Kenzi mengangguk-angguk, lalu membaca kertas yang diberikan Dini tadi. Â Dikertas itu bertuliskan 3 pertanyaan dan ada jawabannya di sampingnya.Â
1. Ada yang kamu suka nggak? Jawab: Ada
2. Kalo nggak ada, mau nggak aku kenalin cewek? Jawab: nggak mau.
3. Kalo ada, siapa itu? Jawab: Kamu.Â
Dini senyum-senyum. "Ken, kamu ingat nggak? " tanya Dini sambil menatap mata Kenzi. Kenzi menunduk.Â
 "Itulah tujuan aku bawa kamu kesini. Mau minta maaf, karena aku tak merespon kamu waktu itu. Aku kaget lho. Serius. Aku sebenarnya juga sama kamu. Tapi aku tak mau kecewakan Susi. Kamu tahu aku bilang apa ke Susi. Kalo kamu sudah ada ceweknya. Kalo kita jadian, kan aku tak enak. Maafin ya" Kata Dini lembut.Â
Kenzi tertawa." Terimakasih Din. Berarti sebenarnya sukaku waktu itu tak bertepuk sebelah tangan dong. Aku kira kamu nggak mau. Tapi, ya sudah...enak begini, Din. Temenan. Langgeng terus kita..." Kenzi mengacak-ngacak rambut Dini.Â
Dini mengangguk sembari tersenyum dingin. Di dalam hatinya sebenarnya dia ingin mengatakan kepada Kenzi kalau dia mau mengujudkan kisah lama itu menjadi nyata. Dini ingin Kenzi menjadi pacarnya, mengujudkan yang dulu tertunda. Tapi Kenzi malah menjawab enak begini, temanan. Dini sebel dalam hati.Â
"Kita pulang aja yok.." Kata Dini tiba-tiba.Â
Kenzi heran. "Kenapa Din...masih banyak yang belum kita lihat. Kita belum ke kebelakang sana yang ada plosotannya. Terus  kandang yang ada kelincinya..masih ada apa ndak?"
"Tak usah. Pulang aja." Dini ketus.Â