Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kompas Si Ana

24 November 2013   22:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:44 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku punya teman, namanya Ana. Ana adalah gadis yang cantik. Tingginya 170 cm, tubuhnya langsing, rambutnya panjang sepinggang dan kulitnya putih bersih. Ciri khasnya adalah tangannya sedikit berbulu tidak seperti wanita kebanyakan. Kat orang sih..ehem! Saru, ah!

Si Ana ini sangat suka pakai baju minim kayak "amoy-amoy" Tiongha yang sering aku jumpa di kota. Padahal dia asli melayu. Katanya sih "No Problem, karena body ku mendukung" Katanya. Iya juga sih.

Suatu hari aku ingin pergi mendaki gunung. Sendirian. Karena lagi bete tak bisa salurin hasrat menulisku di Kompasiana sebab lagi error. Sejak kompasianaval kemaren hingga kini setiap mau publis tulisan pasti sering gagal, atau terposting berulang-ulang, kalau selamat bisa terposting dengan baik tanpa kurang suatu apapun eh..malah tak ada yang baca, apalagi yang komen. Bete, deh!

Kabarnya banyak juga akun yang tak bisa login. Banyak yang berspekulasi ada "bug" disebabkan versi mobile Kompasiana yang beleum beres.  Ada juga yang nyeleneh, ini adalah hukum karma bagi Kompasiana, karena di kompasianaval 2013 baru-baru ini banyak kompasianer yang kuciwa.

Mulai dari yang hanya disuguhi air mineral saja, lalu emak-emak yang diusir trantib karena lesehan  sambil makan bawaan dari rumah dengan alasan dilarang panitia kompasianaval. Lucunya kompasianer tak diberitahu tentang ini sebelumnya. Dan masih banyak lagi.....Padahal kompasiaval dibuat untuk kompasianer! Sedih baca laporan kawan-kawan di facebook.

Bekalku mendaki sederhana saja , cukupsatu botol air mineral dan satu bungkos roti. Satu yang aku tak punya. Kompas! Ya, hingga saat ini belum terbeli, terpaksalah pinjam lagi sama si Ana seperti yang sudah-sudah. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk ajak si Ana sekalian.

Si Ana ternyata lagi bete juga. Dia bilang baru saja putus dengan pacarnya.  Ana langsung duduk dibelakang dan menepuk pundakku. "Ayo! Go! Go! teriaknya. Ana mau kuajak! yes!

Aku kegirangan. Biasanya si Ana ini paling susah diajak mendaki gunung, takut lecetlah, takut jatuhlah, takut di cabuli lah. halah! Pernah sekali ikut aku, itupun rame dengan kawan-kawan kuliah lainnya.

Sampailah kami di pintu gerbang jalur pendakian. Motor aku tarok di tempat penitipan. Aku dan ana berlari menaiki tangga demi tangga. "Ayo ngebut, siapa yang duluan sampai pos 2, besok traktir makan di kantin kampus!" teriaknya, padahal dia sudah duluan 10 anak tangga dariku karena tarok motor dulu. Malu sama cewek aku iya kan saja lomba curang ini. Aku berlari!

Ana berlari lebih kencang, tubuhnya yang ringan memudahkannya menaiki tangga demi anak tangga. Aku yang bertubuh gendut agak susah dan nafas ngos-ngosan. Si Ana ketawa dari atas melihat aku kepayahan! Busyet, dah! Sesak nafas.....

Akhirnya tentu Ana yang menang.  Perjalanan kami lanjutkan dan sampailah ke medan yang sulit.  Melewati jalan tanah dan berbatu.  Aku merelakan tubuhku jadi pijakan si Ana untuk naik ketempat lebih tinggi sedang aku berusaha sendiri. mana kuat Ana menarik tanganku. Tapi aku senang....karena terus terang aku naksir ana sejak dahulu, sejak SMA.Kami adalah teman satu SMA dan sekelas pula. Jadi aku simpan dalam hati saja.  Tak punya nyali.Malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun