Mohon tunggu...
Al Chaidar
Al Chaidar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Departemen Antropologi, Universitas Malikussaleh

Al Chaidar, lahir di Lhokseumawe, Aceh, pada tanggal 22 November 1969, adalah seorang penulis dan akademisi Indonesia yang dikenal karena keahliannya dalam bidang antropologi dan terorisme. Menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 1996, Al Chaidar menulis skripsi berjudul "Diskursus Politik Islam Dalam Gerakan Darul Islam dan Moro National Liberation Front" yang mendapat predikat memuaskan. Karya-karyanya sering membahas tentang gerakan-gerakan Islam dan politik di Indonesia, termasuk Darul Islam, sebuah gerakan yang berjuang untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. Al Chaidar memandang perjuangan Darul Islam tidak sia-sia meskipun mengalami kekalahan pada tahun 1962, karena menurutnya, mereka telah berjuang untuk menegakkan syariah Allah di bumi Indonesia dan membela hak-hak umat Islam. Al Chaidar, seorang penulis dan akademisi Indonesia, telah menghasilkan berbagai karya yang mendalami isu terorisme dan gerakan sosial keagamaan di Indonesia. Salah satu karya terkenalnya adalah "Aceh Bersimbah Darah," yang diterbitkan pada tahun 1999, memberikan analisis mendalam tentang konflik di Aceh. Buku ini mengeksplorasi dinamika sosial dan politik yang menyebabkan pertumpahan darah di wilayah tersebut. Selain itu, Al Chaidar juga menulis "Gerakan Aceh Merdeka: Jihad Rakyat Aceh Mewujudkan Negara Islam," yang memberikan perspektif tentang perjuangan rakyat Aceh untuk kemerdekaan. Karyanya sering kali mencerminkan pemahaman yang tajam tentang nuansa politik lokal dan dampaknya terhadap masyarakat. Dalam "Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo," Al Chaidar menyelidiki pemikiran politik di balik gerakan Darul Islam. Karya-karya ini tidak hanya penting bagi komunitas akademis tetapi juga bagi siapa saja yang tertarik untuk memahami kompleksitas isu-isu terkait terorisme dan gerakan sosial di Indonesia. Al Chaidar dikenal karena pendekatannya yang kritis dan analitis, yang memungkinkan pembaca untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang subjek yang sering kali kontroversial dan kompleks.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Singkel, Sawit dan Calon Bupati

16 Mei 2024   14:43 Diperbarui: 16 Mei 2024   15:12 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Program-program ini mencerminkan pendekatan holistik yang tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pertanian, tetapi juga pada aspek-aspek sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan demikian, Aceh Singkil berupaya untuk tidak hanya memperkuat sektor pertaniannya, tetapi juga untuk menciptakan sebuah ekosistem yang sehat dan berkelanjutan yang dapat mendukung kehidupan masyarakatnya jangka panjang. Inisiatif seperti SLV dan gerakan menanam tanaman pangan demplot adalah contoh dari upaya-upaya tersebut, yang menunjukkan komitmen untuk memajukan sektor pertanian melalui kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Menghadapi tantangan perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pertanian, Syuhaimi telah mengusulkan strategi yang mencakup berbagai aspek mitigasi dan adaptasi. Dalam hal mitigasi, rencananya termasuk penggunaan varietas tanaman yang menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih rendah, serta penerapan teknologi pengelolaan air dan lahan yang efisien untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Teknologi adaptasi yang diusulkan meliputi penyesuaian waktu tanam untuk mengakomodasi perubahan pola cuaca, penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap kondisi kekeringan, banjir, dan salinitas, serta pengembangan sistem pengelolaan air yang lebih baik untuk mengatasi masalah kekurangan air saat musim kemarau dan banjir saat musim hujan.

Selain itu, Syuhaimi juga memperhatikan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam mengatasi perubahan iklim. Program Sustainable Living Village (SLV), misalnya, adalah inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan model penghidupan yang berkelanjutan melalui kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Program ini fokus pada peningkatan ketahanan masyarakat dan keberlanjutan penghidupan dengan menciptakan dampak lingkungan yang positif, mengisi kesenjangan pengetahuan, dan mengurangi ketidaksetaraan melalui inisiatif yang disesuaikan untuk meningkatkan penghidupan, perlindungan hutan, dan mendukung kolaborasi lanskap melalui Production, Protection, dan Inclusion (PPI) Compact.

Pemerintah Aceh Singkil juga telah menunjukkan dukungan terhadap gerakan masyarakat menanam, yang merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian masyarakat dalam sektor pertanian. Gerakan ini diwujudkan dengan memberi contoh melalui gerakan menanam tanaman pangan demplot di setiap kecamatan, yang semangatnya digelorakan oleh Penjabat Bupati Aceh Singkil. Ini menunjukkan komitmen lokal untuk meningkatkan produksi pangan dan kemandirian masyarakat dalam sektor pertanian.

Dalam konteks perubahan iklim, Syuhaimi juga mengakui pentingnya pelestarian lingkungan hidup sebagai bagian dari strategi adaptasi. Upaya ini termasuk peningkatan kualitas pelayanan publik dan penanggulangan bencana, yang memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap sektor pertanian. Dengan demikian, strategi yang diusulkan Syuhaimi mencerminkan pendekatan holistik yang tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pertanian, tetapi juga pada aspek-aspek sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.

Melalui pendekatan yang komprehensif dan terpadu, Syuhaimi berharap dapat menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan yang dapat mendukung kehidupan masyarakat Aceh Singkil jangka panjang. Inisiatif seperti SLV dan gerakan menanam tanaman pangan demplot adalah contoh dari upaya-upaya tersebut, yang menunjukkan komitmen untuk memajukan sektor pertanian melalui kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian, Aceh Singkil berupaya untuk tidak hanya memperkuat sektor pertaniannya, tetapi juga untuk menciptakan sebuah ekosistem yang dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim.

Dalam menghadapi masalah kekurangan air selama musim kemarau di Aceh Singkil, rencana yang diusulkan oleh Syuhaimi mencakup serangkaian strategi adaptasi dan mitigasi yang komprehensif. Salah satu fokus utama adalah pengembangan infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan sumber daya air, termasuk pembangunan bendungan dan reservoir yang dapat menampung air selama musim hujan untuk digunakan di musim kemarau. Selain itu, Syuhaimi juga menekankan pentingnya teknologi irigasi yang efisien, seperti sistem irigasi tetes, yang dapat mengurangi pemborosan air dan memastikan distribusi air yang merata ke lahan pertanian.

Penggunaan teknologi pengeboran sumur dalam juga menjadi bagian dari strategi untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh sistem distribusi air pusat. Syuhaimi juga mengusulkan program edukasi masyarakat tentang konservasi air dan praktik pertanian yang berkelanjutan, yang tidak hanya mengurangi konsumsi air tetapi juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi kekeringan.

Program pemanenan air hujan juga menjadi bagian dari solusi jangka panjang, di mana masyarakat didorong untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan selama musim basah yang kemudian dapat digunakan selama periode kekeringan. Inisiatif ini tidak hanya membantu dalam mengatasi kekurangan air tetapi juga mengurangi dampak banjir saat musim hujan.

Syuhaimi juga mempertimbangkan penggunaan teknologi desalinasi, yang dapat mengubah air laut menjadi air tawar, sebagai solusi potensial untuk daerah pesisir yang mengalami kekurangan air tawar. Meskipun ini mungkin memerlukan investasi awal yang besar, teknologi ini dapat memberikan sumber air yang berkelanjutan untuk kebutuhan domestik dan pertanian.

Selain itu, rencana Syuhaimi juga mencakup kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas untuk mengembangkan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dan membutuhkan air lebih sedikit. Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang dapat diaplikasikan langsung di lapangan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun