Setelah beberapa hari di kelas, akhirnya instruktur tidak tahan juga untuk membawa kami ke lapangan, biar tahu rasa ATPH itu bagaimana. Pertama kali belajar tetang Alat Mesin Pertanian yaitu Hand Traktor dan Traktor Roda Empat di bawah terik matahari. Untung nara sumbernya pak Kiki orangnya gokil habis. Celetukannya selalu bikin ibu-ibuk ketawa. Sehingga panasnya cuaca tidak terasa, berganti canda tawa dan badan yang menderita oleh keringat yang mengucur deras.
Kemudian, akhirnya mungkin kasian, kami dibawa ke kebun dan disini lumayan teduh karena dilindungi pohon sawit. Kami belajar cara menghidupkan traktor, dari beberapa orang yang mencoba hanya saya saja yang belum bisa menghidupkannya, selainnya pun sama. Tidak kuat mengengkol -nya. Kecuali tiga orang bapak-bapak peserta yang memang tenaganya super.
Setelah itu besoknya dilanjut mentraktor tanah dan bikin bedengan untuk materi pengolahan lahan. Besoknya peserta pada kasak-kusuk mengeluh badannya sakit-sakit. Penulis sangat merasa kasian dan prihatin. Hanya saja karena Penulis pun merasakan hal yang sama dan lebih parah sepertinya karena pinggang pun ikut ngilu dan sakitnya tak ketulungan, penulis akhirnya larut dalam keluhan bersama mereka. hiks...
"Ilmu baru dan Harapan"
Tentunya kisah diklat ini tidak dukanya saja, sukanya tentu banyak sekali. Terutama Ilmu yang bertambah yang diberikan oleh Instruktur yang tidak mengenal lelah mendampingi kami. Mulai dari bagaimana menyiapkan benih, pengapuran lahan, pemupukan dasar, memasang mulsa, menentukan jarak tanam dan sebagainya semua dilatih dengan sempurna. Mulai dari hal-hal yang prinsip hingga ke hal sepele yang sangat bermanfaat tapi banyak orang malas melakukannya.
Salah satunya adalah mengeluarkan bibit dari polybag dengan tidak merusak media tanamnya. Kebanyakan orang mengeluarkannya dengan menggunting Polybagnya, dengan cara ini kadang medianya ikut hancur, padahal ada cara lain yang membuat polybag masih utuh dan bisa dimanfaatkan kembali serta media tanamnya tetap utuh. Caranya adalah membalikkan tanamannya dan menahan batangnya di sela jari kita, lalu polybag diremas-remas agar tanahnya padat, dan longgar, lalu polybagnya ditarik pelan-pelan ke atas dan lepaslah polybagnya tanpa merusak media tanamnya.
Masih banyak lagi pengalaman seru sebenarnya yang ingin penulis sampaikan berikut dengan ilmu-ilmu bermanfaat yang penulis dapatkan. Tapi sayang karena sudah larut malam, kita tunda dulu kapan-kapan penulis akan ceritakan lagi, toh...kelarnya  masih lama, 19 Mei 2017 baru selesai.
Kangen anak istri itu pasti. Seperti kata kawan, kangen atau Rindu itu sama dengan menahan pipis, ingin segera dituntaskan. Tapi, harus ditahan demi sebuah harapan. Seperti kisah empat lilin yang pernah ditampilkan dalam slide powerpointnya instruktur, yang intinya :
- Hidup tak selamanya terang, adakalanyaangin berhembus, meredupkan "lilin-lilin" kita
- Dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, jangan sampai kau putus harapan... terlebih harapan kepadaNya...
- dengan Harapan, insya Allah kita bisa bertahan dan dengan ijinNya kita bisa menyalakan "lilin" lain kehidupan kita
Oleh karena itu ya dihadapi saja dengan enjoy, fokus pada harapan...apalagi teman-teman peserta walau sudah berusia senja tapi jiwa tetap muda. Kadang penulis saja malu...yang tua saja semangat, apalagi penulis yang masih muda. Maaf, terpaksa bohong lagi....hahahahaha
Mudah-mudahan cerita ini tidak menyurutkan para guru-guru SMA/SMK yang ingin ikut program Keahlian Ganda Tahap kedua Tahun 2017/2018 nantinya. Penulis menyarankan, ambillah peluang tersebut. Insyallah akan banyak manfaatnya.....hanya saja belajar dulu nahan pipis dari sekarang...hehe..pisssss
Pekanbaru, 10 April 2017