tetapi sebagai kekuatan positif yang membantu individu mengatasi krisis dan mencapai adaptasi sosial yang sehat. Ego, menurut Erikson, adalah sumber kekuatan dan kreativitas dalam menghadapi tantangan hidup.
4. Konsep Generativitas
Di tahap Generativitas vs. Stagnasi (usia dewasa tengah), Erikson memperkenalkan konsep generativitas, yang merujuk pada keinginan untuk menciptakan, memberikan kontribusi pada generasi berikutnya, atau berperan dalam pengembangan sosial, seperti melalui keluarga, pekerjaan, atau karya-karya kreatif. Generativitas adalah sumber perasaan makna dalam hidup seseorang.
5. Perkembangan Sepanjang Hidup
Berbeda dengan teori psikologi lain yang membatasi perkembangan hanya pada masa kanak-kanak atau remaja, Erikson menekankan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung sepanjang hidup, dan krisis psikososial yang muncul pada setiap tahap akan membentuk individu secara terus-menerus. Oleh karena itu, Erikson menganggap kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang dinamis, di mana pembelajaran dan pertumbuhan terus berlanjut hingga usia lanjut.
6. Hubungan Antara Individu dan Sosial
Teori Erikson juga sangat berfokus pada hubungan antara individu dan masyarakat. Ia percaya bahwa perkembangan psikososial selalu terjadi dalam konteks sosial. Interaksi dengan keluarga, teman, kelompok sebaya, dan masyarakat lebih luas berperan penting dalam membentuk identitas dan kesejahteraan psikologis seseorang. Oleh karena itu, individu yang berhasil melewati setiap krisis psikososial pada tahap-tahap yang berbeda akan merasa lebih terhubung dan berkontribusi pada masyarakat.
Erikson menekankan bahwa hasil dari setiap krisis psikososial bukanlah pilihan "sukses" atau "gagal" yang mutlak, melainkan lebih kepada bagaimana keseimbangan antara dua kutub (misalnya, kepercayaan dan ketidakpercayaan) tercapai. Setiap hasil membawa pembelajaran dan kesiapan untuk menghadapinya di tahap berikutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H