Jaman sekarang, sudah lewat jaman milenial. Kita sekarang sudah masuk ke jaman baru, era digital. Melejitnya angka pembangunan dan mobilisasi bangsa ke arah digitalisasi telah membawa Indonesia ketingkat yang lebih tinggi.
Indonesia yang saat ini sudah terbawa arus revolusi industri 4.0 yang sudah semakin mengental di negara - negara maju seperti Amerika, Jerman, Inggris, dan negara -negara maju lainnya. Jokowi sendiri berharap agar revolusi Industri ini memberi dampak yang positif bagi Indonesia dengan membuka peluang kerja sebanyak 10 juta lapangan kerja.
Namun, apakah kita benar - benar telah siap untuk mobilisasi ini, atau hanyakah mimpi dan awang - awang yang kurang terealisasi. Pasalnya, saat ini Indonesia bahkan belum punya kurikulum yang mantap. Setelah pergantian kurikulum di Indonesia dari 2006 atau yang lebih dikenal sebagai KTSP kepanjangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi K 13 atau Kurikulum 2013, banyak masyarakat yang mengeluh karena kurikulum ini masih belum berjalan secara efisien.
Mulai dari belum siapnya tenaga guru untuk terjun membawa kurikulum ini sampai dengan buku pegangan siswa yang belum terdistribusi dengan baik. Keluhan juga dirasakan akibat dari ketidakefisinennya cara guru menilai siswa. Pendidikan yang kita sekarang ini jalani sedang dalam masa perombakan. Walaupun sudah lebih berkembang, apakah benar akan sesuai dengan realita persaingan dalam dunia kerja nanti.
Dalam perkembangannya, tentu dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia sudah disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang ada, yaitu dengan sistem pembelajaran massal.
Masalah pembelajaran yang kerap kali muncul sebenarnya bukan hanya sistem mengajarnya, tapi juga penyebab dari sistem pembelajaran yang harus beradaptasi dengan masalah - masalah lain yang sesungguhnya fatal, tapi terkadang juga transparan alias jarang disadari, contohnya adalah masalah jumlah SDM berupa guru yang harus meladeni murid dalam jumlah yang banyak.
Menurut Hussin Jose Hejase, seorang profesor di Amerika, jumlah murid yang efisien untuk guru dapat lebih intim dalam mengajar adalah sekitar 18 sampai 24 siswa (www.researchgate.net).
Namun, tentu saja tidak semua sekolah dapat mengusahakan jumlah siswa sesedikit ini berkaitan dengan dana yang harus dikeluarkan per tenaga didiknya harus semakin banyak. Belum lagi ruang kelas yang harus dibagi bagi lagi, membuat area sekolah menjadi lebih luas lagi. Sedangkan jumlah rata - rata murid tiap kelas di Indonesia adalah 30 murid. Jumlah ini sebenarnya sudah lebih baik mengingat jumlah murid di tiap kelas pada tahun - tahun sebelumnya pernah mencapai 40 an anak di tingkat SMP.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan ini, Mendibud sendiri telah memusatkan beberapa karakter siswa siswi dalam rangka menghadapi revolusi industri 4 ini, diantaranya ada kemampuan untuk berpikir kritis, peningkatan kreatifitas, inovatif, kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkolaboras, dan kepercayaan diri. Dalam membantu kegiatan belajar juga memang sudah seharusnya sarana digunakan dan didistribusikan dengan tepat dan menyeluruh. Bahkan, sekarang dikabarkan Ujian Nasional nantinya bakal menggunakan sarana komputer dan bukan lagi menggunakan kertas komputer untuk pengupulan jawaban dari para peserta ujian.
Saat ini juga sudah dilakukan pemberian internet gratis untuk sekolah - sekolah di Indonesia. Seperti yang telah dilakukan provider seluler Telkomsel dengan memberikan bantuan sarana internet berupa tiga unit laptop, modem wifi, kartu perdana, dan internet gratis selama setahun penuh kepada SDN 1 Manggar di Pulau Belitung (www.bangka.tribunews.com). Tengku Erfansyah, Manager Network Service Pangkalpinang mengatakan bahwa, pemberian ini merupakan bentuk CSR yang diimplementasikan untuk Indonesia. Kegiatan sosial lainnya juga dilakukan oleh PT XL Axiata yang telah melakukan program CSR dengan membagi gratis kuota dengan total 195 Terrabite ke 578 sekolah di Indonesia sejak tahun 2017 (www.bali.tribunnews.com).
Tidak hanya sarana saja yang harus ditingkatkan, tapi juga tenaga pengajar harus juga ditingkatkan dan dimatangkan baik dalam hal jumlah maupun mutu dan keterampilan pengajar dalam hal iptek dan komunikasi. Berdasarkan akun twitter resmi Badan Kepegawaian Negara, telah merangkul 100 ribu tenaga pendidik, sedangkan kekurangan baik ditingkat kabupaten, kota, dan provinsi sebanyak 700 ribu orang (www.manado.tribunnews.com). jumlah guru terus ditingkatkan ini guna menambah efisienitas belajar mengajar dalam satu kelas seperti yang telah dibahas tadi.
Cara belajar di era ini juga telah diusahakan untuk ikut di-digitalisasikan. Contoh saja aplikasi ruangguru yang saat ini lebih dari 150 ribu guru beroprasi di layanan ini. Jelas hal ini membawa dampak baik yang kemudian membawa generasi - generasi muda untuk terus berkembang berkat teknologi yang kian kekinian. Generasi muda dapat memanfaatkan teknologi gadget dan lainnya dengan lebih postif dalam menggunakannya, digunakan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan memperbanyaknya. Ekonomi dan tingkat konsumsi masyarakat khususnya anak muda dalam bidang teknologi pastinya akan mendukung pertumbuhan teknologi digital yang kian marak di khalayak umum.
Pemerintah dalam beradaptasi dengan jaman digitalisasi saat ini pun sudah mengusahakan untuk membawa teknologi dalam dunia pendidikan dengan lebih mendalam lagi. Dijadwalkan untuk Ujian Nasional tahun depan, pemerintah akan menggunakan komputer sebagai prasarana untuk menjawab soal - soal yang nantinya akan digunakan oleh semua siswa di sekolah. Ujian dimulai dari SMK di tanggal 3 sampai 6 April, yang kemudian dilanjutkan dengan Ujian untuk SMA dan Madrasah Aliyah dari tanggal 10 sampai 13 April 2019. Juga pemerintah selalu mengusahakan peningkatan untuk sekolah -- sekolah yang mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer ini. Faktanya, dari tahun 2015 naik ke tahun 2016, pemerintah menambah jumlah untuk sekolah yang mengikuti UNBK yaitu sebanyak 23 sekolah (www.jateng.tribunnews.com), dan akan terus meningkat.
"Karena tahun depan target kami 80 persen SMP sudah pakai UNBK. Syukur jika mencapai 90 persen karena sekarang SMA/SMK sudah hampir 100 persen," kata Muhadjir di Jakarta, Rabu (25/4).
Kemendikbud juga tergolong sudah sigap dalam mempersiapkan anak -- anak generasi komputer dan digitalisasi ini dengan menambahkan soal HOTS, Higher Order Thinking Skills dalam UNBK.Â
Isi dari soal -- soal ini tergolong soal nalar atau logika, sehingga seharusnya peserta ujian akan terus mengasah kemampuan berpikir logikanya disamping hanya menghafal dan tidak paham sepenuhnya apa yang ia pelajari. Lebih -- lebih soal seperti ini dapat mendorong para pelajar untuk berpikir secara lebih kritis dan inovatif dalam menghadapi segala persoalan khususnya apalagi di dunia kerja karena lagi -- lagi, Indonesia sedang dihadapkan dengan bonus SDM dan juga memasuki era digitalisasi serta evolusi industri 4.0.
Pemerintah sudah sigap dalam menyongsong era evolusi industri 4.0 dengan mempersiapkan muda mudi mulai dari tingkat pelajar. Pemerintah telah lebih mendekatkan dan masih mencoba untuk mengadaptasikan gaya pendidikan di Indonesia untuk menjadi lebih modern dan sedemikian rupa sehingga dapat membentuk generasi yang akan mengembangkan bangsa dan dunia.Â
Diharapkan peningkatan ini akan berkembang lagi dengan lebih pesat mengingat IOT atau Internet Of Thing sudah mulai didukung oleh sekolah - sekolah di Indonesia dengan menawarkan internet sekolah gratis.Â
Ada juga provider yang menawarkan internet gratis untuk pelajar dan sekolah sekolah di seluruh Indonesia. Semua ini dilakukan dengan harapan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja baru ini, dan mempersiapkan diri dengan lebih matang untuk evolusi industri 4.0.
Sumber :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H