Mohon tunggu...
Albertus Muda
Albertus Muda Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, menulis dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cinta, Waktu, dan Tenaga

30 September 2023   19:55 Diperbarui: 30 September 2023   19:59 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Cinta, Waktu dan Tenaga

Oleh: Albertus Muda, S.Ag

Guru Penulis, Calon Guru Inspirator Literasi 2023

Pernikahan zaman ini tidak sekedar kesepakatan mengikrarkan cinta di hadapan imam (Katolik), penghulu (Islam), Pendeta (Protestan), umat/jemaat dan para saksi. Apalagi pernikahan milenial menegaskan agar setiap pasangan sungguh menjadikan pernikahan sebagai momen aktualisasi diri  bagi pasangannya masing-masing. Di zaman milenial ini, cinta tak lagi cukup dijadikan dasar untuk menikah. Dengan kata lain, pernikahan tidak dilakukan hanya karena ingin bertahan hidup atau sekedar cinta.

Setiap pasangan dewasa yang sedang menjalani relasi spesial atau kaum remaja atau pra dewasa yang sedang dimabuk cinta mesti menyadari bahwa cinta tak semata realistis melainkan bisa sangat eksploitatif, egositis bahkan sadistis. Mengapa? Sebab, cinta tak selamanya diakhiri dengan kebahagiaan tetapi bisa berakhir dengan rasa sakit bahkan korban nyawa.

Memahami Cinta

Setiap orang mesti memiliki pemahaman yang mendalam tentang jenis-jenis cinta agar tidak terjebak pada salah satu jenis cinta yang barangkali sangat eksklusif. Pertama, Stergo. Merasa tertarik secara spontan atau mau melindungi. Misalnya, kasih sayang antaranggota keluarga atau secara spontan tertarik pada seseorang. Kedua, Eros. Eros merupakan daya tarik jasmani atau seksual yang ditimbulkan secara emosional; cinta jenis ini mudah berubah menjadi egois ( mementingkan diri sendiri).

Ketiga, Phileo. Menyayangi secara murni, yang berdasar pada hubungan saling melengkapi dan saling mengisi antara dua orang sahabat yang baik. Barangkali jenis ini terjadi pada dua orang sahabat bukan teman. Keempat, Agape. Bentuk cinta ini merupakan cinta tanpa syarat yang berasal dari Tuhan; kasih yang berani berkorban, bahkan mengorbankan diri seutuhnya tanpa mengharapkan balasan; mencurahkan seluruh hati dan jiwa kepada orang yang dikasihi (Yustinus Sumantri, 2010).

Mencermati keempat jenis cinta di atas, hampir sebagian besar orang langsung mengambil kesimpulan bahwa eros merupakan jenis cinta yang eksploitatif dan egoistis sedangkan agape dipandang lebih luhur karena di dalamnya mengandung pemberian diri tanpa pamrih. Akan tetapi, dalam penelusuran lebih lanjut, Paus Benediktus XVI menegaskan bahwa konotasi dan persepsi atas eros  itu keliru karena eros artinya yang mencari Allah sesungguhnya yang tidak bisa dipisahkan sepenuhnya dari agape yakni yang meneruskan pemberian yang diterima dari Allah.

Menurut Paus Benediktus, eros dapat dirujuk pada kutipan dari Bucolicis karya Vegelius, "Omnia vincit amor, et nos cedamus amori" yang berarti cinta mengalahkan semua, mari berserah pada cinta. Eros berarti menemukan yang lain. Dengan demikian, eros Allah pada manusia juga sepenuhnya agape (Yustinus Sumantri, 2010).

Aktualisasi Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun