Mohon tunggu...
Albert Wijaya
Albert Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - starstuff pondering the stars

starstuff pondering the stars

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pelajaran Eksistensialisme dari Qoheleth: Berdansa di Tengah Keabsurdan Hidup

6 April 2021   12:59 Diperbarui: 6 April 2021   13:12 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.freepik.com/

(Pengkhotbah 3 :22)

"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."

(Pengkhotbah 9:10)

Dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup ini absurd dan random serta bahwa mungkin hidup di dunia ini adalah semua yang kita punya (tidak ada afterlife), mungkin membuat kita merasa pesimis dan muram. Ada perasaan bahwa kenyataan ini mungkin terasa tidak adil. Tetapi alam semesta tidak pernah berkewajiban untuk memuaskan perasaan kita. Yang bisa kita lakukan setidaknya adalah mencari cara dan sikap untuk menghadapi kenyataan tersebut.

Qoheleth memberi tahu kita bahwa cara untuk menghadapi hidup yang absurd dan finite ini adalah dengan sebuah prinsip yang dalam frasa latin disebut sebagai "Carpe Diem". Carpe Diem artinya adalah seize the day. Karena hidup ini adalah satu-satunya yang kita punya serta kita bisa mati kapan saja karena keacakan semesta, maka hiduplah setiap harinya dengan sepenuh-penuhnya. Apapun yang membuat kita senang dan merasa penuh, kejarlah itu hari ini. Belajarlah untuk lebih mengapresiasi dan menikmati hal-hal kecil seperti makanan, minuman, langit biru, pohon-pohon bahkan pekerjaan yang menjengkelkan sekalipun. Karena di dunia orang mati, tidak ada itu semua kata Qoheleth. Tak ada rasa senang maupun sedih, tak ada air mata maupun tawa. Karena itu berdansalah di tengah keabsurdan hidup ini.

Sebagai penutup, saya akan mengutip sebuah quotes dari salah satu film favorit saya Dead Poet Society.

"Because we are food for worms, lads. Because, believe it or not, each and every one of us in this room is one day going to stop breathing, turn cold and die.

Seize the day Boys. Make life extraordinary."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun