Kitab Pengkhotbah adalah kitab favorit saya di dalam Alkitab karena menurut saya kitab ini merupakan kitab yang tulisannya paling jujur dan paling akurat dalam menggambarkan realitas dunia. Sejarawan pada umumnya sepakat bahwa kita tidak tahu siapa penulis dari kitab ini meskipun menurut tradisi Kekristenan, Raja Salomo diyakini sebagai penulisnya. Yang jelas penulis dari kitab ini menyebut dirinya sebagai Qoheleth yang diterjemahkan sebagai "pengkhotbah". Ketika pertama kali membaca kitab ini, saya cukup kaget karena nuansa dan atmosfer dari kitab ini terasa sangat muram, gelap, dan pesimistis. Kontras dengan teologi kekristenan yang salah satu poin utamanya adalah pengharapan.
Kitab ini memang kitab yang sangat unik dan berbeda. Bahkan Richard Dawkins, salah satu punggawa dari gerakan New Atheism pernah mengakui bahwa Pengkhotbah dan Kidung Agung adalah 2 kitab favoritnya yang sering ia baca secara berkala. Qoheleth secara garis besar menarasikan tentang keabsurdan dan kesia-siaan dari hidup ini. Kata-kata" kesia-siaan" dan "upaya menjaring angin" yang terus menerus muncul dalam narasi dari Qoheleth menunjukkan bahwa ini poin utama dari tulisannya.
Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi 3 pelajaran eksistensialisme yang saya pelajari dari tulisan Qoheleth. 3 poin ini saya dapatkan dari membaca tulisan Qoheleth sebagai sebuah tulisan yang berdiri sendiri dan mandiri tanpa berusaha memandang tulisan Qoheleth ini dari kacamata teologi sistematika. Saya sepakat dengan Bart Ehrman (Sarjana Perjanjian Baru yang fokus pada kritik teks) bahwa setiap penulis dari setiap kitab di Alkitab hidup di zaman yang berbeda, punya maksud dan alasan yang berbeda-beda ketika menulis. Masing-masing penulis punya tujuan dan audiens yang berbeda-beda pula. Sehingga kurang tepat untuk menafsirkan sebuah tulisan hanya dengan kacamata teologi sistematika.
- Hidup ini absurd dan random. Â
"Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."Â
(Pengkhotbah 9 : 11-12)
Absurd dapat diartikan sebagai tidak masuk akal, sedangkan random artinya acak dan tidak berpola. Kita tahu bahwa sejak Big Bang, salah satu hukum yang berkuasa atas alam semesta kita ini adalah hukum termodinamika kedua atau lebih dikenal sebagai hukum entropi. Hukum entropi membuat segala sesuatu di alam semesta ini bergerak menuju ketidakteraturan atau kekacauan. Dalam bahasa yang lebih sederhana hukum entropi bisa diterjemahkan menjadi : "Sooner or later everything turns to sh*t". Bencana alam, sakit penyakit, dan kematian adalah contoh paling pahit namun nyata bahwa kita hidup di dunia yang dikuasai oleh hukum entropi.
Beberapa hari lalu saat saya membaca sebuah berita di portal berita online, saya makin menyadari bahwa kita benar-benar hidup di dunia yang absurd dan random. Hari itu ada berita tentang peristiwa tabrakan yang membuat seorang meninggal dunia. Pagi itu, orang tersebut sedang sarapan lontong sayur di pinggir jalan. Tidak jauh dari sana ada sebuah truk sedang terparkir di jalan tersebut. Karena truk tersebut menghalangi jalan, truk tersebut diminta dipindahkan ke tempat lain. Karna sopir truk tidak bisa ditemukan, akhirnya kernet truk tersebut mencoba untuk memindahkan truk tersebut. Entah karena kurang ahli atau apa, truk tersebut menabrak orang yang sedang sarapan lontong sayur tersebut dan menyebabkan korban meninggal.
Saya yakin bahwa tidak pernah terlintas dalam pikiran orang tersebut bahwa sarapan lontong sayur akan menjadi hal terakhir yang ia lakukan. Pagi itu mungkin ia pikir hanyalah sebuah pagi yang normal seperti pagi lainnya. Ia hanya melakukan hal yang kita semua lakukan yaitu sarapan. Betapa absurd dan randomnya hidup ini dengan jelas digambarkan oleh Qoheleth. Ia mengibaratkan kita sebagai burung dan ikan yang kena jerat. Kita tak pernah tahu kapan bencana, kesialan, atau kematian datang. Semua terjadi secara acak dan tidak masuk akal.
- Life here on earth might be all we have.
"Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. Â
Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu. Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi."Â
(Pengkhotbah 3 : 19-21)
 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.Â
(Pengkhotbah 9 :10)
Topik "afterlife" atau kehidupan setelah kematian adalah salah satu topik yang paling menarik bagi umat manusia. Manusia merupakan satu-satunya spesies yang paling banyak menginvestasikan waktu, tenaga, dan sumber dayanya untuk topik yang satu ini. Insting dan kerinduan untuk survive selama-lamanya adalah proses yang dihasilkan oleh proses evolusi melalui seleksi alam. Agama, filsafat, dan ideologi lahir sebagai usaha untuk menjawab kerinduan akan afterlife ini. Setidak-tidaknya ada 2 konsep afterlife yang paling banyak diyakini oleh sebagian besar umat manusia. Yang pertama adalah konsep surga dan neraka. Yang kedua adalah reinkarnasi.
Qoheleth mempunyai pemahaman akan afterlife yang berbeda. Bagi Qoheleth, kehidupan kita di dunia ini mungkin adalah semua yang kita punya. Bagi beberapa agama, kehidupan di dunia ini hanyalah persiapan untuk dunia yang akan datang. Kehidupan yang sejati dan sebenarnya belum dimulai. Sedangkan bagi yang meyakini reinkarnasi, kehidupan kita sekarang akan berdampak pada kelahiran kita selanjutnya di dunia ini juga. Ada banyak orang-orang yang bercerita tentang pengalaman dan penglihatan tentang surga dan neraka. Ada juga penelitian saintifik tentang reinkarnasi. Namun bukti-bukti yang ada tidak dirasa cukup bagi sains untuk menyimpulkan bahwa ada afterlife apapun itu bentuknya.
Qoheleth berkata bahwa di dunia orang mati tidak apapun. Artinya kehidupan kita sekarang adalah satu-satunya kesempatan kita. Sains modern sejauh ini sepakat dengan Qoheleth bahwa dunia material adalah satu-satunya yang ada dan kematian adalah akhir dari segala-galanya.
- Carpe Diem, Seize Your Day
"Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah."
(Pengkhotbah 2 : 24)
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"Â
(Pengkhotbah 3 :22)
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."
(Pengkhotbah 9:10)
Dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup ini absurd dan random serta bahwa mungkin hidup di dunia ini adalah semua yang kita punya (tidak ada afterlife), mungkin membuat kita merasa pesimis dan muram. Ada perasaan bahwa kenyataan ini mungkin terasa tidak adil. Tetapi alam semesta tidak pernah berkewajiban untuk memuaskan perasaan kita. Yang bisa kita lakukan setidaknya adalah mencari cara dan sikap untuk menghadapi kenyataan tersebut.
Qoheleth memberi tahu kita bahwa cara untuk menghadapi hidup yang absurd dan finite ini adalah dengan sebuah prinsip yang dalam frasa latin disebut sebagai "Carpe Diem". Carpe Diem artinya adalah seize the day. Karena hidup ini adalah satu-satunya yang kita punya serta kita bisa mati kapan saja karena keacakan semesta, maka hiduplah setiap harinya dengan sepenuh-penuhnya. Apapun yang membuat kita senang dan merasa penuh, kejarlah itu hari ini. Belajarlah untuk lebih mengapresiasi dan menikmati hal-hal kecil seperti makanan, minuman, langit biru, pohon-pohon bahkan pekerjaan yang menjengkelkan sekalipun. Karena di dunia orang mati, tidak ada itu semua kata Qoheleth. Tak ada rasa senang maupun sedih, tak ada air mata maupun tawa. Karena itu berdansalah di tengah keabsurdan hidup ini.
Sebagai penutup, saya akan mengutip sebuah quotes dari salah satu film favorit saya Dead Poet Society.
"Because we are food for worms, lads. Because, believe it or not, each and every one of us in this room is one day going to stop breathing, turn cold and die.
Seize the day Boys. Make life extraordinary."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H