Begitu kau memintanya
Sebuah puisi untukmu yang telah lama dinanti
Yang tak kunjung terberi.
Kuputuskan untuk mengukirnya
Tak seromantis puisi supardi
Tak seheroik puisi rendra
Dan tak semerdu puisi kahlil gibran
Tapi, tulus seperti merpati.
Lama ku mendamba
Rindu di pelupuk mata tak kunjung tiba
Luapan rasa kehilangan muara
Pupus, itu yang pernah kurasa
Melepas, itu yang pernah kurelakan.
Ternyata cinta datang tepat waktu
Engkau yang ku kira pergi,
Bersamaku kini
Semesta memang mengerti
Dia tak membiarkan hati ini patah
Kita ditakdirkan bersama
Mereka menyebutnya, konspirasi alam semesta.
Memilikimu, suatu yang lama ku nanti
Bersamamu, tak ingin ku pergi ke lain hati
Semua cinta ada dan terasa
Atas dirimu yang beri aku bahagia.
Dan aku tidak pernah berbicara perihal parasmu
Atau entah apa yang yang kau punya
Ada sesuatu tentangmu yang membuatku baik-baik saja,
Entah apa.
Inginku, kita akan tetap bersama
Melukis senja hingga fajar tiba
Inginku, kita bersama melukis warna
Warna akan hidup pada renjana.
Berdiskusi bersama
Melihat tingkah laku para penguasa
Lakon tengik yang terkadang memancing amarah
Dialektika yang senantiasa membara
Mulai dari Jokowi hingga warung opisisi.
Pudan
Aku ingin kita tetap bersama
Mencitaimu dengan sederhana
Menyayanngimu dengan luar biasa
Dan menyakitimu dengan mustahil.
Kutepati janji puisi ini
Selesai di pukul 4.32 pagi
Mungkin tak indah, tapi kuharap kamu bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H