Mohon tunggu...
Albert Jehoshua R
Albert Jehoshua R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student of Public Policy

Currently as student of public policy, jazz enthusiast, and a part-time traveller.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda, Identitas, dan Persatuan

25 Juli 2018   09:00 Diperbarui: 25 Juli 2018   09:07 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selaras dengan pemikiran Soepomo, Mr. Laturharary, mewakili suara kelompok agama minoritas kemudian menganjurkan adanya penekanan pada pembukaan undang-undang dasar untuk menghindari kecemburuan kelompok minoritas. 

Lagi-lagi, self-incurred tutelage para tokoh bangsa ini kembali diuji. Hanya ada dua pilihan, bersikap rasional atau bersikukuh terhadap hasrat pribadi. Empat hari berselang, Ki Bagoes Hadikoesoemo kembali meminta kesempatan berbicara di tengah sidang, namun kali ini berbeda. 

Alih-alih mempertegas, beliau menarik kalimatnya dan mengusulkan kalimat "Ketuhanan, degan melakukan kewajiban menjalankan syariat Islam" untuk dihilangkan dari naskah Piagam Jakarta, disusul dengan penggantian Pasal 6A Ayat (1) menjadi "Presiden ialah orang Indonesia Asli, tidak ada tambahan kata-kata 'beragama Islam'". Kedewasaan (maturity) para tokoh bangsa ditengah perjuangan meraih kemerdekaan telah benar-benar teruji. 

Mereka berhasil menanggalkan apa yang disebut Immanuel Kant sebagai "self-incurred immaturiy" berupa sikap-sikap kedaerahan dan rasionalitas yang sempit. Kisah historis ini seyogyanya kita jadika refleksi kehidupan berbangsa dewasa ini. 

Rasa persatuan atas nama kesatuan bangsa dibawah bendera Merah Putih kerap kali terguncang oleh berbagai kepentingan tertentu. Tentu tujuh ratus lima puluh pemuda-pemudi dan para tokoh pejuang kemerdekaan itu tidak ingin perjuangan mereka mencapai konsensus persatuan larut dalam kepentingan fundamental tertentu.

Secara spesifik, generasi muda memiliki peran esensial dalam berbangsa sebagai kekuatan muda dengan energi, kreativitas, serta semangat yang masih terisi penuh. Jika generasi lupa akan identitas pemuda-pemudi bangsa pendahulunya, ataupun ingat namun larut dalam kepentingan masing-masing, bagaimana nasib kesatuan yang susah payah diperjuangkan itu di masa depan? 

Kini 74 tahun telah berlalu sejak proklamasi kemerdekaan pertama kali digaungkan oleh Ir. Soekarno. Pertanyaannya, meminjam konsepsi Karl Jaspers, apakah selama ini kita menjalani kemerdekaan dalam arti hidup (to live) ataukah ada (to exist)? 

Merdeka secara total tidak dapat dicapai jika salah satu elemen itu tidak ada. Kemerdekaan seringkali hanya dipandang sebagai "kebebasan dari penjajah", dan disaat kegiatan bernegara berlangsung tanpa intervensi serta gangguan penjajah secara riil, ternyata kemerdekaan itu hanya dirasakan oleh kelompok tertentu saja. 

Eksistensi kelompok-kelompok lain seakan tak digubris, dan tak diharapkan untuk ada. Sah-sah saja apabila mengatakan memudarnya gelora persatuan, yang dahulu berhasil mengantarkan bangsa ini meraih kemerdekaan akibat adanya krisis identitas. Seakan identitas sebagai suatu kesatuan bangsa dibawah bendera merah putih mulai hilang hingga akhirnya dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menggapai hasrat dan ambisi mereka. Kita terlalu nyaman dengan kemerdekaan, hingga lupa akan persatuan. 

Beberapa hari lagi peringatan kemerdekaan Indonesia secara yuridis kembali akan diperingati untuk ke-74 kalinya. Sebagaimana para pemuda ikut andil dalam menggapai kemerdekaan di masa lalu, pemuda masa kini juga harus turut berkontribusi bagi bangsa. Hanya dengan merefleksi perjuangan para pemuda kala itu dan membuka alam pikiran terhadap wawasan nusantara kita dapat melanjutkan perjuangan mereka, menjaga keutuhan segenap elemen dan mengisi kemerdekaan bangsa ini.

Indonesia bukanlah soal aku, kamu, ataupun dia, melainkan kita. Seperti kata Lincoln saat pidato pencalonan dirinya sebagai senator Amerika, "A house divided against itself, cannot stand." Ayo, para  pemuda, kobarkan kembali api persatuan yang pernah membuat negeri ini merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun