Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

(#Lomba Humor PK) "Kaladia"

11 Februari 2016   20:43 Diperbarui: 11 Februari 2016   23:42 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya malas ikut lomba ini karena sedikit sekali peminatnya, bayangkan saja sejak pengumuman lomba dirilis hingga sekarang baru 19 orang yang ikut lomba. Padahal waktu ngumumin si engkong berumur 25 tahun. Bayangkan berapa lama tuh masa lomba yang tak jelas kapan selesainya ini. Kini si engkong sudah berumur 75 tahun....menurut saya sudahlah jangan dipaksakan kali niat untuk mengalahkan planet-planet lain yang bejibun peminatnya bila ngadain lomba. Planet engkong ini sudah uzur siapa yang mau melirik? dan lagian Engkong sudah tua, mungkin sudah tak banyak lagi waktu tersisa.....

Jadi, saya usul setelah tulisan saya yang setengah hati ini saya buat, tutup sajalah periode lomba ini. Umumkan segera pemenangnya. Dan jangan banyak kali pertimbangannya, cukup artikel ini saya yang dinobatkan jadi "numero uno" nya. Dengan demikian kong terbebas dari segala dosa....halah!

Ah, baiklah saya akan segera menceritakan pengalaman masa kecil saya yang saya beri judul "kaladia" (kayak mau pidato ya hehe). Ini bahasa kampung saya di Ranah Minang sana. Sebuah kampung kecil dibawah bukit barisan, kabupaten Agam. Apa arti kata ini, nanti diakhir cerita akan tahu sendiri...sabar...

Masa kecil diperkampungan yang dikelilingi persawahan, sungai-sungai yang jernih dan banyaknya pohon durian milik warga bikin saya menikmati betul tinggal dikampung itu...ohya ini bukan soal durian. bukan tentang bagaimana saya dan teman-teman mengakali si empunya durian untuk mencuri duriannya itu sudah basi...pasti kalian semua pernah melakukannya, mengendap-ngendap disemak-semak dekat pohon durian, melempar batu yang agak besar, biar kedengaran seperti durian jatuh, untuk memancing reaksi si empunya durian, apakah ada atau tidak, nah kalau tak ada yang keluar, barulah kami pungutin durian yang jatuh satu persatu....ah, basi kan...kalian yang anak kampung pasti pernah melakukannya, kampungan kalo nggak pernah! hehe

Kali ini yang akan saya ceritakan, adalah peristiwa paling gokil yang saya alami dan tak pernah saya ceritakan pada siapapun...entah teman-teman saya yang terlibat dalam kasus ini....

Saya dan empat orang teman lagi sebutlah namanya, Jimir, Iwin, Pajok, dan Codoik adalah lima sekawan yang terlahir mempunyai bakat yang sama, jago main bola, suka ngerusuh, suka malingin kebun orang kampung apakah itu durian, mangga, manggis, jeruk, mentimun dan banyak lagi, dan tentunya jahil bin usil....hehe...

Sudah jadi adat dikampung kami, jika sudah akil balig tidak boleh lagi tidur dirumah, musti tidur di mesjid atau surau (mushalla), Nah akil balig itu tentu saat usia SMP ya saat mimpi basah pertama...nah ini juga sesuatu yang unik dalam hidup saya, kalo teman-teman lain tidak kenal lawan mainnya saat mimpi basah , kalo saya kenal sekali, yaitu guru Kesenian SMP saya yang waktu itu masih gadis, berkulit putih dan aduhai....gile kan...hahaha...

Orang kampung saya pada waktu itu masih suka mandi di sungai, yang perempuan di hulu bagian atas, sedang lagi mudik dibelokkan bawah, hanya dibatasi bukit, semak dan pohon kelapa. Kalo perempuan nyuci sambil mandi pakai kain basahan, kalo laki-laki langsung saja berkecimpung pakai celana dalam...apalagi kalo anak-anak bugil habis...pokoknya jaman itu puas deh berimajinasi, tinggal naik ke atas bukit...nah tau sendiri kan...hahaha..

Namun sejak mesjid besar di bangun, dan dibikin tempat mandi dan tempat ambil wudhu, para wanitanya tak lagi mandi di sungai tapi mandi di tempat mandi mesjid itu. Maka habislah objek imajinasi kami....akhirnya kami mencari akal, kami naik ke menara mesjid, ternyata dari sana dari lubang kecil yang kami bikin, sangat jelas mengintip ke tempat mandi perempuan...kami berlima langsung gembira dan tos-tosan....

Kalau tidak pagi subuh kami sudah nongkrong diatas menara, maka tentunya sorenya kami nongkrong diatas. Menunggui kembang desa pergi mandi, dan mengintip bergantian....Nah akhirnya sampailah pada suatu sore yang paling berkesan...kami lama menunggu diatas menara sejak usai sholat Ashar..tapi tumben tidak ada satupun kembang desa yang mandi....akhirnya kami tertidur...

Si Jimir tiba-tiba membangunkan kami main kepuk kepala keras banget. "hoi, ssstt....ada mangsa!"

Si jimir berbisik kepada saya karena saya yang duluan bangun, saya tertawa terbahak tertahan. Saya lalu bangunkan si codoik, iwin dan Pajok yang antara sadar dan tidak sadar. Kami berbisik satu sama lain. Semua sama-sama tersenyum dan menahan tawa. Giliran pertama mengintip adalah si Jimir karena dia yang lebih dulu tahu ada mangsa...

Dua menit dia mengintip memuaskan kebinatanngannya. "asyiikk....akhirnya bisa juga menikmati tubuh kakak itu, gue cabut dulu ya....! komentarnya, yang lain meng-amin-kan karena memang begitu aturannya selesai mengintip langsung cabut dari tempat itu. Semua seperti tidak sabaran menunggu giliran. Giliran berikutnya adalah Pajok.

Pajok paling-paling hanya dua menitan. "wuihhh.....!" dia menggerakkan tangannya bak gitar Spanyol. Lalu langsung turun dengan cekikikan.

Kemudian, Si Iwin. " sadaap, mantab ....buruan, sudah mau selesai mandinya! Katanya langsung tancap gas.  Lalu giliran saya, ternyata si Iwin bohong, si kakak yang dimaksud ternyata masih asyik nyabunin badannya...toples habis.....

"Dah giliran, lu Doik! Kata saya, langsung kabur.

"KALADIAAA......." Teriak si Codoik dari atas.

Kami masih mendengar teriakan codoik tersebut, kami ngakak habis. Kami kabur lari secepat-cepatnya sebelum Codoik datang. Tentu kalian bertanya-tanya mengapa codoik marah dan mengumpat? karena kakak yang kami intip itu adalah kakak perempaun kandung Codoik sendiri. Hahaha...

***

Kaladia = kurang ajar

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun